Kian strategisnya posisi RI di panggung internasional menuai apresiasi, tetapi juga harapan publik. Yang terutama, implementasi dari berbagai kesepakatan serta perjanjian internasional untuk kesejahteraan rakyat.
Oleh
RANGGA EKA SAKTI/ LITBANG KOMPAS
·4 menit baca
Sepanjang 2021, Pemerintah Indonesia aktif berpartisipasi dalam berbagai acara serta forum internasional. Mulai di tingkat regional dalam beberapa KTT ASEAN hingga di level internasional, seperti pertemuan G-20 dan COP 26. Tak hanya berpartisipasi, peran Indonesia di gelanggang internasional juga semakin menguat.
Peran itu setidaknya terlihat saat krisis politik pecah di Myanmar. Indonesia menjadi salah satu negara yang terus mengupayakan perdamaian di antara pihak yang berseteru. Peran RI kian menonjol saat mulai awal Desember lalu, Indonesia dipercaya memegang keketuaan atau presidensi G-20, organisasi 20 negara ekonomi terbesar di dunia. Selanjutnya, pertemuan bilateral antarpetinggi dan pemimpin negara yang hadir ke Indonesia sepanjang tahun ini juga turut menandai kian strategisnya posisi RI di mata dunia.
Aktivitas Indonesia di panggung dunia ini tak lepas dari pengamatan publik. Mayoritas publik pun mengapresiasinya. Hal ini tecermin dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas awal Desember ini. Sebagian besar responden (78,7 persen) bangga akan posisi RI di dunia internasional yang kian strategis.
Kebanggaan ini berakar pada keyakinan bahwa semakin aktifnya Indonesia di berbagai forum atau organisasi internasional akan dapat membawa perubahan. Mayoritas responden (93,5 persen) beranggapan bahwa hal ini merupakan indikasi yang baik.
Harapan pun disampaikan publik terkait posisi Indonesia di mata dunia yang kian positif ini. Yang paling dominan, peran aktif Indonesia di panggung internasional dapat membantu situasi perekonomian Indonesia yang masih belum pulih sempurna akibat gempuran pandemi Covid-19.
Harapan perbaikan ekonomi ini terefleksi ke dalam beberapa hal. Pertama, publik berharap semakin banyak kesempatan bagi Indonesia tampil di ajang internasional akan terus mendongkrak pamor pariwisata Indonesia (28,3 persen). Harapan publik ini tentu dapat dimaklumi mengingat masih melesunya sektor ini sepanjang Covid-19 mewabah.
Selanjutnya, masyarakat juga berharap pemerintah dapat membuka akses lebih luas di pasar internasional. Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa 22,1 persen dari responden berharap aktivitas pemerintah di dunia internasional dapat membuka jalan bagi SDM Indonesia untuk berkarya atau bekerja di luar negeri.
Tidak hanya itu, publik berharap pemerintah dapat membuka akses luas untuk produk Indonesia di pasar internasional (19,2 persen). Dalam konteks yang lebih makro, publik berharap kegiatan pemerintah di berbagai ajang internasional terkonversi menjadi kian derasnya investasi asing masuk ke dalam negeri (16,3 persen).
Ujungnya, publik berharap peran strategis Indonesia secara global akan berimbas pada kesejahteraan. Setidaknya, hampir separuh responden melihat aktivitas Indonesia di gelanggang internasional akan berdampak langsung terhadap kemakmuran mereka. Adapun sepertiga responden lain berpendapat, hal itu akan berdampak pada kesejahteraan publik meski tidak langsung.
Tentunya, harapan soal perbaikan ekonomi ini berhubungan juga dengan kemampuan negara menghadapi pandemi Covid-19. Tak ayal, publik juga menyimpan harapan bahwa peran aktif Indonesia di panggung global akan berdampak terhadap pengendalian Covid-19 di dalam negeri. Lebih dari 43 persen responden menganggap bahwa peran aktif di dunia internasional akan membantu Indonesia untuk memperoleh vaksin dan obat-obatan dari negara lain.
Adapun sepertiga responden lain melihat peran aktif tersebut dapat membantu meyakinkan publik internasional bahwa pandemi di Indonesia telah relatif terkendali. Meskipun begitu, tidak sedikit pula yang skeptis. Ini terlihat dari sekitar seperlima responden yang beranggapan bahwa kegiatan Indonesia di berbagai ajang internasional tak berdampak terhadap penanganan Covid-19 di dalam negeri.
Modal sosial
Tingginya apresiasi dan harapan publik ini perlu dilihat sebagai modal sosial pemerintah untuk terus menggenjot peran diplomatik Indonesia. Selain rasa bangga, publik perlu diberikan hasil nyata dari implementasi perjanjian atau kesepakatan internasional yang telah disetujui sepanjang tahun. Intinya, posisi sentral Indonesia di panggung global harus bisa dikonversi menjadi kebijakan yang mampu meningkatkan kesejahteraan.
Kesejahteraan ini tak melulu soal uang. Salah satu contohnya, meminimalkan dampak kerusakan lingkungan yang telah mewujud menjadi bencana alam yang tak henti merundung negara. Partisipasi Indonesia dalam konferensi lingkungan COP 26 lalu jangan hanya berakhir di kertas saja, melainkan kebijakan nyata untuk turut berkontribusi menekan peningkatan suhu di angka 1,5 derajat celsius.
Tidak hanya itu, harapan masyarakat bahwa peran sentral Indonesia di lingkup internasional dapat meningkatkan keamanan serta kedaulatan negara (79,1 persen) juga perlu direalisasikan. Pasalnya, harapan publik ini masih belum sejalan dengan performa pemerintah menjaga kedaulatan negara. Beberapa kali terjadi pelanggaran batas negara di Natuna oleh China. Ditambah lagi adanya dugaan operasi intelijen Iran di dalam negeri.
Yang juga jadi pekerjaan rumah ialah baru sekitar sepertiga responden (35,4 persen) yang mengetahui soal kepemimpinan Indonesia di G-20. Salah satu cara mendorong pengetahuan dan partisipasi publik ini ialah menunjukkannya dengan kebijakan yang bermanfaat. Peran aktif Indonesia di mata dunia tak akan bisa maksimal tanpa dukungan publik.