Pertemuan Keempat Jokowi dan Jusuf Kalla Setelah Pandemi Melanda
Di sela kunjungan keduanya di Yogyakarta, Presiden Jokowi menyempatkan bertemu mantan Wapres Jusuf Kalla. Ini merupakan pertemuan keempat mereka sejak pandemi Covid-19.
Kota Yogyakarta agaknya punya tempat istimewa di hati Presiden Joko Widodo. Dalam satu bulan terakhir, Presiden Joko Widodo sudah dua kali menyambangi Yogyakarta dalam rangka kunjungan kerja. Presiden Jokowi juga menyempatkan berjalan kaki menyusuri Kawasan Malioboro, bersepeda, hingga berjumpa dengan Jusuf Kalla yang pernah mendampinginya sebagai wakil presiden pada periode pertamanya, 2014-2019.
Perjumpaan Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla yang biasa disapa JK berlangsung dalam balutan suasana nan akrab di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta. Mereka berdua berbincang selama sekitar satu jam pada Sabtu (9/10/2021) siang. Saat berbincang, cucu Presiden Jan Ethes melintas mau menemui kakeknya sebelum dipanggil kembali.
”Agak lama juga memang saya tidak bertemu Pak Jokowi. Terakhir November tahun lalu, kalau tidak salah, tak lama setelah pulang dari kunjungan Papua,” ujar Wapres ke-10 dan ke-12 RI itu, Minggu (10/10/20210).
Di awal pertemuan, lanjut Kalla, Presiden sempat menanyakan kabar ibu Mufidah, istrinya, yang saat ia menjadi Wapres kerap mendampingi Ibu Negara Ny Iriana dalam berbagai acara solidaritas istri-istri menteri Kabinet Kerja.
Menurut Kalla, setidaknya tercatat tiga kali, dia bertemu dengan Presiden Jokowi. ”Tak lama setelah virus korona masuk ke sini (Indonesia), pertengahan Juni, dan November tahun lalu. Semuanya di Istana Merdeka,” tambah Kalla.
Kalla melaporkan perkembangan kegiatan Palang Merah Indonesia dan Dewan Masjid Indonesia, yang kantornya segera diresmikan. Dalam kaitan itu, Kalla mengundang Presiden Jokowi menghadiri peresmian kantor pusat DMI di Jalan Matraman, Jakarta.
Baca Juga: JK: Pengabdian Tiada Akhir
Sebelumnya, ada pula rencana Kalla melaporkan hasil pertemuannya dengan pimpinan Taliban di Kabul, Afghanistan dan Dubai, Uni Emirat Arab, akhir tahun 2020 kepada Presiden Jokowi, tetapi Presiden tengah sibuk sehingga rencana pertemuan tersebut belum terwujud.
Juru Bicara Kalla, Husain Abdullah, menyebut pertemuan Presiden Jokowi dengan Kalla berlangsung secara santai. ”Paling sekitar sejam. Ngobrol ringan, sambil bernostalgia juga. Suasana sangat akrab semacam temu kangen,” tutur Husain secara terpisah.
Husain kemudian membagikan foto-foto yang menangkap momen pertemuan Presiden Jokowi dan JK. Dalam foto tersebut, Presiden Jokowi dan JK tampak berdiri di atas hamparan karpet merah panjang di teras Istana Gedung Agung. Beliau berdua sama-sama memakai kemeja lengan panjang putih dan tetap memakai masker.
Secara kebetulan memang Presiden Jokowi dan Kalla bertemu saat Presiden kunjungan ke Yogyakarta setibanya dari kunjungan ke Bali, Jumat lalu. ”Lewat ajudan, Pak Jokowi mengundang pukul 11.00 di Istana Yogya, kebetulan saya masih melantik pengurus Dewan masjid Provinsi Yogyakarta. Jadi, saya baru bisa datang pukul 11.30,” papar Kalla.
Sebelumnya, ajudan Kalla, Suryadi Adam, menghubungi ajudan Presiden sekiranya Presiden Jokowi senggang dan Kalla akan bersilaturahim karena kebetulan berada di Yogyakarta.
Baca Juga: Pilihan Menyelamatkan Rakyat
Dalam foto, sebuah sepeda kayuh yang dipakai Presiden Jokowi berolahraga keliling Istana Gedung Agung tampak terparkir di latar belakang foto. Keakraban yang disuguhkan menjadi wajar karena Presiden Jokowi dan JK sudah tidak bertemu secara tatap muka selama beberapa bulan terakhir. Ibu Negara Iriana Joko Widodo yang turut menyertai kunjungan kerja ke Yogyakarta pun segera menanyakan kabar Ibu Mufidah Jusuf Kalla, sambil berkirim salam.
Setelah JK tidak lagi menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Presiden Jokowi, kedua tokoh nasional ini sempat bertemu 1-2 kali. Hal yang sama juga dilakukan JK kepada Presiden Megawati Soekarnoputri maupun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sama seperti relasi dengan Presiden Jokowi, relasi JK yang juga pernah menjabat sebagai wakil presiden bagi Presiden SBY pun tetap terjalin akrab.
Sabtu pagi, di Kawasan Malioboro Yogyakarta, Presiden Jokowi sebelumnya meresmikan peluncuran Program Penyaluran Bantuan Tunai Pedagang Kaki Lima dan Warung (BT-PKLW). Bantuan tunai ini diberikan bagi 1 juta PKL dan warung di seluruh Indonesia dengan masing-masing memperoleh BT-PKLW sebesar Rp 1,2 juta.
Pertemuan yang dibutuhkan bangsa
Berjalan kaki menyusuri Kawasan Malioboro, Presiden Jokowi juga berdialog dengan sejumlah perwakilan pedagang kaki lima dan pelaku usaha lainnya untuk mendapatkan masukan dan menyerap aspirasi mereka. Pada saat yang sama, Jusuf Kalla juga melakukan kunjungan ke Yogyakarta untuk pelantikan Pengurus Dewan Masjid Indonesia Wilayah Yogyakarta, di Masjid Agung Syuhada Kotabaru, Yogyakarta, Sabtu (9/10).
Ke depan, keduanya berencana untuk kembali bertemu. ”Tentu saja (rencana bertemu), meskipun tidak harus teratur waktunya atau terencana. Karena komunikasi antartokoh bangsa juga memberi banyak manfaat,” ujar Husain.
Dalam pertemuan yang penuh tawa itu, kedua tokoh bangsa ini memang terlihat sama-sama bugar. Di sela kunjungan kerja di Yogyakarta, Presiden Jokowi masih menyempatkan diri bersepeda keliling Istana Gedung Agung maupun berjalan kaki menyusuri jalanan di Malioboro. Presiden Jokowi pun rutin meminum jamu godokan. Sementara Jusuf Kalla tetap berolahraga, meskipun terbatas.
Meskipun Pak JK tidak lagi menjabat bersama Pak Jokowi, hubungan kedua tokoh bangsa ini tidak terputus dan tetap terjalin.
Biasanya, Kalla berolahraga di rumah atau halaman, misalnya jogging, treadmill, dan juga golf dengan simulator. Jenis-jenis olahraga ini dilakukan di rumah khususnya saat pusat-pusat olahraga ditutup akibat pembatasan mobilitas masyarakat di masa pandemi Covid-19. ”Tapi, saat ini sudah biasa ke lapangan (golf) lagi seperti biasa,” kata Husain yang menyebut Kalla dalam kondisi sehat.
Dalam seminggu kemarin, Kalla memang sudah bergerak ke mana-mana. Selain ke Poso, Palu, lalu ke Makassar, juga ke Semarang dan Yogyakarta. ”Semarang Yogyakarta dan sebaliknya, saya jalan darat,” ungkap Kalla terkekeh.
Selama pandemi, Jusuf Kalla tetap beraktivitas mengikuti protokol kesehatan. Pada masa pandemi pula, Jusuf Kalla banyak meluangkan waktu untuk gerakan kemanusiaan sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), terutama dalam pencegahan Covid-19. Aktivitas lain yang dijalani Kalla adalah menjadi pembicara di berbagai webinar termasuk bertema Covid-19.
Baca Juga: Silaturahmi Daring, Presiden Cerita ke Wapres Tak Ditemani Anak Cucu Menantu
Pengajar Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, dihubungi, Minggu (10/10), berpendapat, pertemuan antara Presiden Jokowi dan JK di Yogyakarta lebih dari sekadar pertemuan nostalgia. Pertemuan tersebut dinilai dibutuhkan bangsa dari sisi banyak hal, terutama untuk meng-counter isu perpecahan yang digalang oleh beberapa kelompok.
”Misalnya, isu JK mendukung Taliban, itu sangat berbahaya buat Indonesia bila salah mengartikan pertemuan antara JK dan Taliban. Tapi pertemuan Jokowi dan JK ini mengisyaratkan bahwa ada pesan persatuan yang disampaikan Jokowi terutama kepada pendukungnya tentang sosok JK,” kata Hendri.
Menurut Hendri, dimungkinkan banyak hal yang dibicarakan antara Presiden Jokowi dan JK. ”Bisa saja tentang hasil pembangunan yang dilaksanakan pasca-JK tidak lagi menjadi wakil presiden, tetapi diputuskan pada saat JK menjadi wakil presiden waktu itu. Mungkin juga tentang resuffle, mungkin juga tentang pemilu,” katanya.
Langkah ini dapat menjadi sebuah legacy (warisan) yang baik sekali dari Jokowi, yaitu tetap menghargai pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh Indonesia lainnya.
Hal yang jelas, Hendri mengatakan, langkah Presiden Jokowi ini sangat baik mengingat ia akan selesai menjabat presiden pada tahun 2024. Langkah ini dapat menjadi sebuah legacy (warisan) yang baik dari Jokowi, yaitu tetap menghargai pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh Indonesia lainnya.
Jalinan relasi
Relasi Presiden dan Wapres di Indonesia dapat ditarik jauh ke belakang, hingga satu hari setelah kemerdekaan negeri ini. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Berselang sehari berikutnya, 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia memilih Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden RI.
Sejarah mencatat bahwa jabatan wakil presiden di Indonesia sempat tidak diisi ketika Mohammad Hatta mengundurkan diri pada 1 Desember 1956. Meski ada perbedaan pemahaman secara politik, hubungan pribadi atau persahabatan kedua Proklamator RI ini masih tetap terjalin.
”Bung Karno meskipun sudah berpisah dengan Bung Hatta, masih sering berkunjung ke rumah Pak Hatta. Selain ngobrol juga ikut makan bersama keluarga Bung Hatta,” ujar putra sulung Soekarno, Guntur Soekarno, kepada Kompas, suatu kali. Rumah Hatta waktu itu, di pojok Medan Merdeka Selatan, yang kini menjadi gedung BUMN.
Baca Juga: Saat Soekarno Tak Mau Cari Pengganti Hatta sebagai Wapres...
Tak mengherankan jika posisi lowong wapres di Indonesia ini berlangsung sampai masa ketika Soeharto menjadi pejabat Presiden RI. ”Bung Karno tidak mau mencari pengganti Bung Hatta,” kata Guntur.
Posisi Wapres RI kembali diisi saat Majelis Permusyawaratan Rakyat mengangkat dan menetapkan Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) IX pada Maret 1973 sebagai Wapres RI. Sri Sultan HB IX saat itu mendampingi Presiden Soeharto.
”Saya rasa, hubungan saya dengan Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono IX selama periode itu baik-baik saja. Baik sekali. Harmonis. Tidak ada masalah,” kata Presiden Soeharto mengingat relasinya dengan Wapres Sri Sultan HB IX dalam otobiografinya, Soeharto; Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989).
Saya rasa, hubungan saya dengan Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono IX selama periode itu baik-baik saja. Baik sekali. Harmonis. Tidak ada masalah. —Soeharto
Setelah Sultan Hamengkubuwono IX, berturut kemudian sederet nama yang menjadi wapres mendampingi Presiden Soeharto; yakni Adam Malik, Umar Wirahadikusuma, Soedharmono, Try Sutrisno, dan Bacharuddin Jusuf Habibie. Karakter yang berbeda tentu membawa suasana yang berlainan pula di tiap era.
Sebut, misalnya, di otobiografinya tersebut, Presiden Soeharto menuturkan bahwa tempo-tempo, Adam Malik membuat pernyataan yang kurang serasi dengan kebijakan pemerintah, padahal dia berada di dalamnya. Namun, hal itu disebutkan Soeharto tidak sampai menimbulkan kesulitan.
Beda lagi kenangan Soeharto terhadap Wapres Umar Wirahadikusumah. ”Kerja sama dengan Pak Umar terasa lancar. Lagi pula saya tidak mengajukan persyaratan yang sulit. Selama mengetahui kewajiban masing-masing, siapa pun akan bisa bekerja sama dengan saya,” kata Soeharto.
Presiden keempat RI Presiden Abdurrahman Wahid di suatu waktu mendatangi kediaman Presiden kedua RI Soeharto. Demikian pula Presiden BJ Habibie dan Presiden Megawati Soekarnoputri. Hal yang sama juga terjadi ketika Presiden Jokowi menemui Presiden SBY di Istana Merdeka.
Pertemuan dan silaturahmi antarpemimpin memang terus bermunculan. Jika para pemimpin dan mantan pemimpin kerap bertemu, akan memberikan keharmonisan dan ketenangan di hati masyarakat.