Pandemi Belum Berakhir, Presiden Jokowi Minta Waspadai Gelombang 3
Presiden Jokowi menyebutkan, selama 1,5 tahun Indonesia dalam selubung pandemi Covid-19, kondisi Indonesia beranjak membaik dalam beberapa pekan belakangan ini. Namun, diingatkan agar masyarakat tetap waspada.
JAKARTA, KOMPAS - Situasi pandemi Covid-19 di seluruh wilayah Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Presiden Joko Widodo menyebut bahwa selama 1,5 tahun Indonesia dalam selubung pandemi Covid-19, kondisi Indonesia beranjak membaik dalam beberapa pekan belakangan ini. Namun, Presiden Jokowi kembali mengingatkan agar masyarakat terus waspada karena pandemi belum berakhir.
Kondisi pandemi yang terus membaik ini juga dipaparkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim dalam keterangan pers hasil rapat terbatas secara virtual tentang PPKM pada Senin (27/9/2021).
Menurut Luhut, kasus konfirmasi nasional telah turun 96,9 persen dibandingkan dengan puncak kasus pada 15 Juli 2021. Angka kasus harian per 26 September 2021 adalah 1.760 atau lebih redah dari angka 24 Juli 2020, yaitu 1.761. Kasus aktif nasional juga turun 92,6 persen dari puncak 24 Juli 2021. “Jadi kombinasi testing dengan tadi PeduliLindungi, vaksinasi, dengan jaga jarak. Saya kira itu alat kita untuk menghindari kalau ada apa namanya gelombang serangan berikutnya,” ujar Luhut.
Di laman media sosial twitter dan instagram pada Senin (27/9/2021), Presiden Jokowi menyebut bahwa rumah-rumah sakit tak lagi disesaki pasien Covid-19 dan pusat-pusat isolasi mandiri di berbagai kota di tanah air mulai melonggar. Status level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di berbagai daerah juga sudah turun, pusat perbelanjaan, rumah ibadah, tempat wisata mulai dibuka, dan sekolah-sekolah mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka.
Presiden Jokowi menyebut bahwa perbaikan situasi ini terjadi berkat penerapan PPKM, vaksinasi massal, serta kesadaran masyarakat menjalankan protokol kesehatan. “Tetaplah waspada dan jangan pernah lengah. Covid-19 tetap mengintai di sekitar kita. Kini, kita bersiap untuk hidup berdampingan dengan Covid-19, dan menyambut pandemi ini sebagai endemi, karena Covid-19 tak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang singkat,” ujar Presiden Jokowi.
Baca Juga: Penurunan Kasus Dinilai Jadi Sinyal Positif bagi Sektor Pariwisata
Langkah kehati-hatian juga ditekankan oleh Luhut. Apalagi, data menunjukkan mulai terjadi peningkatan mobilitas terutama pada aktivitas retail dan rekreasi. “Walaupun sudah diambil langkah-langkah macam-macam mulai genap ganjil dan sebagainya tetap saja masih angka tetap naik dan ini menjadi perhatian kita semua lanjut,” tambah Luhut.
“Tetaplah waspada dan jangan pernah lengah. Covid-19 tetap mengintai di sekitar kita. Kini, kita bersiap untuk hidup berdampingan dengan Covid-19, dan menyambut pandemi ini sebagai endemi, karena Covid-19 tak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang singkat”
Luhut menambahkan bahwa tingkat positivity rate sudah di bawah 2 persen. Pengetesan dan pelacakan kasus terus akan ditingkatkan dengan rata-rata pengetesan saat ini adalah 170.000 tes per hari. “Saya kira mereka (TNI, Polri, dan Dinkes) sudah kerja bahu-membahu jadi kuncinya ini sebenarnya tadi pengecekan dan kemudian pemeriksaan detail ke bawah,” tambahnya.
Pembelajaran Tatap Muka
Ratas tentang PPKM kali ini juga memberikan perhatian khusus terkait kemungkinan munculnya kluster sekolah yang menggelar PTM. “Sekadar beberapa poin klarifikasi mengenai yang kemarin ada beberapa isu dengan kasus beberapa miskonsepsi yang patut diluruskan, sekali lagi adalah bahwa angka 2,8 persen satuan pendidikan walaupun itu pun sudah kecil tapi itupun adalah data kumulatif,” ujar Nadiem.
Angka 2,8 persen satuan pendidikan dengan murid atau guru terkonfirmasi positif Covid-19 tersebut, menurut Nadiem, tidak terjadi pada satu bulan terakhir pelaksanaan PTM terbatas. “Itupun 2,8 persen dari sekolah yang dilaporkan oleh sekolahnya ada yang Covid itu pun belum tentu melaksanakan PTM,” tambah Nadiem.
Angka yang menyebut bahwa 15.000 murid dan 7.000 guru positif Covid-19 tersebut berdasarkan laporan data mentah yang disebut banyak sekali memiliki error atau tingkat kesalahan. Nadiem mencontohkan banyak sekolah yang melaporkan jumlah positif Covid melampaui data jumlah murid di sekolahnya. “Jadi sekali lagi kita harus berfokus kepada data yang ada dan terutama dari data dari yang telah mendapatkan berbagai macam tes dan melakukan sampling,” tambahnya.
Kedepannya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Kementerian Kesehatan akan melakukan dua kolaborasi terkait penanganan pandemi di sekolah. Kolaborasi pertama adalah memastikan bahwa sekolah mendukung fasilitas pengetesan acak yang dilakukan dan pemerintah akan secara spesifik menutup sekolah jika kasus Covid-19 di sekolah melampaui 5 persen.
Kolaborasi ke dua adalah integrasi pengimplementasikan aplikasi Pedulilindungi di sekolah. “Kami tidak terlalu khawatir mengenai tren yang kita lihat pada saat sekolah PTM, tapi saya lebih-lebih khawatir bahwa hanya 40 persen daripada sekolah kita yang bisa melakukan PTM ini, ada 60 persen yang bisa PTM yang belum,” ujar Nadiem,
Selain dari sisi perkembangan psikologis anak, Nadiem menuturkan bahwa data bank dunia dan berbagai macam institusi riset menunjukkan betapa menyeramkannya learning loss yang bisa terjadi. “Apalagi di tingkat SD dan PAUD dimana mereka paling membutuhkan PTM bahwa kalau sekarang tidak dibuka dampaknya bisa permanen jadi ini merupakan satu hal yang lebih mencemaskan lagi buat kami,” tambahnya.
Budi menambahkan Kementerian Kesehatan akan menerapkan strategi surveilans atau kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus untuk aktivitas belajar tatap muka. Jika terbukti berhasil, strategi yang sama akan diterapkan ke aktivitas lain seperti perdagangan, pariwisata, dan keagamaan. Surveilans akan dimulai dari wilayah kecamatan yang masuk zona merah atau zona kuning.
Definisi kluster sekolah, menurut Budi, adalah apabila penyebarannya terjadi di sekolah. Strategi surveilans yang diterapkan di sekolah adalah sama seperti yang dilakukan di China. “Yang tadinya survailansnya passive case finding menjadi active case finding. Kita yang mengejar bola, kitanya aktif mencari. Bukan kita menunggu kalau ada yang panas bergejala, kita aktif keluar,” kata Budi.
“Yang tadinya survailansnya passive case finding menjadi active case finding. Kita yang mengejar bola, kitanya aktif mencari. Bukan kita menunggu kalau ada yang panas bergejala, kita aktif keluar”
Dari jumlah sekolah di tingkat kabupaten/kota yang melaksanakan PTM terbatas, pemerintah akan mengambil 10 persen sampel. Dari 10 persen ini, pemerintah akan membagi alokasi sekolah per kecamatan. Level kecamatan dipilih karena para epidemiologi menyatakan bahwa kejadian penularan terjadi antar kecamatan. Pemerintah akan melakukan testing sekitar 1,7 juta sampel per bulan atau di atas 30 ribu per hari.
Antisipasi Gelombang Tiga
Untuk sekolah dengan kasus positif di bawah 1 persen, mereka yang positif Covid-19 harus segera dikarantina dan dicari kontak eratnya. Sekolah dengan kasus positif di antara 1 persen-5 persen, maka semua “rombongan belajar” akan dites dan PTM tetap berjalan. Jika kasus positif di atas 5 persen, PTM diganti sekolah daring selama 14 hari. “Dengan demikian survailans dilakukan di level yang paling kecil. Kalau ada kemungkinan itu meledak di sana, kita kuncinya satu sekolah,” kata Budi.
“Kita harus memiliki protokol kesehatan yang baik dan kita harus memiliki surveilans yang baik. Kalau dua itu kita lakukan, strategi di sisi hulu, mudah-mudahan kita bisa mengendalikan, tapi ini sudah hidup normal, tetapi sehat”
Apabila sekolah disiplin, persentase PTM bisa ditingkatkan lagi, tidak hanya sekedar 25-50 persen dari keterisian kelas. “Kita harus memiliki protokol kesehatan yang baik dan kita harus memiliki surveilans yang baik. Kalau dua itu kita lakukan, strategi di sisi hulu, mudah-mudahan kita bisa mengendalikan, tapi ini sudah hidup normal, tetapi sehat,” tambahnya.
Baca Juga: Mengurai Kesenjangan Akses Vaksin
Terkait kedatangan orang asing, Luhut menambahkan terdapat beberapa negara seperti Amerika Serikat, Turki, dan Arab Saudi yang perlu diwaspadai. Proses karantina selama 8 hari bagi warga asing akan tetap dibelarkukan. “Penerbangannya dari yang datang dari luar negeri akan diatur kedatangannya supaya tidak terjadi penumpukan,” ucap Luhut.
Dari kasus aktif nasional sebanyak 42.769 kasus, Airlangga menyebut bahwa distribusi luar Jawa dan Bali adalah sebesar 62,84 persen. Jika kesembuhan nasional adalah 95,62 persen, maka kesembuhan di luar Jawa-Bali adalah 94,696 persen. Tingkat kematian Nasional sebesar 3,36 persen sedangkan luar Jawa-Bali sebesar 3,08 persen.
Menurut Airlangga, tidak ada lagi provinsi di luar Jawa-Bali yang masuk level 4 PPKM. Pada tanggal 13 Agustus lalu, masih ada 11 provinsi yang masuk level 4. Provinsi yang masuk level 3 adalah Provinsi Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Aceh, dan Papua. Sebanyak 21 provinsi berada di level 2 dan satu provinsi, Provinsi Lampung di level 1.
Sesuai arahan Presiden Jokowi, vaksinasi di wilayah kabupaten/kota yang akan melaksanaan PON di Papua sudah mencapai di atas 60 persen. Vaksinasi booster diharapkan sudah akan selesai dalam pekan depan. Program vaksinasi ini akan terus dipercepat terutama untuk menghadapi ancaman gelombang ke tiga pandemi.