Peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh setiap 22 Oktober diharapkan jadi pengingat bagi santri untuk terus mengembangkan diri. Yang juga penting, senantiasa melestarikan kultur pesantren.
Oleh
Rini Kustiasih
·3 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Para santri diharapkan terus mengembangkan diri agar dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara. Di sisi lain, santri harus pula memertahankan tradisi baik yang sudah ada dan menjadikan moral santri sebagai panduan untuk menapaki hidup berbangsa dan bernegara.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar mengatakan, kaum santri harus terus tumbuh menjadi generasi membanggakan untuk Indonesia. Tubuh, tenaga, dan buah karya para santri, kata Muhaimin, didedikasikan khusus untuk Indonesia.
”Semakin maju santri Indonesia, semakin maju bangsa Indonesia. Semakin maju ahlussunnah wal jamaah, insya Allah Indonesia juga akan semakin maju pada masa akan datang,” ucap Muhaimin dalam keterangan tertulis, Kamis (21/10/2021), di Jakarta.
Sebelumnya, Muhaimin yang juga Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu menghadiri peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2021 atau peringatan Hari Santri Nasional Ke-6 di kediaman Pengasuh Ponpes Al Madina Gunungpati Semarang, Habib Umar Muthahar, Rabu (20/10/2021.
Muhaimin mengatakan, santri harus menekankan pada dua hal, yaitu menumbuhkan kekuatan ekonomi baru dan meningkatkan pengetahuan serta kompetensi teknologi.
Mengembangkan kekuatan ekonomi baru, lanjut Muhaimin, sangat penting untuk memastikan santri turut berkontribusi bagi kebangkitan ekonomi warga bangsa. Terlebih lagi kondisi ekonomi belum membaik pada saat pandemi. ”Kenapa? Karena sekarang ini semua rontok. Dan peran santri sangat dibutuhkan saat ini,” ujarnya.
Di sisi lain, kemampuan teknologi akan membantu santri untuk merespons perubahan zaman yang sangat cepat. Teknologi telah banyak mengubah pola hidup masyarakat, termasuk hubungan produsen dan konsumen dalam dunia ekonomi. Oleh karena itu, santri harus pula adaptif dengan perubahan dan perkembangan teknologi.
Siapa pun dapat disebut santri, lanjut Muhaimin, sepanjang dia mencintai ulama, kiai, dan menjalankan tradisi ahlusunnah wal jamaah.
Sementara itu, dalam sambutannya saat tasyakuran Hari Santri di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Rabu malam, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, penetapan Hari Santri Nasional menegaskan pengakuan negara terhadap kontribusi santri dan kiai atau ulama dalam perjuangan kemerdeķaan Indonesia.
Pengakuan itu didasarkan pada fakta keluarnya ”Resolusi Jihad” yang diserukan oleh KH Hasyim Asy’ari, salah satu pendiri NU. ”Membela Tanah Air adalah fardu ain atau wajib. Ini yang melatarbelakangi perjuangan kaum santri melawan penjajah,” ujarnya.
Pada era kekinian, hubungan baik antara kiai dan santri merupakan satu modal sosial yang besar harganya. Oleh karena itu, hubungan istimewa itu harus dipelihara. Sebab, kiai hidup di tengah-tengah masyarakat dan tidak terpisahkan dari semua aspek kehidupan masyarakat dan santrinya.
”Kiai itu terlibat dari mulai masyarakat itu lahir, sunat, menikah, dan punya anak, sampai kematiannya. Setiap fase kehidupannya melibatkan para kiai. Karena itu, ini merupakan modal sosial luar biasa yang mesti juga dirawat dan dilestarikan,” ujarnya.
Di sisi lain, kekuatan simbolik yang tumbuh dan besar di kultur pesantren yang menjadi basis karakter kiai dan santri, menurut Said, harus pula dilestarikan. Sebab, ikon atau simbol-simbol itu menegaskan eksistensi dan selanjutnya kontribusi kiai dan santri bagi kehidupan masyarakat. Kiai dan santri juga merupakan elemen masyarakat yang membentuk pola hubungan unik di masyarakat.
”Yang tak kalah pentingnya ialah bagaimana kiai dan santri ini dapat lebih berdaya secara ekonomi sehingga pada masa depan muncul kekuatan-kekuatan ekonomi baru dari kalangan NU ataupun santri dan kiai,” ucapnya.