Aksi Dukung-mendukung Calon Ketua Umum PBNU Mulai Mengemuka
Dua bulan menjelang Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama, dukung-mendukung calon ketua umum PBNU mulai mengemuka. Setidaknya ada dua nama yang digadang-gadang memimpin PBNU, yakni KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Cholil Staquf.
Oleh
Rini Kustiasih
·4 menit baca
TANGKAPAN LAYAR
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menutup acara Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar (Munas & Konbes NU) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (26/9/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Dinamika kontestasi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mulai mengemuka. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama di Jawa Timur mendukung KH Yahya Cholil Staquf sebagai calon Ketua Umum PBNU. Di sisi lain, sejumlah ulama sepuh juga memberikan dukungan kepada Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj untuk kembali memimpin organisasi tersebut.
Dukungan kepada KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya itu terungkap dari surat Keputusan PWNU Jatim, yang dirilis kepada pers, Selasa (12/10/2021), di Surabaya, Jatim. Keputusan tu diambil dalam rapat pleno gabungan Syuriah dan Tanfidziyah PWNU Jatim, Selasa.
Setidaknya terdapat tiga poin usulan kepemimpinan PBNU 2021-2026 dalam surat keputusan yang ditandatangani oleh Rais Syuriah PWNU KH Anwar Mansyur, Katib KH Syafrudin Syarif, Ketua Tanfidziyah KH Marzuki Mustamar dan Sekretaris PWNU Akhmad Muzakki itu. Pertama, PWNU Jatim meyakini perlunya dilakukan perubahan strategis dalam bentuk regenerasi pada tataran kepemimpinan manajerial dan pelaksanaan tugas organisasi (Tanfidziyah) di tubuh PBNU.
Kedua, PWNU Jawa Timur mengambil keputusan dalam bentuk pengusulan KH Miftachul Akhyar dan KH Yahya Cholil Staquf masing-masing sebagai Rais Aam dan Ketua Umum PBNU periode 2021-2026. Ketiga, PWNU Jawa Timur mengamanatkan kepada Pengurus NU di Cabang untuk mengamankan keputusan seperti dimaksud pada poin 1 dan 2 di atas.
KOMPAS/IQBAL BASYARI
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Kiai Yahya Cholil Staquf atau dikenal sebagai Gus Yahya saat berkunjung ke kantor Redaksi Harian Kompas di Jakarta, Rabu (6/10/2021).
Saat dihubungi, Rabu (13/10), dari Jakarta, Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar, tidak mengungkapkan secara detil sikap PWNU Jatim tersebut. Namun, ia mengatakan, untuk masalah dukungan dalam muktamar itu akan diurusi oleh dua Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim, yakni KH Abdussalam Sohib atau KH Ahmad Fahrur Rozi.
Dihubungi terpisah, KH Abdussalam Sohib atau Gus Salam mengatakan, pada Sabtu, akhir pekan ini, PWNU akan mengadakan pertemuan dengan Rais dan Ketua Tanfidziyah PCNU se-Jatim untuk melakukan sosialisasi hasil Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama, sekaligus konsolidasi organisasi. Salah satunya ialah mengamankan hasil rapat gabungan terkait Muktamar, Selasa lalu.
Terkait dukungan kepada Yahya Cholil Staquf dan Miftachul Akhyar, Abdussalam mengaku optimistis suara PCNU solid. "Insya Allah kebersamaan, kekompakan dan soliditas Jawa Timur tidak hanya dalam menghadapi Muktamar. Sinergi, koordinasi, sinkronisasi program sudah kami lakukan sejak tahun 2018," kata pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Maarif, Denanyar, Jombang, itu.
Dengan keputusan dukungan itu, Abdussalam menekankan, riuh rendah tentang calon Ketum PBNU di Jawa Timur sudah tuntas, sehingga PWNU maupun PCNU dapat berkonsentrasi melaksanakan program masing-masing. PWNU dan PCNU juga harus mempersiapkan usulan-usulan terkait program, rekomendasi, bahtsul masaail dan organisasi di muktamar nanti.
Insya Allah kebersamaan, kekompakan dan soliditas Jawa Timur tidak hanya dalam menghadapi Muktamar. Sinergi, koordinasi, sinkronisasi program sudah kami lakukan sejak tahun 2018
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBNU Ahmad Helmy Faishal Zaini mengatakan,menjelang Muktamar NU ke-34 di Lampung, sejumlah kalangan telah meminta kesediaan KH Said Aqil Siroj untuk memimpin NU kembali pada periode yang ketiga.
”Meski jika dilihat dari AD/ART NU sangat dimungkinkan bagi Kiai Said untuk maju kembali, beliau menyampaikan bahwa dirinya masih harus mendengar dawuh dari para kiai sepuh,” katanya, dalam keterangan resminya, Rabu di Jakarta.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Helmy Faishal Zaini, Sekretaris Jenderal PBNU
Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal itu mengungkapkan, kepemimpinan di NU adalah keputusan langit. Doa dan dawuh dari dari para kiai adalah panduan dalam menentukan Ketua Umum PBNU.
Dalam 10 tahun memimpin NU, lanjut Helmy, Said telah melahirkan banyak peninggalan karya besar. Beberapa di antaranya berdirinya 36 Universitas NU, rumah sakit NU, program penguatan basis ekonomi di kalangan pesantren malalui Lazisnu dengan capaian akumulatif hingga Rp 1,6 triliun pada 2021, serta transformasi digital melalui super-aplikasi KARTANU dan NU Online. Semua peninggalan itu, menurut Helmy, menjadi kebanggaan Nahdliyin.
Ke depannya, lanjut Helmy, NU harus menjadi organisasi yang mandiri, kuat, dan kokoh sebagai pilar pemersatu bangsa. Penyangga utama Pancasila dan NKRI di bumi Nusantara. NU sekaligus menjadi pusat peradaban khazanah Islam Nusantara yang disegani seluruh dunia.
”Sebagai organisasinya para kiai, NU masih harus dipimpin oleh ’kasepuhan’. Saya mencatat dengan baik suara dari para kiai sepuh,” katanya.
Kompas
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj
Makna penting pencalonan kembali Said, menurut Helmy, ialah untuk melanjutkan ikhtiar penting yang telah dirintisnya dalam dua periode terakhir, yaitu melahirkan generasi baru NU dan kader-kader NU masa depan menyongsong abad kedua NU.
Dukungan kepada Said, antara lain, disampaikan oleh Tuan Guru Haji L Turmudzi Badaruddin dari Lombok. Turmudzi menilai Said memiliki kapasitas keilmuan dan kepemimpinan yang mumpuni untuk memimpin kembali PBNU.