Pimpinan Parpol Koalisi Kompak Puji Kepemimpinan Presiden Jokowi
Pimpinan partai politik koalisi pendukung pemerintah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara pada 25 Agustus lalu. Dalam pertemuan itu, para ketua umum partai politik memuji kepemimpinan Presiden Jokowi.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pimpinan partai politik koalisi pendukung pemerintah menyebut kepemimpinan Presiden Joko Widodo sudah berada di jalur yang benar. Kebijakan Presiden Jokowi dinilai efektif, terutama dalam penanganan Covid-19 serta perbaikan ekonomi di masa pandemi.
Pimpinan partai politik koalisi pendukung pemerintah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (25/8/2021). Hadir dalam pertemuan itu Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suharso Monoarfa. Di luar partai koalisi, hadir pula Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan.
”Suara-suara yang ingin memperkeruh keadaan itu tidak perlu dihiraukan. Kita sudah berada di jalan benar. Kepemimpinan Pak Jokowi efektif Pak, saya mengakui itu, salam hormat. Saya lihat, saya saksi, saya ikut di dalam kabinet, kepemimpinan Bapak cocok untuk rakyat kita, tim kita di kabinet bagus dan kompak,” ujar Prabowo seperti terlihat dalam video yang diunggah di Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (28/8/2021).
Prabowo lantas meminta Presiden Jokowi tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Kendala seperti kekurangan atau keterlambatan vaksin itu, menurut Prabowo, juga dihadapi oleh banyak negara. Ia optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus membaik dibandingkan dengan negara lain.
”Itu juga berhubungan, Pak. Keputusan Bapak untuk tidak lockdown keras ini yang memungkinkan kita selamat. Negara lain yang lockdown keras malah mengalami kesulitan. Kita boleh bangga bahwa prestasi kita baik. Saya bangga bagian dari pemerintah ini dan kita nggak usah ragu-ragu, Pak,” tambah Prabowo.
Megawati juga menyebut bahwa kebijakan pemeritahan sudah berada di jalur yang benar. ”Kita punya Pancasila, kalau di lapangan itu gotong royong. Lalu bagaimana kondisi ekonominya? Saya sangat yakin. Tapi, yang tolong dianjurkan terus, masyarakat ya harus tetap prokes (jalankan protokol kesehatan). Untung sudah ada surat vaksinasi, bagian yang sangat efektif,” kata Megawati.
Dari sisi ekonomi, jika rakyat patuh pada vaksinasi dan protokol kesehatan, Megawati yakin bahwa kehidupan perekonomian akan membaik. ”Kalau Bapak belum lupa, kita pernah berbincang tentang pandemi dan vaksinasi. Waktu kita bertemu, saya bilang, Bapak yang tegar, ini tidak hanya kita saja. Seluruh dunia. Kita belum tahu kecepatan antara vaksinasi dan bagian dari pengobatan dan meruntuhkan virus ini berapa lama. Memang disebut berkejaran,” tambahnya.
Di atas rata-rata
Perekonomian Indonesia ke depan, menurut Airlangga, perlu mencapai pertumbuhan di atas rata-rata yang sudah dicapai. Hal ini terutama untuk mendorong penurunan kemiskinan dan penyediaan lapangan pekerjaan.
”Penanganan Covid yang cepat dengan kepemimpinan Bapak Presiden. Dipimpin dari pusat dengan menggunakan TNI-Polri. Kalau menggunakan dari bawah tidak terjadi, Pak,” ujar Airlangga.
Rasa syukur atas prestasi pemerintah juga diungkapkan oleh Muhaimin. Langkah keberhasilan pemerintah harus terus didukung penuh. Menurut Muhaimin, masa paling sulit dalam penanganan pandemi sudah bisa teratasi. Pelibatan organisasi masyarakat, misalnya, disebut efektif dalam menyukseskan vaksinasi.
”Itu luar biasa. Kampanye vaksinasi yang paling mudah adalah keterlibatan semua komponen di dalam kebersamaan pelaksanaannya. Itu sangat efektif,” kata Muhaimin.
Paloh dan Suharso juga mengungkapkan apresiasi terhadap kerja keras pemerintah. Penanganan pandemi bukan masalah sederhana dan tidak ada negara yang punya resep paling benar. ”Sudah excellent, Pak. Kata kuncinya, Indonesia itu adalah gotong royong. Termasuk omnibus law, memudahkan. Saya, karena baru pertama, bicaranya tidak boleh banyak-banyak. Sedikit saja, Terima kasih atas kesempatan yang diberikan Pak Presiden,” kata Zulkifli.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut bahwa perkembangan kasus harian Covid-19 masih belum bisa diduga. Namun, Presiden bersyukur saat ini angka konfirmasi positif Covid-19 harian sudah menunjukkan tren penurunan.
”Alhamdulillah pada hari ini, 24 Agustus kemarin, (angka kasus harian) kita sudah berada di angka 19.000 dari 56.000. Inilah saya kira proses belajar juga yang kita lakukan. Saya telepon beberapa negara yang kita nilai berhasil melakukan pengendalian dan kita coba untuk modifikasi di sini dalam rangka pengendalian di Indonesia,” ujar Presiden Jokowi.
Selain itu, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) juga telah mengalami perbaikan. Pada pertengahan Mei, BOR nasional sempat berada di angka 29 persen, kemudian pada Juli sempat melompat ke hampir 80 persen. ”Hari ini, kita sudah bisa turunkan lagi menjadi 30 persen. Ini alhamdulillah,” katanya.
Angka kesembuhan nasional juga mengalami peningkatan yang baik dan sudah berada di atas angka rata-rata dunia. Saat ini, tingkat kesembuhan Indonesia berada pada angka 89,97 persen, sementara rata-rata dunia 89,5 persen. ”Yang masih belum bisa kita selesaikan, ini yang saya selalu sampaikan ke Menteri Kesehatan, selalu saya sampaikan ke pemerintah daerah, urusan angka kasus kematian ini harus betul-betul ditekan terus,” lanjutnya.
Terkait peringkat vaksinasi, dari sisi jumlah orang yang disuntik, capaian vaksinasi Indonesia berada pada peringkat ke-4 dunia dari total 220 negara setelah India, Amerika Serikat, dan Brasil. Hingga saat ini, program vaksinasi nasional telah menjangkau 58,7 juta orang. Berdasarkan total suntikan, Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-7 dunia dengan total suntikan mencapai 91,9 juta dosis.
Indikator ekonomi positif
Di tengah penanganan pandemi Covid-19, pemerintah juga terus berupaya untuk mengendalikan perekonomian nasional. Keseimbangan ”gas dan rem” antara penanganan di bidang kesehatan dan ekonomi menjadi tantangan yang tidak mudah. Meski demikian, sejumlah indikator perekonomian nasional menunjukkan angka menggembirakan.
”Alhamdulillah di kuartal pertama 2021, dari minus 0,7 (persen), di kuartal kedua kita bisa sudah meloncat ke 7,07 (persen),” ujar Presiden Jokowi.
Selain itu, angka inflasi juga relatif terkendali di angka 1,5 persen. Jika dibandingkan dengan sejumlah negara lain, inflasi di Indonesia relatif lebih terjaga. Indikator ekonomi lain yang juga membaik adalah ekspor yang pada kuartal kedua naik 31,8 persen. Angka tersebut utamanya didorong oleh sektor pertanian yang mengalami kenaikan cukup signifikan.
Konsumsi masyarakat selama kuartal kedua berada di angka 5,9 persen. Investasi tumbuh sangat baik di angka 7,5 persen. Perbaikan sejumlah indikator perekonomian tersebut dibarengi dengan naiknya indeks kepercayaan pemerintah.
”Ini juga kepercayaan konsumen, kepercayaan publik, kepercayaan masyarakat kelihatan dari indeks-indeks seperti ini, yang angkanya selalu kita peroleh apabila surveinya selesai. Artinya, ada optimisme, arahnya positif, tetapi juga kita tetap harus berada pada posisi kehati-hatian, kewaspadaan, karena memang sekali lagi sulit dihitung dan sulit dikalkulasi,” katanya.
Namun, pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia selama ini banyak bergantung pada sektor konsumsi, terutama konsumsi masyarakat. Untuk menghilangkan ketergantungan tersebut, Presiden mendorong transformasi ekonomi dari sektor konsumsi menjadi sektor produksi melalui hilirisasi untuk industrialisasi.
Selain nikel, komoditas lain yang akan menjalani hilirisasi adalah bauksit. Pabriknya telah jadi dan produknya mulai diekspor ke sejumlah negara. Demikian juga dengan komoditas kelapa sawit yang memiliki banyak produk turunan yang bisa dilakukan hilirisasi. Dengan hilirasi, nilai tambah suatu komoditas bisa ada di dalam negeri.
”Termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pertanian, seperti porang,” katanya.
Terkait sistem pemerintahan, Presiden Jokowi meminta agar persoalan yang sangat darurat jangan direspons dengan lambat di lapangan. ”Bagaimana merespons kecepatan disrupsi yang ada sekarang? Sangat sulit ke depan di era disrupsi ini. Kecepatan kuncinya, enggak ada yang lain. Negara sebesar apa pun, sekaya apa pun, kalah dengan negara yang memiliki kecepatan, terutama dalam hal kecepatan memutuskan,” kata Presiden Jokowi.