Selama 20 tahun PKS berhasil bertahan tetap berada di parlemen. Namun, saat ini, PKS tidak cukup hanya mempertahankan pemilih Islam, tetapi mesti melakukan ekspansi agar bisa diterima oleh pemilih yang lebih luas.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Aljufri (tengah) bersama Presiden PKS Ahmad Syaikhu (sebelah kanan Salim) dan para pengurus pusat PKS Periode 2020-2025 menyapa peserta Munas V PKS di Bandung, Jawa Barat, Minggu (29/11/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Partai Keadilan Sejahtera menegaskan kembali berkomitmen untuk menjaga konstitusi, amanat reformasi, nilai-nilai demokrasi, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seluruh kader diharapkan membangun komunikasi dengan seluruh elemen bangsa untuk mencari kesepahaman guna membangun Indonesia.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera Ahmad Syaikhu mengatakan, ada beberapa tantangan bagi PKS yang kini berusia 20 tahun. Hal itu, antara lain, memastikan agar PKS tetap menjadi partai yang berpegang teguh pada konstitusi, amanat reformasi, nilai-nilai demokrasi, serta turut serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Saat ini, lanjutnya, ada sejumlah pihak yang ingin mengkhianati konstitusi, amanat reformasi, dan membuat demokrasi mundur ke belakang dengan melontarkan wacana penundaan pemilu yang berujung pada perpanjangan masa jabatan presiden. PKS sebagai salah satu parpol yang lahir dari rahim Reformasi 1998 pun harus tetap konsisten dan berdiri tegak pada jalan konstitusional.
KOMPAS/IQBAL BASYARI
Presiden Partai Keadilan Sejahtera 2020-2025 Ahmad Syaikhu
”Di usia ke-20 tahun ini, PKS sebagai partai Islam Rahmatan Lil 'Alamin terus berjuang melayani Indonesia, menghadirkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, semangat untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis, adil, sejahtera, dan bermartabat dalam bingkai NKRI,” ujarnya di Jakarta, Rabu (20/4/2022).
Oleh sebab itu, seluruh kader diharapkan terus menjadi pejuang sejati yang tulus melayani. Perjuangan yang dilakukan jangan pernah demi mencari keuntungan materi dan pribadi, bekerja paling keras, dan berkorban paling banyak. Janganlah persaudaraan antarsesama anak bangsa terus diusik dan dicerai-beraikan.
”Bangun komunikasi dengan seluruh elemen bangsa, cari titik temu untuk membangun Indonesia," ucap Syaikhu.
Peringatan Milad Ke-20 PKS dilaksanakan secara sederhana tanpa membuat acara khusus. Para pengurus dan ketua DPP melaksanakan rapat pleno, buka puasa bersama, dan berdoa di Kantor DPP PKS, Jakarta. Jelang waktu berbuka puasa dilakukan potong tumpeng, di antaranya oleh Syakhu dan Sekretaris Jenderal DPP PKS Aboe Bakar Al-Habsyi.
Bangun komunikasi dengan seluruh elemen bangsa, cari titik temu untuk membangun Indonesia.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojuddin Abbas menilai, sebagai parpol yang lahir dari idealisme perjuangan kalangan modernis Islam, PKS harus terus bisa menjaga relevansinya sesuai dengan profil demografi pemilih yang terus berkembang. PKS tidak cukup hanya mempertahankan pemilih Islam, tetapi mesti melakukan ekspansi agar bisa diterima oleh pemilih yang lebih luas.
Namun, PKS akan dihadapkan pada situasi yang tidak mudah dalam memperluas ceruk pemilihnya. Jika ingin menggaet pemilih yang lebih luas, PKS mesti menggeser ideologinya lebih ke tengah yang bisa berdampak pada hilangnya differensiasi terhadap parpol lain. PKS pun akhirnya akan sama dengan parpol Islam lain, seperti Partai Kebangkitan Bangsa maupun Partai Amanat Nasional.
Sementara jika tidak bergeser, ada pemilih PKS yang menilai ideologi mereka saat ini sudah tidak memadai untuk perjuangan. Itu terlihat dari keluarnya beberapa kader dan memilih mendirikan parpol baru. Sekalipun PKS sudah berupaya semakin ke tengah dengan mengganti logo partai, PKS tetap perlu beradaptasi agar lebih kontekstual.
”PKS juga harus bisa membangun kepercayaan dari kalangan nasionalis agar mampu memperluas pengaruhnya sekaligus lebih mudah diterima oleh parpol lain berideologi nasionalis,” kata Sirojuddin.