Perburuan DPO Mujahidin Indonesia Timur Harus Segera Dituntaskan
Setelah tewasnya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan, masih ada empat anggota MIT yang masuk daftar pencarian orang. Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menekankan pengejaran terhadap keempatnya harus terus dilakukan.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Tugas Madago Raya diminta tetap waspada meski pimpinan kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur atau MIT, Ali Kalora, telah tewas. Pengejaran anggota MIT yang tersisa harus segera dituntaskan sebelum mereka kembali membangun kekuatan dan mengancam keamanan masyarakat.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo saat memberikan pengarahan kepada Satuan Tugas Madago Raya di Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (28/9/2021), bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengapresiasi operasi gabungan yang mampu menangkap pimpinan kelompok teror MIT, Ali Kalora. Keberhasilan itu diklaim sebagai wujud kehadiran TNI dan Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dari segala ancaman teror.
”Tindakan tegas terukur telah dilakukan terhadap pimpinan kelompok MIT, diharapkan seluruh upaya dalam menjaga keamanan dan ketertiban dari ancaman kelompok teror dapat menjadi ladang amal bagi kami semua,” kata Listyo melalui keterangan tertulis.
Diberitakan sebelumnya, Satgas Madago Raya menangkap pimpinan MIT, yakni Ali Kalora, dan anggotanya, yaitu Jaka Ramadhan, pada Sabtu (18/9/2021). Keduanya tewas dalam baku tembak dengan aparat di Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Dari dua buron tersebut, satgas mengamankan sejumlah barang bukti, di antaranya satu pucuk senjata api laras panjang jenis M16 yang diduga milik Ali Kalora, dua ransel, satu bom tarik, dan satu bom bakar.
Setelah tewasnya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan, masih ada empat anggota MIT yang masuk daftar pencarian orang (DPO). Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Suhardin alias Hasan Pranata, dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Oleh karena itu, Listyo menekankan, pengejaran terhadap empat orang sisa kelompok teror itu harus terus dilakukan. ”Aparat gabungan juga perlu memperkuat sinergitas dan soliditas untuk menjamin keamanan dan ketenangan masyarakat setempat,” kata Listyo.
Setelah tewasnya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan, masih ada empat anggota MIT yang masuk daftar pencarian orang (DPO). Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Muklas, Suhardin alias Hasan Pranata, dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Marsekal Hadi Tjahjanto menambahkan, keberhasilan melumpuhkan pimpinan MIT tak boleh membuat personel satgas lengah. Kewaspadaan harus terus ditingkatkan untuk mengantisipasi setiap kemungkinan. Apalagi sejumlah anggota MIT yang tersisa seperti fenomena gunung es. Oleh karena itu, semua akses menuju wilayah mereka harus ditutup.
Menurut dia, pendekatan yang baik dengan masyarakat harus terus dilakukan melalui operasi teritorial. Operasi gabungan ini memiliki satu tujuan, yakni kepentingan rakyat. Kelompok teroris dan radikal tidak boleh mendapatkan tempat di NKRI. Semua prajurit juga diminta memegang teguh disiplin keprajuritan dan disiplin tempur serta bertugas sesuai dengan spesialisasi masing-masing.
Direktur Institute for Security and Strategic Studies Khairul Fahmi sepakat, penembakan Ali Kalora memang tidak boleh membuat aparat lengah. Sebab, kematian dan tertangkapnya pimpinan MIT terbukti tidak serta-merta membuat kelompok itu berhenti beroperasi.
Pada Juli 2016, Satgas Tinombala menembak mati pimpinan MIT, Santoso. Namun, kepemimpinan kelompok segera diisi oleh Basri bin Baco Sampe alias Bagong yang kemudian ditangkap pada September 2016. Sejak saat itu, Ali Kalora menjadi pimpinan MIT hingga tewas pada 2021.
Selama dipimpin Ali Kalora, jumlah anggota MIT pun terus berkurang karena satu per satu berhasil ditangkap. Namun, mereka tetap melawan aparat, bahkan menyerang warga sipil. Berdasarkan catatan Kompas, sejak 2014 setidaknya ada 20 warga yang tewas dibunuh kelompok tersebut. Pembunuhan tidak hanya bertujuan teror, tetapi juga untuk merampas bahan makanan dan uang korban.
”Perburuan harus segera dituntaskan sebelum anggota MIT kembali berkonsolidasi memperkuat kelompok dan membangun kembali simpul yang kocar-kacir,” kata Khairul.
Menurut dia, pemerintah juga harus mempertimbangkan kekecewaan dan kekhawatiran warga atas berlarutnya operasi Madago Raya. Pada Mei 2021, puluhan warga Poso yang tergabung dalam perwakilan masyarakat Kampai Tampo Lore mendatangi gedung DPRD Poso untuk menyampaikan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo.
Pemerintah juga harus mempertimbangkan kekecewaan dan kekhawatiran warga atas berlarutnya operasi Madago Raya.
Surat terbuka itu memuat kekecewaan dan ketidakpercayaan karena meski operasi terus dilakukan, tetapi teror dan kekerasan terhadap warga sipil oleh kelompok MIT masih terus terjadi. ”Jangan sampai masyarakat merasa bahwa kehadiran TNI-Polri dan tewasnya Ali Kalora ternyata tidak serta-merta menghadirkan rasa aman di tengah masyarakat,” ujar Khairul.