TNI AL dan AU Solid Dukung Jenderal Andika sebagai Panglima
Agar lebih memastikan soliditas, Jenderal Andika Perkasa dituntut membangun komunikasi hingga menciptakan sinergi antarmatra. Solusi lain, mempercayakan jabatan strategis di TNI ke perwira tinggi TNI AL dan TNI AU.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu/Edna C Pattisina
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang pelantikan Jenderal (TNI) Andika Perkasa sebagai Panglima TNI, yang menurut rencana digelar pekan ini, TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara menegaskan loyalitas pada keputusan Presiden Joko Widodo. Kedua matra TNI itu berkomitmen untuk mendukung Panglima TNI yang telah diusulkan Presiden dan disetujui DPR tersebut.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono seusai memimpin upacara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-76 Korps Marinir di Jakarta, Senin (15/11/2021), kembali menegaskan kesetiaan terhadap keputusan Presiden Joko Widodo yang mengusulkan Kepala Staf TNI AD Jenderal (TNI) Andika Perkasa sebagai Panglima TNI. Siapa pun Panglima yang terpilih, TNI AL akan mendukungnya. ”Jangan ragukan loyalitas TNI AL, jangan ragukan loyalitas Marinir yang selama ini telah terbukti. Saya kira itu saja, siapa pun pemimpinnya kita harus loyal,” kata Yudo.
Hal serupa sebelumnya ia sampaikan selepas acara peletakan batu pertama pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar TNI (SPBT) Terpadu I TNI AL di Kompleks Kompleks Komando Daerah Maritim (Kodamar) Sunter, Jakarta Utara, Selasa (9/11/2021). Yudo mengisahkan, langsung memberitahukan jajaran TNI AL ketika mendapatkan informasi mengenai nama calon Panglima yang diusulkan Presiden.
”Tidak sampai 15 menit (setelah mendapatkan informasi), saya sampaikan ke jajaran bahwa kita harus loyal terhadap apa yang ditetapkan Presiden karena Presiden merupakan penguasa tertinggi TNI AD, TNI AL, dan TNI AU sehingga apa pun yang telah diputuskan pasti keputusan terbaik untuk TNI dan terbaik untuk negara dan bangsa,” tutur Yudo dikutip dari Kompas.com.
Selain meminta para prajurit TNI AL untuk mendukung keputusan Presiden, Yudo juga mengajak mereka untuk setia dan mendukung kepemimpinan Andika Perkasa. Ia menyebutkan, Andika merupakan seniornya di TNI dan merupakan sosok prajurit terbaik karena telah terpilih sebagai Panglima. Oleh karena itu, diharapkan TNI ke depan akan semakin solid dan bisa menjadi angkatan bersenjata yang profesional, modern, serta tangguh.
Secara pribadi, ia pun tetap semangat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin tertinggi di TNI AL. Penegakan hukum dan kedaulatan di laut yang merupakan tugas pokok TNI AL akan dilaksanakan semaksimal mungkin.
Sebelum pilihan jatuh pada Andika, Yudo merupakan salah satu calon kuat Panglima TNI pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto yang masa jabatannya akan habis pada akhir November 2021.
Peluang Yudo kerap disebut lebih besar dibandingkan dengan dua kepala staf angkatan lainnya karena merujuk pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI bahwa jabatan Panglima dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi aktif yang sedang atau pernah menjabat sebagai kepala staf angkatan. Sebelum Marsekal Hadi Tjahjanto dari TNI AU menjabat Panglima, jabatan Panglima TNI diisi oleh Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dari TNI AD.
Dukungan pada keputusan Presiden terkait calon Panglima TNI juga disampaikan oleh TNI Angkatan Udara. Matra ini memastikan akan menjaga soliditas di bawah kepemimpinan Jenderal (TNI) Andika Perkasa.
”TNI AU loyal dan solid kepada Panglima TNI,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Indan Gilang Buldansyah.
Mengayomi
Ketika rombongan Komisi I DPR mengunjungi rumah Andika untuk memverifikasi faktual tempat tinggal dan keluarga Andika sebagai bagian dari rangkaian uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon Panglima TNI, Minggu (7/11/2021), Andika pun menegaskan bahwa soliditas internal TNI merupakan sebuah keharusan. Di TNI AD, ia mengklaim telah membangun soliditas antarprajurit. ”Nanti hal yang sama akan coba saya usahakan lakukan di TNI,” ujarnya.
Namun, Andika belum bersedia menyampaikan terobosan-terobosan yang akan dilakukan secara lebih detail. Ia berjanji, langkah strategis tersebut akan disampaikan setelah dilantik oleh Presiden. ”Pokoknya nanti kalau resmi saja, ya, kan sekarang belum. Masih ada proses besok. Saya janji, nih,” kata dia.
Peneliti Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Beni Sukadis menilai, pemilihan kali ini menunjukkan kuatnya otoritas Presiden dalam menentukan kandidat Panglima TNI terlepas dari latar belakang dan kontroversi yang mengiringinya. Dalam konteks hubungan sipil-militer, otoritas sipil justru terlihat semakin kuat.
Meski demikian, kekecewaan dari matra yang lain dinilainya tak terhindarkan. Ia mencontohkan, reaksi kekecewaan pernah pula muncul ketika Presiden Joko Widodo mengangkat Gatot Nurmantyo untuk menggantikan Moeldoko sebagai Panglima TNI. Prajurit TNI AU kecewa karena menganggap saat itu merupakan giliran mereka memimpin TNI.
Namun, kekecewaan itu meluntur karena Panglima yang diangkat menunjukkan kepiawaian bekerja sama dengan matra lainnya. ”Reaksi (kekecewaan) sesaat ini tidak akan memecah TNI,” kata Beni.
Sebagai langkah konstruktif setelah dilantik sebagai panglima, lanjut Beni, Andika harus bisa membangun komunikasi, mengayomi, dan menciptakan sinergi antarmatra. Selain itu, ia juga bisa mengambil langkah untuk menempatkan perwira tinggi dari TNI AL dan TNI AU di sejumlah jabatan strategis. Misalnya, Asisten Intelijen Panglima, Asisten Operasi Panglima, dan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI berdasarkan sistem merit. ”Tanpa ada penerapan sistem merit, akan sulit terjadi peningkatan profesionalisme TNI, apalagi soliditas organisasi,” tambahnya.