Perlu Sinergi Mewujudkan Visi Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia
Visi Indonesia menjadi poros maritim dunia tak akan terwujud tanpa keterlibatan semua komponen bangsa. Tak hanya pemerintah, masyarakat, akademisi, dan kalangan swasta juga perlu ambil bagian mewujudkan visi tersebut.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia atau Aspeksindo diharapkan ambil bagian dalam mewujudkan visi besar Indonesia sebagai poros maritim dunia. Sebab, kenyataannya, potensi kelautan Indonesia memang belum terkelola baik sehingga belum memberi manfaat untuk masyarakat.
Harapan itu disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat membuka Musyawarah Nasional II Aspeksindo yang diselenggarakan di KRI Semarang yang tengah berlayar di perairan Bangka Belitung, Jumat (8/10/2021).
Visi Indonesia sebagai poros maritim dunia tak lepas dari kenyataan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Dua pertiga luas wilayahnya berupa laut dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia.
Karena secara geografis posisi Indonesia sangat strategis, 40 persen lalu lintas perdagangan global melalui wilayah perairan di Nusantara. Sementara perdagangan global yang diangkut melalui laut mencapai 90 persen.
”Posisi Indonesia sampai kapan pun akan selalu strategis dalam peta perdagangan dunia. Atas dasar itulah diangkat visi Indonesia ke depan sebagai poros maritim dunia,” ujar Wapres dalam rekaman sambutannya.
Acara yang dilakukan secara luring dan daring ini juga dihadiri Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Omar Sharief Hiariej, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Surya Chandra, serta Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono.
Posisi Indonesia sampai kapan pun akan selalu strategis dalam peta perdagangan dunia. Atas dasar itulah diangkat visi Indonesia ke depan sebagai poros maritim dunia.
Untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi poros maritim dunia, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Peran serta semua pihak, baik pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, maupun organisasi kemasyarakatan, sangat diperlukan.
Wapres Amin mengapresiasi Aspeksindo yang telah mulai membangun wilayah kepulauan dan pesisir. Tak hanya itu, Aspeksindo juga bisa berperan lebih besar dalam memulihkan ekonomi nasional dengan pembangunan ekonomi di kawasan pesisir dan kepulauan. Diharapkan, percepatan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan pengembangan ekonomi biru dapat terus dilanjutkan.
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pakar Aspeksindo Rohmin Dahuri juga menyampaikan potensi 11 sektor kelautan Indonesia yang nilainya mencapai 1,4 triliun dollar AS. Apabila dikelola serius, sektor kelautan ini juga bisa menyerap 40 juta tenaga kerja.
”Sebanyak 40 persen barang yang diangkut kapal dan melalui perairan Indonesia bernilai 15 triliun dollar AS per tahun. Ini sebabnya China berusaha keras menguasai Laut China Selatan,” ujarnya.
Di tengah potensi luar biasa tersebut, nelayan umumnya masih miskin. Karena itu, Rokhmin mendorong semua kepala daerah yang tergabung dalam Aspeksindo untuk membuat platform pembangunan yang memenuhi skala keekonomian, rantai pasok, dan penggunaan teknologi mutakhir.
KSAL Laksamana Yudo menambahkan, potensi kelautan Indonesia memang sangat besar. Dicontohkan di Selat Malaka saja setidaknya 700-1.000 kapal melintas, tetapi Indonesia hanya melihat saja.
”Saat ini kami sedang memproses hukum 12 kapal yang parkir di tempat kita, tetapi bongkar muatnya di Singapura,” ungkap Yudo.
Kerawanan lainnya adalah pencurian sumber daya laut Indonesia. Indonesia, menurut Yudo, memiliki sepuluh perbatasan laut dengan kerawanan tinggi, mulai penyelundupan hingga perompakan.
Yudo pun mengajak para kepala daerah yang tergabung dalam Aspeksindo untuk mengelola potensi kelautan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. TNI AL akan mendukung dengan menjaga keamanan di perairan Indonesia.