KSAD Jenderal TNI Dudung: Saya Tidak Mau Dibawa-bawa ke Politik
Bersamaan dengan hari ulang tahunnya yang ke 56, Jumat (19/11/2021) ini, Pangkostrad Jenderal TNI Dudung Abdurachman, yang pernah menjadi loper koran di Bandung, kini resmi menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu/Suhartono
·6 menit baca
Menyusul pelantikan Jenderal (TNI) Andika Perkasa sebagai Panglima TNI pada Rabu (17/11/2021), Presiden Joko Widodo juga melantik mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) Jenderal (TNI) Dudung Abdurachman sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
Karier Dudung meroket setelah membangun patung Bung Karno di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, saat ia masih menjabat sebagai Gubernur Akmil pada Februari 2020. Patung tersebut diresmikan oleh putri Bung Karno sekaligus Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, yang pernah menjadi Presiden RI. Berselang enam bulan, Dudung dipromosikan menjadi Panglima Kodam Jayakarta. Kemudian, namanya kian populer setelah gebrakan menurunkan baliho pimpinan Front Pembela Islam (FPI) pada November 2020. Tak sampai setahun, persisnya akhir Mei 2021, ia diangkat sebagai Pangkostrad.
Sekalipun ia merupakan satu-satunya peraih Bintang Kartika Eka Paksi Nararya di angkatannya serta pernah menaklukkan salah satu pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 2003, ada kabar yang menuding melesatnya karier Dudung sarat dengan kepentingan politik akibat kedekatannya dengan Megawati. Dalam wawancara khusus dengan Kompas di Markas Kostrad, Jakarta, Jumat (19/11/2021), ia menepis tudingan itu. ”Dan saya juga tidak akan mau kalau dibawa-bawa ke politik. Tidak akan mau saya. Urusan politik, politik,” tambah lulusan Akmil 1988, yang dalam buku karya Imelda Bachtiar diberi judul Loper Koran Jadi Jenderal.
Tak hanya itu, ia juga memaparkan rencana kerja sebagai KSAD yang akan dimulai dengan mengunjungi prajurit di wilayah konflik, yakni Papua dan Poso, Sulawesi Tengah. Pendekatan apa yang akan digunakannya? Lalu apa pula rencana kerja lainnya Dudung? Berikut petikan wawancara Kompas dengan Dudung.
Apa yang akan Anda lakukan sebagai KSAD?
Pertama, profesionalisme. Saya akan meningkatkan kualitas prajurit TNI AD dari segi teknik dan taktik sesuai dengan tantangan tugas ke depan. Hal itu melalui modernisasi alutsista dan cara berpikir karena tantangan ke depan sudah tidak seperti perang yang terdahulu, tetapi perang siber.
Di tengah pandemi Covid-19 yang berdampak besar bagi kesehatan dan perekonomian masyarakat, saya ingin seluruh prajurit hadir di tengah-tengah mereka yang kesulitan. Apa pun itu risikonya, memang kita sudah dikontrak oleh negara.
Saya mendapat pesan dari Presiden agar meningkatkan kesejahteraan prajurit, mulai dari perlengkapan hingga sarana dan prasarana. Jika sarana dan prasarananya sudah mencukupi, prajurit akan bekerja optimal. Selanjutnya, saya akan meningkatkan frekuensi latihan untuk menjawab tantangan ke depan. Tentunya juga mengimplementasikan visi dan misi Panglima TNI, yakni ”TNI adalah Kita”. TNI AD harus disayang rakyatnya, tetapi TNI AD harus lebih sayang kepada rakyatnya.
Dari sekian rencana kerja, apa prioritas Anda dalam waktu dekat?
Saya akan datang ke daerah operasi, yaitu Timika, Papua, dan Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengunjungi para prajurit serta menanyakan kesulitan dan hambatan yang mereka hadapi. Saya tidak ingin mereka kesulitan hanya karena perlengkapan atau makanan. Hari itu juga diselesaikan, saya tidak akan menunggu lama. Tidak mau retorika saja. Dan, komandan-komandan satuan yang tidak menyejahterakan prajuritnya akan saya ganti. Ada yang cuma hanya memperkaya diri dan satuannya, saya ganti itu nanti. Saya copot, kalau perlu suruh berhenti saja.
Saya akan datang ke daerah operasi, yaitu Timika, Papua, dan Poso, Sulawesi Tengah, untuk mengunjungi para prajurit serta menanyakan kesulitan dan hambatan yang mereka hadapi. Saya tidak ingin mereka kesulitan hanya karena perlengkapan atau makanan. Hari itu juga diselesaikan, saya tidak akan menunggu lama. Tidak mau retorika saja. Dan, komandan-komandan satuan yang tidak menyejahterakan prajuritnya, akan saya ganti. Ada yang cuma hanya memperkaya diri dan satuannya, saya ganti itu nanti. Saya copot, kalau perlu suruh berhenti aja.
Radikalisme
Anda pernah membuat gebrakan menurunkan baliho FPI, apakah pencegahan gerakan radikal akan terus dilakukan?
Oh ya. Saya akan perintahkan seluruh prajurit peka terhadap perkembangan situasi menyangkut ekstrem kiri dan kanan, terutama kelompok-kelompok yang mencoba melakukan tindakan radikalisme. Saya bilang, kalau ada informasi-informasi, saya akan berlakukan seperti zaman Pak Soeharto dulu. Para babinsa itu harus tahu, jarum jatuh pun dia harus tahu.
Jadi, kalau ada organisasi yang coba mengganggu persatuan dan kesatuan, jangan banyak diskusi, jangan terlalu banyak berpikir tetapi lakukan. Segera berkoordinasi dengan kepolisian untuk dilakukan tindakan-tindakan yang tegas. Itu merupakan bagian dari Tujuh Perintah Harian KSAD.
Ada tudingan bahwa Anda anak kesayangan Presiden Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri sehingga karier Anda cepat melesat, apakah benar?
Enggak. Saya kenal dengan Pak Jokowi itu setelah bintang dua, saya belum pernah jadi dandim-nya beliau, kan ada juga teman-teman saya yang senior-senior ketika beliau Wali Kota Solo, beliau dandim dan sebagainya. Saya belum pernah kenal. Dengan Ibu Mega juga saya kenalnya waktu bintang dua juga, waktu itu saya buat patung Soekarno (di Akmil) waktu itu.
Saya jadi bintang empat juga bukan berarti tidak ada sejarah di belakangnya. Mungkin Pak Jokowi melihat bahwa apa yang saya lakukan selama di Kodam Jaya telah menciptakan ketenteraman, kedamaian, dan pelaku usaha juga sekarang sudah enak. Tidak merasa ada pihak yang merasa paling benar, tidak ada orang yang merasa paling berkuasa dan menghalalkan segala cara.
Tidak mungkin hanya karena Pak Jokowi dekat dengan saya, kemudian diberikan jabatan yang tantangannya itu juga berat. Tahun 2022, 2023 sudah menjelang pemilu, saya yakin beliau sudah punya perhitungan.
Anda membangun patung Bung Karno di Akmil itu bagian dari apresiasi kepada pendiri bangsa atau, maaf, sekadar untuk mencari muka?
Begini, Presiden Soekarno adalah Presiden yang pertama membentuk Military Academy tanggal 31 Oktober 1945. Kemudian tahun 1957 dengan Pak Gatot Subroto dan Oerip Soemohardjo waktu itu mendirikan Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang tahun 1957.
Sewaktu menjadi Gubernur Akmil, saya berinisiatif menamai setiap gedung dengan nama prajurit yang sudah gugur. Patung para pendiri AMN, seperti Gatot Soebroto dan Oerip Soemohardjo, juga sudah ada. Kemudian di main hall itu ada prasasti yang ditandatangani Soekarno pada 11 November 1957 saat meletakkan batu pertama di tiang itu. Saya bilang, kenapa ya kita tidak buat patung Soekarno sehingga taruna-taruna yang baru masuk tahu bahwa yang meletakkan batu pertama Akmil adalah Presiden pertama RI. Ini kan sejarah.
Saya laporkan kepada Pak KSAD, beliau setuju. Saya laporkan kepada Bu Mega, ia juga senang sekali, karena penghormatan kepada orangtuanya.
Kepentingan politik
Jadi, kalau ada tuduhan Anda diangkat untuk menjadi alat politik pemerintah atau parpol tertentu itu bagaimana?
Sebetulnya Pak Jokowi lebih melihat ke pekerjaan, melihat dari pengabdian, karena Pak Jokowi itu kan profesional. Tidak ada alat politik atau segala macam itu tidak ada. Dan saya juga tidak akan mau kalau dibawa-bawa ke politik. Tidak akan mau saya. Urusan politik, politik.
Sebetulnya Pak Jokowi lebih melihat ke pekerjaan, melihat dari pengabdian, karena Pak Jokowi itu kan profesional. Tidak ada alat politik atau segala macam itu tidak ada. Dan saya juga tidak akan mau kalau dibawa-bawa ke politik. Tidak akan mau saya. Urusan politik, politik.
Jadi tidak berpikir soal politik?
Tidak ada. Saya hanya untuk tentara, untuk Angkatan Darat.
Jelang tahun politik, bagaimana menjaga agar setiap prajurit TNI AD tidak terlibat dalam politik praktis?
Pasti akan saya sampaikan kepada prajurit bahwa TNI AD adalah milik semua golongan, milik semua partai politik, jangan memihak kepada salah satu partai politik. Jangan cenderung kepada kontestan tertentu. Kamu harus netral karena prajurit juga harus mengamankan apabila situasi politik itu tidak menentu. TNI harus tampil untuk mempertahankan negara ini dari perpecahan.
Saya akan tekankan keras, jangan coba-coba ada anggota TNI AD memihak salah satu kelompok atau salah satu partai politik tertentu. Telah ditetapkan oleh undang-undang bahwa TNI itu tidak boleh berpihak. Tidak ada cerita itu, tidak boleh. Tidak ada toleransi.