Prokes Bukan Hanya di Sekeliling Presiden dan Wapres, Tetapi Juga di Lingkungan Keluarga Tersayang Kita....
Tren perbaikan data kasus Covid-19 belakangan ini tak berarti Covid-19 telah hilang. Disiplin menerapkan protokol kesehatan mesti tetap dijaga, termasuk bagi mereka di sekitar Presiden dan Wapres serta di sekitar kita.
Saat sebelum Presiden Joko Wdodo tiba dan memasuki area Solo Technopark, Jawa Tengah, Jumat (11/3/2022) lalu, Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa datang untuk mendampingi Presiden mengingat Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, yang juga putra Presiden itu, tengah menjalani isolasi mandiri karena terpapar Covid-19. Namun, Teguh tak diizinkan masuk oleh para petugas dari Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres dan protokol Kepresidenan yang tengah betugas. Pasalnya, dia hanya bisa menunjukkan hasil tes Antigen kepada para petugas.
Walaupun Teguh bersikeras menyatakan tidak tahu kalau masih harus melakukan tes PCR sehari sebelumnya saat bertemu Presiden Jokowi, para petugas tetap tidak mengizinkan Teguh masuk walapun dia pejabat dan beralasan menggantikan putra Presiden sendiri. Teguh pun menyatakan kekecewaannya karena dia merasa tidak mendapatkan informasi harus melakukan tes usap terlebih dahulu meskipun saat pandemi Covid-19 melandai.
Peristiwa yang sama diinformasikan juga terjadi ketika adik kandung Jokowi, Hidayati mantu esoknya, Sabtu (12/3/2022), sejumlah kerabat dan tamu yang tidak atau belum mengikuti tes PCR, tetap tak diizinkan memasuki area di mana Presiden Jokowi berada, di rumah maupun tempat acara resepsi di Graha Saba Buana, Sumber, Solo.
"Tentu informasi hal ini tetap harus dilakukan agar diketahui oleh publik di manapun"
Akibat peristiwa yang tidak menggenakkan tersebut, Kepala Sekretariat Presiden, Kementerian Sekretariat Negara Heru Budi Hartono pun mengeluarkan pernyataan, yang isinya mengingatkan publik. Meskipun pandemi sudah melandai tetapi masyarakat terutama yang melakukan kegiatan dengan Presiden Jokowi wajib melakukan tes usap. Dan, hasilnya harus ditunjukkan kepada petugas. Tentu informasi hal ini tetap harus dilakukan agar diketahui oleh publik di manapun.
Pemerintah pusat dan daerah memang boleh menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan banyak wilayah di level 2. Namun, protokol kesehatan ketat tetap tak bisa dilepaskan dari sekeliling Presiden dan Wakil Presiden RI, juga di lingkungan masyarakat dan keluarga kita masing-masing.
Bentuk kewaspadaan
Menurut Heru, Rabu (16/3) lalu, setiap orang yang akan bertemu dan berkegiatan bersama Presiden dan Wakil Presiden memang harus memiliki hasil negatif tes PCR sehari sebelumnya. Hal ini dinilai sebagai bentuk kewaspadaan untuk mengantisipasi penularan Covid-19, kendati saat ini jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus menurun.
“Setelah berkoordinasi dengan Sekretariat Militer, Pasukan Pengamanan Presiden, dan juga Tim Dokter Kepresidenan, kami masih tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat di lingkungan istana,” tandas Heru di Jakarta.
Setelah berkoordinasi dengan Sekretariat Militer, Pasukan Pengamanan Presiden, dan juga Tim Dokter Kepresidenan, kami masih tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat di lingkungan istana.
Selain itu, tamu yang akan bertemu dengan Presiden diwajibkan untuk melakukan swab PCR sehari sebelumnya atau masih dalam rentan waktu 24 jam dari hasil tes PCR terakhir. Ketentuan ini, tidak hanya diterapkan untuk tamu-tamu Presiden yang akan bertemu di Istana saja, tapi juga saat Presiden melakukan kunjungan kerja.
“Untuk itu kami mohon pengertian para pejabat di daerah, baik Gubernur, Kapolda, Pangdam, Bupati, Walikota, dan pejabat Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) lainnya, serta para tokoh masyarakat yang akan menyambut atau mendampingi Presiden saat berada di daerah agar melakukan swab PCR terlebih dahulu,” kata Heru.
Biro Protokol Sekretariat Presiden mengingatkan hal ini kepada protokol pemda dan juga pihak-pihak yang akan bertemu dengan Presiden. “Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada pejabat maupun tokoh masyarakat di daerah yang terpaksa kami tolak untuk mendampingi Bapak Presiden karena hanya menunjukkan hasil swab antigen,” tutur Heru.
Baca juga: Pengawasan Prosedur dan Penerapan Protokol Kesehatan Tetap Utama
Sebelumnya, dalam beberapa portal media, Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa menyampaikan kekecewaannya karena dilarang mendampingi Presiden Joko Widodo saat kunjungan Presiden ke Solo Techno Park, Jumat (11/3/2022). Teguh menggantikan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang sedang menjalani isolasi mandiri. Namun, Teguh hanya membawa hasil negatif tes antigen karena merasa tidak mendapatkan informasi untuk melakukan tes PCR.
Protokol kesehatan (prokes) ketat pun diterapkan saat Presiden Jokowi berkegiatan di Titik Nol Kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada Senin hingga Selasa (14-15/3/2022) awal pekan ini. Seperti disampaikan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Mayjen TNI Tri Budi Utomo, semua personil yang akan masuk ke IKN diwajibkan melalui tes swab.
Prokes dan protap
“Protokol kesehatan tetap kami laksanakan di sana (IKN). Meskipun itu tempatnya ada di sekitaran hutan yang mungkin udara juga cukup, tapi itu sudah menjadi protap (prosedur tetap) bagi kami. Siapa pun yang merapat di sekitar Bapak Presiden harus melakukan protokol kesehatan dengan ketat,” ujar Tri Budi pada keterangan pers di Balikpapan, Kaltim, Minggu (13/2/2022) malam.
Protokol kesehatan tetap kami laksanakan di sana (IKN). Meskipun itu tempatnya ada di sekitaran hutan yang mungkin udara juga cukup, tapi itu sudah menjadi protap (prosedur tetap) bagi kami. Siapa pun yang merapat di sekitar Bapak Presiden harus melakukan protokol kesehatan dengan ketat.
Terbaru, para pebalap MotoGP dan para petinggi Dorna juga menjalani tes PCR sebelum bertemu Presiden Jokowi, Rabu (16/3/2022). Ke-20 pebalap serta para pejabat ini beraudiensi sebelum berparade di Jalan Medan Merdeka Utara, Jalan MH Thamrin, sampai Bundaran HI. “Sebelumnya, mereka harus sudah vaksin sebagai syarat untuk mendapatkan visa. Lalu kemarin, semua sudah tes usap,” kata Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.
Prokes ketat juga diberlakukan di sekitar Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Semua yang berkegiatan bersama Wapres Amin harus memiliki hasil tes negatif PCR. Wartawan yang akan mengikuti kunjungan kerja Wapres ke Labuan Bajo sepanjang Senin-Selasa (14-15/3/2022), misalnya, juga harus mendapatkan hasil negatif dalam tes PCR sehari sebelumnya.
Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika membenarkan kewajiban tes PCR tersebut saat dikonfirmasi. Selain itu, jaga jarak maupun menggunakan masker tetap dijalankan. Saat wawancara langsung, misalnya, jarak aman antara Wapres Amin dengan para wartawan tetap diterapkan.
Baca juga: Wapres Amin Mengagumi Labuan Bajo yang Masih Perlu Terus Dibenahi
Paspampres pun tetap waspada menjaga Wapres Amin dan Nyonya Wury saat mereka jalan pagi di sekitar kawasan Marina, Labuan Bajo. Kendati bertemu warga yang kebetulan berada di tepi pantai, warga hanya boleh menyapa dan tidak boleh menyentuh Wapres Amin. Petugas akan segera menghalau bila ada warga yang secara refleks ingin menjabat tangan Wapres.
Kewaspadaan dan kehati-hatian memang masih harus menjadi kebiasaan. Sebab, pandemi Covid-19 belum berakhir selama obatnya belum ditemukan. Kendati galur Omicron disebutkan memiliki gejala yang paling lemah, tetapi penularannya tetap luar biasa. Tak hanya itu, galur ini pun memiliki subvarian baru yang mulai mendominasi di Indonesia, yakni BA 2.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menuturkan bahwa Indonesia telah berhasil melalui puncak Omicron. Hal ini ditunjukkan dengan tren perbaikan data-data kasus Covid-19 secara menyeluruh. Dalam tiga minggu berturut-turut, kasus positif mingguan turun 64 persen setelah mencapai puncak tertinggi pada pertengahan bulan Februari 2022.
Baca juga: Varian Baru Covid-19 Masih Mengancam
Meskipun lebih lambat, kasus kematian juga mulai menunjukkan tren penurunan hingga sebesar 10 persen dari puncak. Perbaikan juga tampak pada data kasus aktif, kesembuhan, dan BOR (tingkat keterisian tempat tidur) di rumah sakit. “Jika pada minggu lalu terdapat 470.000 kasus aktif, di minggu ini hanya terdapat 340.000 kasus aktif,” kata Wiku saat menyampaikan keterangan pers terkait perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Selasa (15/3/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Pada minggu ini terdapat 270.000 orang sembuh yang meningkatkan persentase kesembuhan hingga mencapai 91,6 persen. Sebagai perbandingan, persentase kesembuhan di minggu lalu hanya 89,11 persen. Penurunan kasus aktif dan peningkatan kesembuhan ini berdampak pada penurunan BOR, yakni dari hampir 30 persen per 6 Maret 2022 menjadi sekitar 20 persen per 13 Maret 2022.
Tongkat estafet pengendalian
“Penting untuk saya ingatkan kepada masyarakat, selepas keberhasilan ini, tongkat estafet pengendalian kasus sudah akan lebih banyak berpindah pada setiap individu dan kelompok. Jika di masa genting dianggap perlu pengendalian kasus segera dengan kebijakan berlapis yang ditetapkan pemerintah, di masa adaptasi ini kebijakan-kebijakan tersebut mulai disesuaikan kembali,” kata Wiku.
Hal ini bukan berarti seluruh langkah pengendalian tersebut tidak diterapkan lagi, namun sudah dirasa mampu untuk dikembalikan pada tanggung jawab, baik masing-masing orang maupun kelompok. Kelompok dimaksud seperti perkantoran, sekolah, mal, restoran, dan sebagainya.
"Ingat, turunnya kasus tidak sama dengan hilangnya virus Covid-19 dari Indonesia. Untuk itu, setiap (dari) kita masih memiliki tanggung jawab untuk melindungi diri kita sendiri dan orang lain, termasuk kelompok rentan. Hal ini dapat dilakukan melalui hal paling mudah dan sederhana, yaitu disiplin protokol kesehatan,” kata Wiku.
Ingat, turunnya kasus tidak sama dengan hilangnya virus Covid-19 dari Indonesia. Untuk itu, setiap (dari) kita masih memiliki tanggung jawab untuk melindungi diri kita sendiri dan orang lain, termasuk kelompok rentan. Hal ini dapat dilakukan melalui hal paling mudah dan sederhana, yaitu disiplin protokol kesehatan.
Alhasil, di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, semua pihak tetap harus waspada dan hati-hati untuk mencegah penularan. Kewaspadaan dan kehati-hatian ini berlaku di semua tempat, termasuk di Istana Kepresidenan dan Istana Wakil Presiden. Pun halnya berlaku bagi semua orang, termasuk yang hendak berinteraksi dengan RI 1 maupun RI 2, baik saat di Istana maupun ketika kunjungan kerja. Tentu, apalagi di lingkungan keluarga kita ya. Demi orang-orang tersayang, apa yang dterapkan di lingkungan Istana, berlaku juga bagi kita. Yuk sama-sama menjaga dan disiplin prokes.