Peta Dukungan Partai Politik Diyakini Bakal Berubah
Sekalipun berdasarkan hasil survei terbaru Litbang ”Kompas” elektabilitas mayoritas partai politik menurun, sejumlah partai yakin kondisi itu bakal berbalik mendekati Pemilu 2024.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU/RINI KUSTIASIH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Turunnya elektabilitas mayoritas partai politik yang mendudukkan wakilnya di DPR berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas ditanggapi beragam oleh partai politik. Tak sedikit yang akan menjadikannya sebagai pelecut untuk bekerja lebih serius. Namun, ada pula yang tak menganggapnya sebagai isu besar. Dalam waktu tiga tahun sebelum Pemilu 2024, ada keyakinan kuat peta dukungan bagi partai politik bakal berubah.
Berdasarkan survei Litbang Kompas pada Oktober 2021, dari sembilan partai politik di DPR, elektabilitas tujuh parpol di antaranya mengalami penurunan jika dibandingkan survei serupa pada April 2021. PDI-P sekalipun masih berada di posisi teratas, elektabilitasnya menurun dari semula 22,6 persen menjadi 19,9 persen. Di urutan kedua, Gerindra yang semula 10,5 persen menjadi 8,8 persen; serta Golkar dari 8,6 persen menjadi 7,3 persen. Selanjutnya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengalami penurunan paling dalam dari semula 7 persen menjadi 3,9 persen; Nasdem dari 3,4 persen menjadi 2,0 persen; Demokrat dari 7 persen menjadi 5,4 persen; dan PPP dari 2,9 persen menjadi 1,3 persen.
Adapun dua parpol yang elektabilitasnya naik adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari semula 5,4 persen menjadi 6,7 persen dan Partai Amanat Nasional (PAN) dari 1,5 persen menjadi 1,7 persen.
Meski demikian, masih banyak responden yang tidak menjawab atau merahasiakan pilihannya. Jumlahnya mencapai 40,8 persen. Angka ini pun meningkat jika dibandingkan dengan survei pada April 2021 yang kala itu besarnya hanya 27,6 persen.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan, penurunan elektabilitas tidak membuat Golkar berhenti melakukan kerja-kerja politik dan pemenangan. Partai berlambang beringin ini telah memasang target menang dalam Pemilu 2024. Tahun 2024 dianggap sebagai momentum yang tepat untuk mengulang kemenangan Golkar 20 tahun sebelumnya, yakni pada 2004.
Saat itu, Golkar berhasil memperoleh 21,62 persen dari total suara nasional dan 128 kursi di DPR. Pasca-2004, meski tak pernah terlempar dari deretan partai papan atas, Golkar belum pernah lagi menjadi pemenang pemilu.
”Baik hasil survei naik maupun turun, itu menjadi bagian yang terus mendorong kami untuk bekerja lebih serius,” katanya di Jakarta, Rabu (20/10/2021).
Doli menambahkan, Golkar memiliki strategi dan mekanisme evaluasi tersendiri dalam mempromosikan partai. Salah satunya merespons permasalahan pandemi Covid-19 dengan membangun Yellow Clinic dan mengadakan program vaksinasi Covid-19 di sejumlah daerah. Dari sejumlah program tersebut, ia mengklaim masyarakat memberikan respons positif sehingga diharapkan bisa berbuah menjadi dukungan politik bagi Golkar.
Kehadiran partai baru
Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman menduga, elektabilitas partainya menurun karena kehadiran banyak partai baru. Akan tetapi, itu bukan masalah besar karena yang terpenting Gerindra konsisten berada di posisi dua besar. Tidak hanya pada survei Kompas, tetapi juga survei yang diadakan lembaga lain. Seiring berjalannya waktu, ia menilai, elektabilitas Gerindra akan sampai pada titik stabil.
Adapun Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Syaiful Huda mengatakan, untuk menjaga elektabilitas parpol, sejumlah upaya telah dan akan terus dilakukan kader-kader PKB.
PKB, misalnya, mengedepankan politik kehadiran bagi setiap anggota DPR dan DPRD PKB, serta kader-kader lainnya. Mereka diwajibkan untuk turun ke lapangan menyosialisasikan PKB, dan juga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
”Di berbagai momentum, semua kami kemas demikian sehingga kenaikan elektabilitas Cak Imin nantinya juga bisa setara dengan elektabilitas PKB,” katanya.
Terkait penurunan elektabilitas, menurut Huda, PKB meyakini partainya akan bisa menanjak lagi dalam survei berikutnya. Pasalnya, pemilih PKB diklaimnya sebagai pemilih yang loyal. Mereka memilih PKB karena kedekatan ideologis, kesamaan platform, atau akidah perjuangan. Dengan kata lain, capaian PKB pada 2024 diyakininya akan terus meningkat.