Wapres Ma'ruf Amin: Jika Negara Butuh, NU Akan Siapkan Putra-Putrinya Jadi Presiden atau Wapres
"Andai saja ke depan negara masih memerlukan, Nahdlatul Ulama tentu akan menyiapkan putra-putri terbaiknya untuk menjadi presiden, wakil presiden, menteri, atau jajaran apa pun ,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kiprah perjuangan Nahdlatul Ulama dalam melakukan perbaikan membentang dari tataran tanggung jawab keumatan, kebangsaan, kenegaraan, hingga tingkat global. Hal yang mesti dilakukan adalah menata ulang langkah-langkah perbaikan dan menyiapkan sumber daya manusia mumpuni.
Pengabdian Nahdlatul Ulama terhadap bangsa tidak lepas dari prinsip organisasi tersebut yang menempatkan posisi cinta Tanah Air sebagai bagian dari iman. ”Sejak mulai, dan itu diakui oleh Presiden Jokowi kemarin bahwa Nahdlatul Ulama telah banyak berjasa bagi bangsa ini. Sejak sebelum kemerdekaan, sampai kepada mempertahankan kemerdekaan, sampai dengan mengisi kemerdekaan, Nahdlatul Ulama tidak pernah absen,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan pada penutupan Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung, Jumat (24/12/2021).
Bahkan, sejak dulu, kalau pemerintah dan negara memerlukan, NU menyediakan, menyiapkan, serta merelakan putra-putrinya duduk dalam jajaran pemerintahan. Tidak sedikit putra-putri NU yang berkiprah menjadi presiden, wakil presiden, menteri, DPR, MPR, gubernur, bupati, wali kota, hingga ke tingkat RT (rukun tetangga) dan RW (rukun warga).
”Dan, andai saja ke depan negara masih memerlukan, Nahdlatul Ulama tentu akan menyiapkan putra-putri terbaiknya untuk menjadi presiden, wakil presiden, menteri,atau jajaran apa pun. Insya Allah, kalau negara ini memerlukan. Ini saya kira pengabdian. Kenapa ini terjadi? Karena memang NU memiliki prinsip menempatkan posisi hubbul wathan minal iman, cinta Tanah Air bagian dari iman,” kata Wapres Amin.
NU memiliki prinsip menempatkan posisi hubbul wathan minal iman, cinta Tanah Air bagian dari iman.
Menurut Wapres, prinsip inilah yang membuat posisi NU seperti sekarang ini di dalam sistem kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia. Hasil muktamar ini, bagi warga NU, perlu disyukuri. Hal ini karena NU adalah amanat yang harus dijaga dan dipelihara. NU tidak boleh mengalami perpecahan, permusuhan, dan ketidakkompakan yang membuat kiprah NU menjadi lemah. Terkait dengan hal itu, sikap-sikap terpuji yang diajarkan para ulama—yakni saling mencintai, saling menyayangi, saling membantu, dan saling menolong—mesti diteruskan.
Muktamar Ke-34 NU yang berakhir damai dan tenteram juga patut disyukuri. ”Memang banyak orang memperkirakan bahwa muktamar ini akan panas, akan terjadi guncangan-guncangan. Tetapi, ternyata muktamar ini dapat landing dengan damai, dengan aman, dan baik sekali. Ini karena Nahdlatul Ulama organisasi yang berpengalaman dan dikendalikan oleh pilot-pilot yang andal sehingga situasi segawat apa pun dapat diatasi dengan baik, dengan akhir yang menyenangkan,” kata Wapres.
Pemerintah pun menyambut gembira hasil muktamar tersebut. ”Hasil ini bagi pemerintah sangat menggembirakan, sangat menyenangkan. Karena, selama ini Nahdlatul Ulama dianggap dan dinyatakan sebagai mitra pemerintah yang paling setia di dalam membangun bangsa,” ujarnya.
Mengambil hikmah dari hadis yang menyebutkan bahwa orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain di dalam saling menyayangi dan mencintai seperti tubuh yang satu, Wapres Amin mengatakan bahwa saling mencintai dan menyayangi di antara warga NU juga harus terus dipupuk. Sebagaimana sebuah bangunan, warga nahdliyin mesti saling menompang satu sama lain saling agar tetap kuat dan hebat.
Tanggung jawab global
Wapres Amin pun mengutip pernyataan KH Hasyim Asy’ari bahwa NU adalah gerakan organisasi perbaikan. NU adalah gerakan ulama dalam melakukan perbaikan di berbagai tataran tanggung jawab, baik keumatan, kebangsaan, kenegaraan, maupun global.
Semuanya ini adalah menjadi kiprah perjuangan Nahdlatul Ulama dalam melakukan perbaikan-perbaikan keumatan, kebangsaan, kenegaraan, maupun dalam tataran tingkat global.
”Semuanya ini adalah menjadi kiprah perjuangan Nahdlatul Ulama dalam melakukan perbaikan-perbaikan keumatan, kebangsaan, kenegaraan, maupun dalam tataran tingkat global. Dari mana itu kita pahami bahwa NU punya tanggung jawab global? Ya, dari gambar NU itu. NU itu gambarnya bola dunia, artinya misi NU adalah misi mendunia,” kata Wapres Amin.
Pada kesempatan tersebut, Wapres Amin juga mengatakan bahwa hal yang mesti dilakukan adalah menata ulang langkah-langkah perbaikan. Langkah perbaikan itu bukan untuk mencari kekuasaan dan kemasyhuran. Masalah keagamaan, kemasyarakatan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik diperbaiki supaya membawa kemaslahatan di dunia dan akhirat.
Hal yang harus pula dilakukan adalah menyiapkan sumber daya manusia mumpuni. Momentum bermuktamar diharapkan dijadikan momentum perbaikan langkah-langkah untuk mewujudkan, menggiatkan, dan menghidupkan kembali semangat ke-NU-an yang pernah dimiliki pada masa lalu.
Rais Aam PBNU periode 2021-2026 KH Miftachul Akhyar menambahkan, untuk mewujudkan besar, seperti tertulis dalam tema Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama, yakni Membangun Kemandirian Warga untuk Perdamaian Dunia, diperlukan pengubahan karakter atau sifat grudak-gruduk dan kagetan. Jangan sampai pula NU menjadi kelompok yang latah, tidak punya pendirian, dan hanya ikut-ikutan.
”Manakala kita bisa membangun karakter-karakter yang latah menjadi manusia anak bangsa yang punya pendirian kuat, percaya diri, saya yakin Nahdlatul Ulama akan segera menggapai cita-citanya menuju dunia untuk memberikan solusi-solusi di dalam kehidupan,” kata Miftachul Akhyar.
Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 KH Yahya Cholil Staquf menyatakan keinginan memancangkan dua agenda besar di dalam menyongsong abad kedua NU. Pertama, agenda membangun kemandirian warga. Kedua, meningkatkan peran dalam pergulatan NU untuk mendukung perdamaian dunia.
Menurut Yahya Cholil Staquf atau yang sering disapa Gus Yahya, dalam dua agenda tersebut NU telah memiliki rintisan-rintisan yang sangat berharga dan sangat kuat. ”Hal yang diperlukan selanjutnya adalah bagaimana menjahit berbagai macam inisiatif yang sudah dilakukan dalam pengembangan ekonomi rakyat, pengembangan pendidikan, pengembangan layanan-layanan kesehatan, dan sebagainya menjadi satu agenda nasional yang terpadu untuk meningkatkan kualitas hidup warga NU, khususnya dan rakyat banyak pada umumnya,” katanya.
Sementara dalam hal pergulatan untuk berkontribusi dalam upaya perdamaian dunia, Gus Yahya menuturkan, NU juga telah berhasil melakukan berbagai macam inisiatif yang semakin diapresiasi oleh masyarakat internasional. ”Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah bagaimana melakukan akselerasi lebih jauh sekaligus bagaimana melakukan sinergi dengan inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah. (Hal ini) karena apabila kita melihat lanskap dinamika internasional hari ini, tidak ada yang memiliki posisi paling tepat untuk berkontribusi bagi perdamaian dunia lebih dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Hadir dalam acara penutupan Muktamar Ke-34 NU kali ini, antara lain, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana, Rektor Universitas Islam Negeri Raden Intan M Mukri, serta para pengurus NU pusat, wilayah, cabang, dan internasional.
Sementara itu, Wapres Amin didampingi oleh Ibu Wury Handayani, Pelaksana Tugas Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi dan Masykuri Abdillah, serta Tim Ahli Wapres Iggi Haruman Achsien.