Organisasi Kemahasiswaan Perlu Ikut Berperan Atasi Kesulitan Bangsa
Peran mahasiswa Indonesia perlu dioptimalkan untuk mendorong terbentuknya peta jalan kebijakan Indonesia ke depan. Hal itu penting guna mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 dan menghadapi megatren dunia 2050.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan organisasi mahasiswa di dalam ataupun luar negeri diharapkan ikut berperan mengatasi kesulitan dan persoalan bangsa saat ini. Sebab, mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki potensi untuk ikut menuangkan gagasan, pemikiran, dan kontribusi nyata bagi negara.
Ketua Umum Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (KAHMI) Eropa Raya Choirul Anam mengatakan, sebagai perwakilan KAHMI di luar negeri, pihaknya ingin ikut berkontribusi memberikan solusi bagi persoalan yang dihadapi negara. Akhir pekan lalu, kepengurusan KAHMI Eropa Raya yang baru ditetapkan.
Anam mengatakan, KAHMI Eropa Raya berkomitmen menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan untuk berperan aktif sebagai bagian komunitas ahli (expert community) dalam menyumbangkan ide, pikiran, hasil karya dalam membangun negeri.
”KAHMI Eropa Raya akan ikut ambil bagian mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan memberikan added value terhadap Bonus Demografi yang dimiliki Indonesia agar menjadi Bonus Ekonomi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa Indonesia,” dalam keterangan persnya, Senin (25/4/2022).
Anam yang saat ini sedang studi S-3 di jurusan Public Policy, di Universitas Praha di Ceko, mengatakan, peran mahasiswa Indonesia di luar negeri perlu dioptimalkan untuk mendorong terbentuknya peta jalan kebijakan Indonesia ke depan. Hal itu penting guna mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045, dan menghadapi megatrend dunia 2050.
”Pada 2050 nanti, 54 persen ekonomi dunia akan bergantung pada Asia dan Indonesia harus mengambil bagian dari hal besar ini,” ujar Anam.
Sebelumnya, pada Minggu, Wakil Ketua DPR yang juga Ketua Dewan Pembina Nasional Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) mengajak kader PMII, alumni dan keluarga besarnya untuk ikut mengambil peran dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa yang saat ini dihadapkan pada masa-masa sulit.
”Hari-hari ini kita dihadapkan pada masa yang mengerikan. Bangsa mengalami masa yang sangat sulit sehingga kita harus kerja keras, bahu-membahu. Tampaknya kalau melihat suasana sulit seperti ini, momentum bagi PMII, alumni dan keluarga besar PMII mengambil peran, mengisi ruang-ruang yang kosong,” ujar Muhaimin dalam acara silaturahim ”Hikmah Ramadhan untuk Kemaslahatan Bangsa” di Jakarta, Minggu.
Muhaimin mengatakan, ada tiga kondisi sulit saat ini yang harus diperhatikan. Pertama, kondisi ekonomi dan peran negara atau pemerintah. Negara mengalami kesulitan ekonomi pascapandemi dan diikuti naiknya harga sejumlah kebutuhan pokok, seperti minyak goreng dan harga bahan bakar minyak (BBM).
Kedua, menghadapi transisi kepemimpinan yang suhunya sudah mulai panas menuju Pemilu 2024. ”Dan ketiga, kondisi rakyat yang harus terdepan untuk dipikirkan dalam mengambil langkah-langkah bersama-sama keluarga besar PMII. Kalau sudah rakyat yang menjadi pikiran kita, kita sudah terbukti dari sejak PMII lahir tahun 1960,” katanya.
Muhaimin meminta PMII serius memperbicangkan dan berbagi tugas serta tanggung jawab dalam menuntaskan tiga persoalan tersebut.
Selain transformasi gerakan dalam merawat peradaban, PMII harus berpikir untuk melakukan transformasi bangsa menuju peradaban yang lebih maju. Sebab, karakter PMII tidak pernah memikirkan diri dan kelompoknya. Namun, hal yang selalu dipikirkan adalah kemajuan dan kesehjahteraan bangsa.
”PMII memiliki jiwa nasionalis sekaligus Islam sejati yang menjadi nilai lebih PMII. Itu spirit kepemimpinan PMII, spirit untuk menjawab tantangan masa depan bangsa, dan menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa,” kata Muhaimin.