PKS Jaring Bakal Calon Anggota Legislatif dari Generasi Muda
Melalui penjaringan caleg muda dan program PKS Muda Institute, PKS ingin memberikan pesan kepada seluruh masyarakat terutama generasi muda bahwa masa depan bangsa ditentukan dari karya-karya anak muda saat ini.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Keadilan Sejahtera memulai pendaftaran bakal calon anggota legislatif dari generasi muda untuk Pemilu 2024. Namun, PKS diingatkan agar menawarkan program-program yang menarik agar bisa menggaet partisipasi generasi muda.
Peluncuran pendaftaran bakal calon anggota legislatif muda Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan PKS Muda Institute bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, Kamis (28/10/2021). Hadir dalam acara itu, antara lain, Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri, Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid, Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan, dan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.
Melalui penjaringan caleg muda dan program PKS Muda Institue, kata Salim, PKS ingin memberikan pesan kepada seluruh masyarakat terutama generasi muda bahwa masa depan bangsa ditentukan dari karya-karya anak muda saat ini. Oleh karena itu, PKS mengajak generasi muda berjuang bersama-sama untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa.
”PKS memberi ruang dan kesempatan kepada seluruh generasi muda Indonesia dari berbagai latar belakang sosial, budaya, profesi, dan kompetensi yang ingin berkiprah dalam dunia politik,” ujarnya.
Menurut Syaikhu, generasi muda mesti mengambil peran yang strategis, terutama menjelang bonus demografi pada 2030-2035. Maka, PKS pun berkomitmen untuk mendorong para pemuda naik panggung menjadi aktor-aktor perubahan.
Mereka mesti terus mengokohkan integritas, meningkatkan kapasitas, dan menguatkan akseptabilitas yang menjadi ciri kepemimpinan yang tangguh. Generasi muda harus bisa menjadi pelaku sejarah, bukan hanya sekadar menjadi penonton sejarah.
”Anak muda harus terlibat dan berani tampil mewarnai perpolitikan Indonesia. Politik memang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya banyak dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan politik. Apalagi perpolitikan di Indonesia masih banyak masalah,” katanya.
Generasi muda mesti mengambil peran yang strategis terutama menjelang bonus demografi pada 2030-2035. Maka, PKS pun berkomitmen untuk mendorong para pemuda naik panggung menjadi aktor-aktor perubahan.
Hidayat mengatakan, peningkatan jumlah generasi muda yang diajukan dalam pemilu legislatif sudah menjadi keputusan PKS. Maka, ia pun mendukung langkah Dewan Pengurus Pusat PKS untuk membuat kebijakan-kebijakan yang bisa mendorong peningkatan persentase generasi muda dalam pencalegan di PKS.
Hal ini disebabkan jumlah pemilih milenial dan generasi Z yang cukup signifikan. Pada Pemilu 2019, misalnya, PKS memperoleh 11,4 juta suara, lebih sedikit dibandingkan dengan pemilih berusia 17 tahun hingga 30 tahun yang berjumlah 57 juta pemilih.
”Artinya, kalau kawan muda mendaftar sebagai caleg, mereka sudah mempunyai kesempatan bisa menang karena lebih bisa berkomunikasi dan menemukan logika mayoritas pemilih,” ujar Hidayat.
Anies pun mengajak generasi muda masuk dalam politik. Jika berpandangan dunia politik kotor, orang-orang yang bersih mesti mau terjun ke dunia politik agar tidak lagi diisi oleh orang-orang yang bermasalah. Namun, ia mengingatkan agar terjunnya generasi muda di bidang politik mesti diikuti dengan integritas.
Burhanuddin menuturkan, generasi muda tidak abai politik, bahkan mereka cukup kritis terhadap politik. Hal ini perlu diantisipasi oleh parpol karena mereka menjadi sumber kaderisasi. Jika parpol gagal menarik minat pemuda, parpol akan kesulitan melakukan regenerasi sehingga partai makin dikuasai oleh elite-elite tua.
Oleh karena itu, ia mengingatkan parpol, termasuk PKS, untuk berbenah diri dengan menampilkan program-program yang menarik generasi muda. Visi kepemudaan harus diperlihatkan secara terang benderang, termasuk dengan menarik ikon-ikon kaum muda di pucuk pimpinan partai.
Partai juga harus memiliki cetak biru yang jelas bagi proses kaderisasi dan regenerasi politik internal. Jenjang karier politik perlu diperjelas sehingga menawarkan insentif bagi pemuda untuk aktif dalam partai, selain tetap harus mengedepankan prinsip meritokrasi.
Pendekatan yang dilakukan oleh parpol tidak hanya sekadar anak muda yang harus mempunyai integritas dan kapasitas, tetapi partai juga harus melakukan proses membuka diri, menarik ikon anak muda di pucuk pimpinan partai. Keberadaan generasi muda itu diharapkan bisa menjadi semacam juru biacara dan etalase untuk menarik minat anak muda lainnya agar tertarik pada politik.
”PKS harus mendengar apa yang disuarakan dan diperjuangkan anak muda. PKS juga harus menyerap sebanyak mungkin generasi muda. Dan, di saat yang sama kebijakan institusional bukan hanya 30 persen caleg perempuan, melainkan juga dari anak muda,” ucap Burhanuddin.