Ramadhan Jadi Momentum Parpol Bangun Kedekatan dengan Konstituen
Sejumlah partai politik cukup intensif menggelar kegiatan di bulan Ramadhan untuk menyapa konstituen. Hal ini dinilai bertujuan membangun citra parpol yang dekat dan peduli dengan umat Muslim.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Momentum bulan Ramadhan 1443 Hijriah tak disia-siakan sejumlah partai politik untuk membangun kedekatan dengan konstituen. Kerja-kerja politik bertajuk kegiatan keagamaan dilakukan sebulan penuh sebagai investasi menuju Pemilu 2024. Namun, parpol perlu menunjukkan konsistensi dan kerja nyata untuk bisa mencitrakan diri dekat dengan calon pemilih.
Selain kegiatan rutin berupa pembagian makanan berbuka dan bahan pokok oleh kader dan pengurus daerah, sejumlah parpol juga mengadakan kegiatan lain untuk lebih meningkatkan kedekatan dengan konstituen di bulan Ramadhan. Sebagian pimpinan parpol bahkan menyapa masyarakat secara langsung ataupun tidak langsung melalui tayangan di media televisi.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, misalnya, sering kali tampil memberi motivasi singkat bertema Ramadhan di televisi menjelang waktu berbuka puasa. Wakil Ketua DPR tersebut menyapa penonton televisi dengan mengenakan pakaian adat dari sejumlah daerah selama 30 detik dan ditutup dengan fotonya disertai kalimat ”Maju Bersama Rakyat”. Selain itu, PKB juga menyelenggarakan Kajian Bulan Ramadhan tentang Kitab Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah karya KH Hasyim Asy’ari dengan berbagai narasumber yang ditayangkan di Youtube DPP PKB.
Sementara itu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menampilkan kegiatan, di antaranya kajian keagamaan setelah shalat Subuh dan Tarawih, kuliah tujuh menit jelang berbuka, pembagian 2 juta paket sahur dan makanan berbuka, lomba azan anak jalanan, serta buka bersama masyarakat dan tokoh masyarakat. Kegiatan ditayangkan di berbagai kanal media sosial partai. PKS juga berencana membangun posko mudik di sejumlah lokasi di Jawa dan Sumatera.
Adapun Partai Demokrat memilih mengadakan safari Ramadhan yang dipimpin Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Ia berkeliling menyapa masyarakat di sejumlah daerah dan mengunggah aktivitas tersebut di media sosial pribadinya.
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengatakan, PKB juga berencana mengadakan pengajian memperingati Nuzulul Qur’an di Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Kegiatan itu menjadi simbol untuk mengajak seluruh masyarakat, terutama umat Muslim, untuk bersama-sama membangun IKN Nusantara yang telah disepakati bersama.
Menurut dia, kegiatan bertema keagamaan di bulan Ramadhan amat penting untuk menyampaikan pesan tentang kemanusiaan dan solidaritas. Sebab, umat Muslim sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan sehingga antara masyarakat dan elite sedang menjalankan ibadah yang sama. ”Ramadhan adalah momentum yang baik karena semua merasakan lapar dan mengendalikan diri,” ujarnya, Jumat (15/4/2022).
Juru bicara PKS, Ahmad Mabruri, mengatakan, tema kegiatan di bulan Ramadhan kali ini adalah ”Berbagi dan Melayani” sesuai dengan hasil musyawarah nasional pada 2020. Sebab, bulan Ramadhan menjadi momentum bagi PKS untuk sebanyak mungkin berinteraksi dengan masyarakat melalui berbagai kegiatan keagamaan.
”Kehadiran kader-kader PKS di masyarakat bahkan tanpa atribut PKS. Meski demikian, masyarakat sudah paham mereka adalah bagian dari PKS karena kami tumbuh di masjid dan lembaga dakwah,” ujarnya.
Menurut dia, momentum Ramadhan amat penting bagi PKS dalam membangun kedekatan dengan konstituen. Sebab, biasanya mereka hanya bisa berinteraksi melalui ceramah seminggu sekali, tetapi kini bisa dilakukan setiap hari. Bahkan, momentum Ramadhan berlangsung paling lama hingga sebulan dibanding momentum lain yang hanya berlangsung dalam hitungan hari.
”Ramadhan adalah momentum penting karena hampir semua kegiatan untuk mendekatkan diri dengan masyarakat difokuskan di bulan ini,” ujar Mabruri.
Deputi Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Kamhar Lakumani mengatakan, bulan Ramadhan memiliki keistimewaan karena banyak membawa berkah. Selain puasa, Ramadhan juga identik dengan silaturahmi sehingga momentum ini tak dilewatkan Demokrat untuk membangun silaturahmi dengan konstituen di sejumlah daerah.
Pada Ramadhan kali ini, lanjutnya, Ketua Agus Harimurti Yudhoyono dijadwalkan mengadakan safari politik ke sejumlah daerah, di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Aceh. Di daerah itu, AHY menyapa masyarakat langsung di tempat-tempat umum serta kalangan tokoh masyarakat, tokoh agama, media, pemengaruh, dan seniman.
Menurut Kamhar, daerah-daerah yang dipilih diprioritaskan merupakan wilayah dengan jumlah pemilih yang besar, kantong suara Demokrat, ataupun pernah menjadi kantong suara Demokrat di pemilu sebelumnya. Melalui safari politik ini, Demokrat berharap dapat merebut simpati pemilih baru sekaligus membangkitkan kembali pemilih yang pernah mendukung saat Pemilu 2009 ketika Demokrat menjadi pemenang pemilu saat itu.
”Kami berharap capaian di Pemilu 2024 bisa lebih baik dibanding pemilu sebelumnya. Meskipun cukup sulit menyamai capaian di Pemilu 2009, kami tetap berusaha mendapatkan lagi suara pemilih saat itu,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, kegiatan-kegiatan parpol di bulan Ramadhan bertujuan membangun citra parpol yang dekat dan peduli dengan umat Muslim. Cara-cara ini sering digunakan oleh sejumlah parpol, tetapi sebagian besar gagal meraih simpati publik karena pemilih kini lebih cerdas. Mereka tidak bisa lagi didekati dengan pencitraan instan karena pemilih melihat rekam jejak kepedulian parpol dan elite terhadap umat Muslim tidak hanya di bulan Ramadhan.
”Tanpa konsistensi dan kerja nyata, sulit mencitrakan diri dekat dengan umat Muslim. Alih-alih mendapat simpati, publik justru sebal karena selama ini elite masih berjarak dengan rakyat dan tiba-tiba peduli di bulan Ramadhan,” katanya.
Menurut Adi, parpol dan elite seharusnya konsisten tampil saat dibutuhkan rakyat. Kehadirannya di momen-momen tertentu, termasuk saat Ramadhan, hanya dianggap sebagai upaya pencitraan tanpa bisa menimbulkan simpati publik. Publik lebih membutuhkan aksi konkret dibanding imbauan-imbauan.