Mayoritas Kaum Milenial dan Generasi Z Antusias Ikuti Pemilu 2024
Antusiasme kaum milenial dan generasi Z mengikuti Pemilu 2024 terlihat dari hasil survei tim Riset dan Analitik Kompas Gramedia Media bersama Litbang ”Kompas”. Survei pun memperlihatkan tipe pemimpin yang mereka sukai.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Pemilih menggunakan hak pilihnya pada pemungutan suara ulang di Tempat Pemungutan Suara 13 Kelurahan Dwikora, Kecamatan Medan Helvetia, Medan, Sumatera Utara, Kamis (25/4/2019). Pemungutan suara ulang di dua TPS di Medan berlangsung lancar.
JAKARTA, KOMPAS — Hasil survei tim Riset dan Analitik Kompas Gramedia Media bersama dengan Litbang Kompas menunjukkan tingginya antusiasme kaum milenial (lahir tahun 1981-1996) dan generasi Z (lahir tahun 1997-2012) untuk mengikuti Pemilu 2024. Sebanyak 86,7 persen menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pemilu. Sementara 10,7 persen masih menimbang dan 2,6 persen lainnya menolak mengikuti ajang elektoral tersebut.
Survei menggunakan telepon dilakukan terhadap 3.224 responden berusia 17-40 tahun yang tersebar di 80 daerah pemilihan (dapil) pada 5 Januari-9 Februari 2022. Sampel diambil dengan metode pencuplikan acak. Dengan metode ini, tingkat kepercayaan mencapai 95 persen, sedangkan margin of error lebih kurang 1,79 persen.
Manajer Riset dan Analitik Kompas Gramedia (KG) Media Bagas Adi P mengatakan, antusiasme kaum milenial dan generasi Z untuk mengikuti pemilu muncul di semua dapil. Dari 80 dapil yang dikelompokkan dalam enam wilayah, keinginan responden untuk mengikuti pemilu di atas 85 persen. Misalnya, di Bali Nusa 92 persen, Jawa 85 persen, Kalimantan 90 persen, Maluku Papua 90 persen, Sulawesi 91 persen, dan Sumatera 86 persen.
”(Antusiasme mengikuti pemilu) hampir sama di semua wilayah,” kata Bagas dalam jumpa pers secara daring, Jumat (8/4/2022).
Hasil survei tim Riset dan Analitik Kompas Gramedia Media bersama dengan Litbang Kompas menunjukkan tingginya antusiasme kaum milenial dan generasi Z untuk mengikuti Pemilu 2024.
Survei juga merekam sosok pemimpin yang diinginkan kaum milenial dan generasi Z. Di level nasional, mereka menginginkan presiden dengan tiga karakter utama, yakni tegas (24,7 persen), memahami kondisi negara (22,3 persen), dan merakyat (19,1 persen). Selain itu juga aksi nyata (11,1 persen), adil (10,6 persen), jujur (7,2 persen), bijaksana (7,2 persen), bijaksana (7,2 persen), dan bertanggung jawab (6,8 persen).
Tak seperti kesamaan kecenderungan untuk mengikuti Pemilu 2024, survei tentang karakter presiden ideal ini mendapat tanggapan berbeda-beda di setiap wilayah. Contohnya di Jawa, mayoritas responden menginginkan pemimpin yang tegas (28 persen). Sementara di Kalimantan sebanyak 24 persen, Maluku Papua (29 persen), dan Sulawesi (24 persen), responden mengharapkan muncul presiden yang merakyat atau dekat dengan rakyat, bersedia berbaur, dan terjun langsung ke masyarakat. Adapun mayoritas responden di Sumatera (24 persen) menginginkan presiden yang memahami masalah negara.
Sebagian besar responden juga menilai baik Presiden Joko Widodo. ”Meski begitu, terdapat beberapa hal yang menjadi keluhan, yakni kurang tegas (6 persen) dan kinerja yang kurang baik (3 persen),” katanya.
”Sementara di daerah, karakter utama kepala daerah yang diinginkan itu adalah merakyat (26 persen), jujur (24 persen), dan tegas (17 persen), agak berbeda dengan figur presiden ideal,” ujar Bagas.
KBRI BERLIN
Penghitungan suara Pemilu Presiden 2019 di aula Kedutaan Besar RI di Berlin, Jerman, Rabu (17/4/2019).
Dari hasil survei terlihat pula sejumlah pemengaruh (influencer) yang diikuti kaum milenial dan generasi Z. Selain selebritas, seperti Karin Novilda atau Awkarin dan Raffi Ahmad, sejumlah tokoh politik juga muncul sebagai pemengaruh generasi muda di tingkat nasional. Mereka adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Chief Marketing Officer (CMO) KG Media Dian Gemiano mengatakan, hasil survei ini merupakan temuan awal yang masih akan terus didalami. Menurut rencana, survei secara lengkap akan dipublikasikan pada Oktober mendatang. Riset memerlukan waktu panjang karena bertujuan mengetahui keinginan anak muda, tidak hanya yang tinggal di perkotaan, tetapi juga di perdesaan yang selama ini kerap luput dari berbagai survei dan penelitian.
Dihubungi secara terpisah, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, mengatakan, hasil survei tersebut merupakan kabar baik. Sebab, partisipasi generasi muda dalam pemilu ke depan sangat penting dan strategis. Seperti diberitakan sebelumnya, generasi milenial akan mendominasi pemilih pada Pemilu 2024.
Raka melanjutkan, pihaknya memang belum menetapkan angka target partisipasi pemilih. Akan tetapi, sejumlah program dan kegiatan untuk sosialisasi, pendidikan pemilih, dan partisipasi masyarakat telah dilakukan. ”KPU saat ini tengah melakukan berbagai persiapan. Salah satunya kodifikasi Peraturan KPU (PKPU) tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu,” kata Raka.
Anggota KPU, I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, Minggu (27/9/2020).
Menurut dia, PKPU tersebut salah satunya merumuskan tentang indeks partisipasi masyarakat. Dengan begitu, diharapkan ke depan partisipasi pemilih bisa dirumuskan secara lebih komprehensif. ”Partisipasi pemilih jadi tidak hanya menyangkut aspek kuantitatif berupa tingkat kehadiran di tempat pemungutan suara (TPS), tetapi juga aspek kualitatif dalam semua tahapan penyelenggaraan,” kata Raka.
Berkaca dari Pemilu 2019, tambahnya, tingkat partisipasi pemilih dalam pemilihan presiden (pilpres) mencapai 81,97 persen; pemilihan anggota legislatif (pileg) mencapai 81,69 persen; dan pemilihan anggota DPD mencapai 82,15 persen. Meski demikian, sosialisasi dan pendidikan pemilih masih harus ditingkatkan, terutama dengan membuat konten yang menarik bagi generasi muda, tetapi substansinya tetap terjaga.
”Pesan-pesan atau materi kepemiluan yang akan disampaikan perlu disiapkan lebih awal dan didesain sesuai konteks dan segmen pemilih,” ujar Raka.