Mekanisme pemilihan ”rais aam” dan Ketua Umum (Tanfidziyah) PBNU pada Muktamar Ke-34 Lampung, Desember 2021, ditetapkan sama dengan tata cara pemilihan di Muktamar ke-33 di Jombang tahun 2015 lalu.
Oleh
Rini Kustiasih
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah persiapan dilakukan panitia Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34 yang akan diselenggarakan di Provinsi Lampung. Salah satunya adalah menyiapkan sembilan kiai sepuh yang berilmu dan berwibawa sebagai formatur yang disebut ahlul halli wal aqdi atau AHWA dalam pemilihan rais aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Ahlul halli wal aqdi adalah institusi khusus yang berfungsi sebagai badan legislatif yang ditaati dan berisi orang-orang berpengaruh dalam jamiyyah NU. Institusi itu biasanya dibentuk untuk keperluan khusus, seperti memilih rais aam PBNU.
Ketua Panitia Pelaksana Muktamar NU ke-34 Imam Aziz menjelaskan, mekanisme pemilihan rais aam PBNU dengan mekanisme AHWA itu masih akan berlaku dalam muktamar di Lampung. ”Saat ini tata caranya sedang disiapkan. Nanti akan ada sembilan kiai sepuh yang senior, berwibawa, dan berilmu tinggi, akan duduk dalam semacam lembaga formatur yang akan menentukan siapakah yang menjadi rais aam PBNU,” katanya saat dihubungi, Jumat (5/11/2021) dari Jakarta.
Siapa saja yang akan duduk dalam AHWA itu, lanjut Imam, akan ditentukan kemudian setelah ada tata cara yang disepakati. Namun, ia menyebutkan mekanismenya tidak akan jauh berbeda dengan tata cara AHWA saat Muktamar NU ke-33 di Jombang. Pada saat itu, perwakilan dari pengurus wilayah dan pengurus cabang yang mengusulkan sembilan nama kiai sepuh dari kalangan NU. Sembilan kiai sepuh itu kemudian yang menentukan rais aam PBNU.
Dalam struktur PBNU, rais aam merupakan pengambil keputusan tertinggi. Rais aam membawahkan jajaran syuriah yang beranggotakan para kiai besar NU. Hal ini membedakan rais aam dengan Ketua Umum PBNU yang membawahkan pengurus tanfidziyah (pelaksana) organisasi.
Adapun untuk ketum PBNU, menurut Imam, mekanisme pemilihannya dilakukan dengan menghimpun suara dari pengurus wilayah dan pengurus cabang. Sekitar 560 pengurus cabang dan wilayah NU yang memiliki hak suara untuk memilih ketum PBNU.
”Mekanisme pemilihan rais aam dan ketum PBNU tetap seperti kemarin yang diterapkan di Muktamar Jombang,” katanya.
Panitia muktamar pun membolehkan jika ada deklarasi dukungan kepada calon-calon tertentu. Asalkan dukungan dan deklarasi itu disampaikan dengan tetap menjaga etika dan tidak membuat kegaduhan.
Sementara itu, persiapan teknis yang meliputi lokasi muktamar, penginapan, dan rangkaian materi acara muktamar juga sedang dimatangkan oleh panitia. Menurut rencana, muktamar akan digelar di tiga lokasi, yakni di Pondok Pesantren Darus Sa'adah, Dusun Mojoagung, Kelurahan Seputih Jaya, Kecamatan Gunungsugih, Lampung Tengah; Universitas Malahayati di Bandar Lampung; dan Universitas Islam Negeri Raden Intan di Bandar Lampung.
”Sekarang kami juga menjajaki kemungkinan untuk mengadakan kegiatan muktamar di Universitas Negeri Lampung (Unila). Artinya, akan ada sebagian acara yang dilakukan di Unila nantinya, tetapi ini harus dipastikan terlebih dulu,” ucap Imam.
Mekanisme pemilihan rais aam dan ketum PBNU tetap seperti kemarin yang diterapkan di Muktamar Jombang.
Untuk akomodasi dan penginapan para peserta muktamar, menurut Imam, panitia menyediakan hotel-hotel di sekitar lokasi muktamar. Jika masih diperlukan tempat penginapan, panitia juga akan menyewa rumah-rumah penduduk untuk tempat istirahat peserta muktamar. Berbeda dengan Muktamar NU di kondisi normal, dalam kondisi pandemi ini dilakukan sejumlah pengetatan, antara lain membatasi peserta muktamar hanya 2.500 orang, dan penyelenggaraan kegiatan secara hibrida atau campuran antara luring dan daring.
”Untuk kegiatan-kegiatan muktamar juga bisa diikuti secara daring, termasuk bazar rakyat. Jadi, kalau ada peserta yang memerlukan oleh-oleh atau ingin berbelanja melalui bazar rakyat, mereka bisa mengaksesnya melalui aplikasi. Kerumunan juga kami hindari betul. Kalau ada acara hiburan, nanti juga akan dilakukan secara daring,” kata Imam.
Saling dukung
Sebelumnya, dua nama tokoh telah mengemuka sebagai calon ketum PBNU adalah petahana KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Cholil Staquf yang kini menjabat sebagai Katib Aam PBNU.
Sejumlah pengurus wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) menyatakan dukungan kepada calon masing-masing. Salah satunya adalah PWNU Jawa Timur yang telah mengonsolidasikan diri untuk mendukung Yahya dalam muktamar kali ini.
”Kami ingin setelah ini (dukungan kepada Yahya), riuh rendah tentang calon di Jawa Timur sudah tuntas dan kita di PW ataupun PC (pengurus cabang) konsentrasi melaksanakan program masing-masing, dan mempersiapkan usulan-usulan terkait program, rekomendasi, bahtsul masaail, dan organisasi di muktamar nanti,” kata KH Abdussalam Shohib, Wakil Ketua PWNU Jatim, yang juga pengasuh Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang.
Sementara itu, Forum Silaturahim Pendukung Kiai Said Aqil Siroj juga telah meminta kesediaan untuk maju dan dipilih kembali sebagai ketum PBNU 2021-2026.
”Kami semua sependapat bahwa PBNU masih membutuhkan dan masih menginginkan beliau sebagai pemegang estafet kepemimpinan menyongsong NU abad kedua. Bagi kami, satu dekade kepemimpinan Kiai Said Aqil Siroj dengan segenap ujian dan tantangannya telah ditunaikan dengan luar biasa cemerlang. Langkah, sikap, dan kebijakan-kebijakan stretagis NU di bawah kepemimpinan beliau sudah on the best track”, kata Akhmad Muqowam, salah satu anggota forum silaturahim pendukung Said.