Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar Melepas Jabatan Ketum MUI
Mundurnya KH Miftachul dari jabatan Ketum MUI sebagai bentuk komitmen dan realisasi janjinya di hadapan ahlul halli wal aqdi (AHWA) saat pemilihan Rais Aam PBNU, akhir Desember 2021.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
DOKUMENTASI PBNU
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhayar saat menyampaikaj pidato iftitah dalam Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2021, Sabtu (25/9/2021) di Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS — Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia atau MUI. Pengunduran diri merupakan tindak lanjut atas permintaan ahlul halli wal aqdi atau AHWA yang memintanya tidak rangkap jabatan. Keputusan segera diambil dalam rapat pleno MUI.
Wakil Sekretaris Jenderal MUI KH Ahmad Fahrur Rozi dihubungi dari Jakarta, Selasa (9/3/2022), mengatakan, surat pengunduran diri KH Miftachul Akhyar dari Ketua Umum MUI disampaikan pada Senin (8/3). Selanjutnya, MUI akan memproses surat tersebut untuk menyetujui atau menolak permintaan itu.
”Itu adalah hak beliau untuk mengajukan pengunduran diri. Namun, kepastian keputusan mundur secara resmi nantinya menunggu rapat pleno MUI, apakah disepakati atau tidak dalam rapat pleno,” ujar pria yang akrab disapa Gus Fahrur.
Warga nahdliyin memadati arena Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung Tengah, Lampung, Rabu (22/12/2021).
Gus Fahrur mengatakan, pengambilan keputusan atas permintaan pengunduran diri KH Miftach akan disepakati dalam rapat pleno. Rapat akan diikuti seluruh jajaran pengurus harian MUI dan selanjutnya hasil rapat pleno diajukan ke Dewan Pertimbangan MUI yang diketuai Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin ataupun rapat gabungan.
Gus Fahrur mengatakan, setiap Selasa selalu diadakan rapat koordinasi pimpinan MUI. Namun, ia belum mengetahui rapat rutin tersebut juga akan membahas pengunduran diri KH Miftach atau rapat pleno membahas pengunduran diri KH Miftach akan digelar di waktu yang lain.
Dikutip dari laman NU Online, pengunduran diri KH Miftach dari Ketum MUI periode 2020-2025 sebagai bentuk komitmen dan realisasi janjinya di hadapan ahlul halli wal aqdi (AHWA) saat pemilihan Rais Aam PBNU, akhir Desember 2021. Kala itu, anggota AHWA, KH Zainal Abidin, mengatakan AHWA bersepakat bahwa Rais Aam tidak rangkap jabatan agar fokus dalam pembinaan dan pengembangan jami'ah NU.
”Di saat ahlul halli wal aqdi Muktamar Ke-34, NU menyetujui penetapan saya sebagai Rais Aam, ada usulan agar saya tidak merangkap jabatan. Saya langsung menjawab sami'na wa atha'na (kami dengarkan dan kami patuhi). Jawaban itu bukan karena ada usulan tersebut, apalagi tekanan,” ujar Kiai Miftach.
HENDRA A SETYAWAN
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar (kanan) bersama Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (tengah) saat mengumunkan kepengurusan PBNU periode 2022-2027 di kantor PBNU, Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Ia menceritakan, proses pemilihan menjadi Ketum MUI pada akhir November 2020 berlangsung cukup lama. Selama dua tahun, KH Miftach dirayu dan diyakinkan untuk bersedia jadi Ketum MUI. ”Semula saya keberatan, tapi kemudian saya takut menjadi orang pertama yang berbuat 'bid'ah' di dalam NU. Karena selama ini, Rais Aam PBNU selalu menjabat Ketua Umum MUI,” katanya.
Dengan pengunduran dirinya itu, KH Miftach mengaku sudah tidak ada lagi bid'ah. Sebab, ia telah berkomitmen dan merealisasikan janjinya di hadapan majelis AHWA untuk tidak rangkap jabatan dengan mengajukan pengunduran diri dari jabatan Ketum MUI.
Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorum Niam Soleh mengatakan, surat pengunduran diri KH Miftach akan segera dibahas sesuai ketentuan organisasi. Ia pun menghormati keputusan KH Miftach dan akan mengonsolidasikan permintaan mundur sesuai mekanisme yang berlaku di MUI.
Untuk diketahui, KH Miftach menjadi Rais Aam PBNU menggantikan KH Ma'ruf Amin sejak akhir 2018. Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, tersebut juga ditetapkan sebagai Ketum MUI periode 2020-2025 dalam Musyawarah Nasional X MUI pada November 2020.
Dalam Muktamar ke-34 PBNU di Lampung, akhir Desember lalu, sembilan anggota AHWA, yakni KH Mustofa Bisri, KH Ma’ruf Amin, KH Miftachul Akhyar, TG Turmudzi Badaruddin, KH Anwar Manshur, KH Nurul Huda Jazuli, KH Dimyati Rois, KH Ali Akbar M, dan KH Zainal Abidin sepakat memilih KH Miftach sebagai Rais Aam PBNU periode 2021-2026.