Penjajakan Poros Koalisi Pilpres 2024 Kian Intens
Sejumlah parpol kecil mulai menjajaki koalisi untuk capres pada Pemilu 2024. Meski tak memiliki posisi tawar yang besar, mereka dinilai dapat menawarkan ceruk pemilih yang berpotensi menambah suara koalisi.
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah partai politik mulai intens menjajaki koalisi untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024. Penjajakan yang muncul lebih awal ini dinilai sebagai upaya untuk menggalang dukungan yang lebih besar.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Partai Amanat Nasional (PAN), misalnya, menjajaki kerja sama dengan sejumlah partai politik Islam untuk menuju Pemilu 2024. Pada Selasa (18/1/2022) malam, pimpinan PAN bertemu dengan pimpinan Partai Bulan Bintang (PBB). Pertemuan itu merupakan bagian dari upaya menjajaki kerja sama antarparpol untuk menghadapi Pemilu 2024.
Sekretaris Jenderal DPP PAN Eddy Soeparno saat dihubungi di Jakarta, Rabu (19/1/2022), mengatakan, kedua partai bertemu atas dasar kesamaan basis dan platform partai. PAN dan PBB, menurut dia, memiliki sejumlah kesamaan, yakni partai berhaluan Islam, modernis, dan moderat. Kesamaan fundamental itu memungkinkan terjadinya pertemuan dan dialog di antara kedua partai.
”Memang pembicaraannya ialah bagaimana kita bisa menjajaki kemungkinan kerja sama dalam berbagai hal. Misalnya, dalam melakukan dakwah Islam modernis dan moderat, termasuk juga urusan kerja-kerja politik,” ucap Eddy.
Selain membicarakan kerja-kerja politik, lanjut Eddy, pertemuan pada Selasa malam kemarin juga membahas agenda politik 2024. Potensi kerja sama dengan PBB pun terbuka, baik melalui koalisi di pemilihan presiden maupun kerja sama di pemilihan legislatif.
”Kami tentu bisa melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada. Jika PBB menjadi peserta pemilu yang akan datang, tentu PBB bisa melakukan kerja-kerja itu sendiri. Tetapi, jika memang merasa bisa menitipkan aspirasinya melalui PAN, atau caleg-calegnya maju melalui PAN, kerja sama itu tentu tidak tertutup kemungkinan,” katanya.
Baca juga : PKS Rumuskan Strategi Penggandaan Raihan Suara
Akan tetapi, Eddy menegaskan, semua masih dalam tahap penjajakan dan pendalaman satu sama lain. PAN juga tetap terbuka untuk partai-partai lain. Sebagai partai yang terbuka, religius, nasionalis, dan plural, PAN menghargai keberagaman serta terbuka terhadap semua kelompok dan golongan masyarakat.
Eddy tak membantah adanya dorongan kerja sama di antara kedua partai itu atas dasar kesamaan platform atau basis, yakni Islam. Namun, belum tentu kerja sama kedua partai akan menciptakan poros koalisi Islam. PAN juga terbuka dengan partai-partai lain, tidak hanya eksklusif dengan partai Islam.
”Segala sesuatunya masih penjajakan. Ini semua dalam rangka menjalin komunikasi dan dialog untuk menjaga agenda politik 2024. Kami tentu ingin hasil Pemilu 2024 maksimal, pemilu berjalan lancar, dan tidak terjadi pembelahan masyarakat,” tuturnya.
Saat ini partai-partai fokus melakukan konsolidasi internal dan penataan struktur, di samping juga menjalin komunikasi dengan sesama parpol ataupun tokoh-tokoh.
Menggandeng partai lain
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menambahkan, forum silaturahmi akan ditindaklanjuti ke parpol lain, misalnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Gerindra, dan Nasdem.
Tujuannya untuk memperbanyak titik temu persepsi, kepentingan, dan kebijakan partai agar menjadi kekuatan nasional yang dapat membantu meningkatkan kinerja pemerintah.
”PAN tidak bermaksud membuat poros koalisi partai Islam. PAN dan PBB ingin merajut kebersamaan, menginginkan membangun common platform untuk Poros Indonesia Raya,” ujar Viva.
Baca juga : Dua Tahun Sebelum Pemilu 2024, Parpol Bersaing Memikat Caleg Potensial
Menurut PAN, pendekatan poros politik melalui politik identitas, agama dan non-agama, akan dapat mencederai nilai kohesivitas sosial bangsa dan tidak produktif bagi persatuan nasional. ”Bagi PAN, politik Indonesia harus di bawah ke arah rasionalitas, yang inklusif, nonsektarian, nondiskriminatif, dan bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Tidak untuk menjadikan agama sebagai ’kayu bakar’ untuk meningkatkan elektoral partai,” ucapnya.
Secara terpisah, Sekjen PBB Afriansyah Noor mengatakan, terbuka peluang yang besar untuk tiga partai berbasis Islam modernis untuk membangun kerja sama lebih erat. Ketiga partai yang dimaksud itu ialah PAN, PBB, dan PPP. ”Bagaimana bentuk kerja sama ketiga partai itu sedang kita bahas dan kita rumuskan bersama,” katanya.
Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra pun mengatakan, ketiga ketua umum partai bersahabat dan hubungan mereka sangat baik. ”Mudah-mudahan apa yang menjadi keinginan bersama ini dapat terwujud,” ujarnya.
Memenuhi ambang batas
Sebelumnya, penjajakan koalisi untuk mengusung capres-cawapres di Pemilu 2024 juga pernah dilakukan PKB. Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar menjelaskan, PKB tidak bisa mengusung calon sendiri karena terbentur aturan syarat minimal ambang batas pencalonan presiden 20 persen. Untuk itu, satu-satunya langkah politik yang bisa dilakukan adalah membangun koalisi bersama partai lain.
”PKB terus melakukan penjajakan dengan berbagai partai lain untuk bisa mengusung pasangan capres-cawapres. Pertemuan kami dengan partai-partai hampir setiap saat di DPR, sudah memungkinkan untuk terus menjajaki,” ucap Muhaimin.
Baca juga : Parpol Bersiap Hadapi Verifikasi kendati Tahapan Pemilu 2024 Belum Juga Ditetapkan
Meski demikian, untuk sampai mengerucut pada koalisi pencalonan, lanjut Muhaimin, saat ini masih terlalu dini. ”Mungkin akan mengerucut menjelang hari H atau satu bulan sebelum pendaftaran,” katanya.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga membuka diri dan membangun komunikasi dengan semua partai politik dan para tokoh bangsa untuk membangun titik temu dalam mengusung capres dan cawapres. Ia berharap, karakter yang dimiliki calon-calon itu seperti nasionalis, religius, dan berkomitmen untuk menegakkan kedaulatan wilayah dan demokrasi, serta sumber daya alam.
”Kami butuh sosok negarawan yang mempersatukan seluruh elemen bangsa dan tidak memecah belah bangsa,” ucap Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Aljufri.
Alasan di balik partai-partai kecil sudah menjajaki peluang koalisi adalah untuk mendapatkan kursi di pemerintahan mendatang.
Menebar pesona
Peneliti Pusat Penelitian Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, menilai, alasan di balik partai-partai kecil sudah menjajaki peluang koalisi adalah untuk mendapatkan kursi di pemerintahan mendatang. Artinya, dengan mereka melemparkan wacana koalisi atau menampilkan figur calon tertentu, itu sama saja mereka ingin mencari dukungan yang lebih luas.
”Dengan harapan nantinya para elite dari partai kecil ini akan ditarik di pemerintahan, mendapat posisi strategis. Karena itu, mereka berupaya menebar pesona dan menebar dukungan,” ujar Wasisto.
Menurut Wasisto, partai-partai mulai menjajaki koalisi capres sejak dini karena yang diutamakan di Pemilu Serentak 2024 nanti adalah kekuatan figur dibandingkan dengan partai sendiri. Oleh karena itu, dengan menempel figur capres tertentu, mereka berharap mendapatkan efek ekor jas (cocktail party effect).
Namun, lanjut Wasisto, membangun koalisi bukan hal yang mudah. Sebab, partai-partai kecil itu harus memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen. Untuk itu, jika penjajakan koalisi ingin berhasil, calon yang diusung tentu harus memiliki jejaring personal dengan elite partai besar.
Bagi sejumlah partai besar, ia juga melihat belum bulat mengusung nama. Menurut dia, partai-partai tersebut masih perlu ”meraba-raba” terlebih dahulu partai mana yang sekiranya layak menjadi mitra atau partai mana yang dianggap sebagai rival. Selain itu, partai besar ini juga dinilai masih ada friksi internal dalam mengusung calon.
”Artinya, ada masalah internal pula yang perlu dibereskan sebelum mereka mengumumkan capres definitif,” ujar Wasisto.