Meluruskan Pemahaman, Menguatkan Perempuan
Hari Ibu yang diperingati tiap 22 Desember, menurut Ibu Negara Iriana Joko Widodo, harus menjadi momentum membangkitkan semangat perempuan lebih berani bicara dan menunjukkan potensinya. Makin berdaya bangun kesetaraan.
Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember kerap disamakan dengan perayaan Mother’s Day. Padahal, keduanya berbeda. Hal itu pun memperoleh kritik dari Devi, istri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
”Sebetulnya sudah salah kaprah, disamakan dengan Mother’s Day. Sebetulnya Hari Ibu untuk mengingat ibu-ibu yang ikut berjuang untuk kemerdekaan RI,” ujar Devi dalam video bertajuk OASE Kabinet Indonesia Maju untuk Hari Ibu yang ditayangkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (22/12/2021).
Di Yogyakarta, Ibu Negara Iriana Joko Widodo pada puncak peringatan Hari Ibu dalam sambutan virtualnya, Rabu, juga mengingatkan, Hari Ibu bukan hanya momen untuk berterima kasih kepada para ibu. Namun, Hari Ibu jadi momentum untuk memberikan perhatian dan pengakuan atas peran penting perempuan dalam berbagai sektor pembangunan.
”Momentum istimewa ini harus membangkitkan semangat kaum perempuan untuk lebih berani berbicara dan menunjukkan potensinya, makin berdaya membangun kesetaraan dan kehidupan yang sejahtera, serta makin inovatif berkontribusi bagi kemajuan bangsa,” ujarnya.
Menurut Iriana, perempuan adalah pilar sekaligus penggerak penting pembangunan bangsa. Hal tersebut dibuktikan dengan peran perempuan selama pandemi Covid-19.
”Selama pandemi, kaum perempuan, kaum ibu, telah membuktikan ketangguhan dan daya juangnya untuk bertahan dari berbagai kesulitan melindungi anak-anak, keluarga, dan orang-orang di sekitarnya agar tetap sehat, tenang, dan produktif,” katanya.
Perempuan adalah pilar sekaligus penggerak penting pembangunan bangsa. (Iriana Joko Widodo)
Kongres Perempuan
Tanggal 22 Desember dipilih berdasarkan hari Kongres Perempuan Indonesia I yang diselenggarakan sampai 25 Desember 1928. Kendati pertemuan pertama itu belum membicarakan masalah politik, 30 perwakilan organisasi perempuan sudah memutuskan mendirikan Perikatan Perempuan Indonesia.
Organisasi ini kemudian berkembang dan membahas isu-isu yang makin beragam. Kongres demi kongres diselenggarakan. Perempuan juga makin terlibat dalam masalah politik bangsa. Tahun 1938, saat Kongres Perempuan III di Bandung, ditetapkan juga Hari Ibu setiap 22 Desember.
Akibat salah kaprah, Hari Ibu menciut maknanya, hanya sekadar perayaan terima kasih kepada jasa para ibu mengasuh anak-anaknya. Sementara di Indonesia, tak hanya menghormati jasa baik para ibu, Hari Ibu juga menghargai peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di masa kemerdekaan, peran perempuan semestinya makin setara. Namun, penguatan perempuan masih perlu terus dilakukan. Salah satunya yang dikerjakan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju atau OASE.
Para istri menteri, istri wakil menteri, dan istri pejabat di lingkungan Kabinet Indonesia Maju bersama-sama menguatkan sesama perempuan, baik dalam perannya sebagai ibu maupun sebagai warga negara Indonesia. Hal ini dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang mendorong cara mendidik dan mengasuh anak, menjaga kesehatan, mengelola lingkungan, serta memberdayakan pekarangan rumah.
Baca juga : Iriana Joko Widodo Bertemu Korban Pemerkosaan Herry Wirawan
Kembali ke lapangan
Sejak awal pandemi Covid-19 pada 2020, sebagian besar kegiatan OASE diselenggarakan secara virtual. Namun, pada Selasa (21/12/2021), Nyonya Iriana didampingi Nyonya Wury Ma’ruf Amin mulai kembali menggelar kunjungan kerja khusus para ibu ke Bandung Barat.
Peninjauan vaksinasi anak dilakukan di SD Negeri 196 Sukarasa sembari memberikan bantuan sosial. Berbeda dengan peninjauan vaksinasi yang biasanya juga dilakukan oleh Presiden atau Wapres, suasana kali ini terasa lebih ceria. Anak-anak terlihat begitu dekat dan akrab.
Iriana bahkan terlihat membantu membukakan lengan baju seorang anak untuk disuntik. Ia juga memperbaiki letak jilbab seorang anak yang sedang divaksin. Begitu tiba di lokasi vaksinasi sekitar pukul 08.55, Iriana disambut ceria dengan yel-yel dari siswa SDN 196 Sukarasa.
Dipandu oleh Kepala SDN 196 Sukarasa, Iriana langsung meninjau pelaksanaan vaksinasi kepada 451 siswa dan berinteraksi dengan beberapa siswa yang sedang menunggu giliran untuk divaksin. ”Gimana, tadi takut disuntik? Nangis enggak?” tanya Iriana
Kegiatan serupa dilaksanakan serentak di 15 sekolah dasar lainnya dengan sasaran sebanyak 6.097 peserta yang tersebar di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Setelah meninjau kegiatan vaksinasi, di lokasi yang sama Iriana dan Wury juga meninjau penyerahan bantuan sosial kepada perwakilan masyarakat. Dipandu oleh Ketua Bidang 5 OASE Ayun Sri Harahap, sebanyak 300 paket bantuan berupa alat tulis dan alat kebersihan badan diserahkan kepada anak-anak. Selain itu, sebanyak 100 paket bantuan sembako dan perlengkapan protokol kesehatan diserahkan kepada masyarakat sekitar.
Kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan sosial di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung. Kehangatan sebagai seorang ibu lantas tercurah ketika mereka berjumpa dengan generasi masa depan, termasuk anak-anak penyintas tindak asusila.
Berjumpa dengan anak-anak penyintas tindak asusila di sebuah ruangan di BBPPKS Kabupaten Bandung Barat, pada hari Selasa itu, emosi tampak di wajah Iriana. ”Saya sebagai perempuan sangat sakit sekali, sakit sekali. Nanti semoga tidak ada korban-korban yang lain,” ujar Iriana didampingi Wury dan Ketua Umum OASE Erni Guntarti Tjahjo Kumolo dan istri Gubernur Jawa Barat, Atalia Praratya Kamil.
Iriana pun berharap penegakan hukum tegas terhadap pelaku perdagangan manusia.
Baca juga : Perempuan Internasional Bahu-membahu Dukung Kesejahteraan Jakarta
Perempuan bisa
Hari Ibu, menurut Iriana, jadi momentum menunjukkan perempuan harus pintar dan bukan sekadar konco wingking atau teman di dapur. Justru, perempuan bisa berkontribusi bagi negara. Buktinya, saat ini perempuan bisa menjadi apa pun, baik menjadi ketua RT, menteri, maupun presiden.
Semangat dan penguatan ini, lanjut Wury, diharapkan menular ke semua perempuan Indonesia. ”Sebab, peran perempuan sangat penting untuk keluarga, masyarakat, dan negara,” ujarnya.
Tak semua menteri pula ingat untuk mengucapkan selamat Hari Ibu kepada istri-istrinya. Yanti Isfandiary Airlangga sempat berseloroh bahwa suaminya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, lupa dengan Hari Ibu. Sementara Tri Tito Karnavian, istri Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, mengatakan suaminya diam saja.
Saat ini perempuan bisa menjadi apa pun, baik menjadi ketua RT, menteri, maupun presiden.
Kendati demikian, di media sosial, ucapan selamat Hari Ibu disampaikan. Di laman Instagram dan Twitter-nya, Presiden Jokowi menyebut sejarah Hari Ibu yang diawali dari perkumpulan perempuan di Tanah Air yang menggelar Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta pada 22 Desember 1928.
”Sudah 93 tahun berlalu, tetapi semangat yang mengemuka dalam pertemuan itu tetap hidup, lestari, dan telah terwujud hari ini. Di era digital kini, perempuan telah berkiprah tanpa batas di semua bidang dan ladang pengabdian, para ibu memegang andil besar bagi kemajuan bangsa, seraya tetap mengawal generasi masa depan Indonesia,” tambah Presiden.
Wapres Amin menambahkan, cinta seorang ibu sangat besar. Tidak akan cukup untaian kata untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada para ibu. Kepada para ibu, Wapres Amin memberikan penghargaan atas perjuangan, pengorbanan, dan kesabaran.
”Terima kasih karena telah melahirkan, mendidik, dan menjadikan putra-putri bangsa yang sehat, cerdas, dan berakhlak mulia. Terima kasih telah menjadi lentera penerang bagi jalan generasi penerus bangsa. Terima kasih telah menjadi pantulan energi positif yang mengantar anak-anak Indonesia meraih cita-cita,” kata Wapres Amin.
Hal terpenting, penguatan semua perempuan Indonesia mesti terus berjalan. Meskipun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dicapai, perjuangan bagi perempuan untuk memperoleh kesetaraan belum usai. Perempuan Indonesia harus makin berdaya.