Efek Baliho Tak Signifikan, Elektabilitas Puan dan Airlangga Masih Rendah
Meskipun efek ke elektabilitas tak signifikan, popularitas Airlangga Hartarto dan Puan Maharani meningkat. Pemasangan baliho perlu dilanjutkan dengan upaya lain untuk mengubah angka popularitas menjadi elektabilitas.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Efek elektabilitas dari pemasangan baliho sejumlah elite politik tak signifikan. Elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto hanya meningkat 1 persen. Bahkan, elektabilitas Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Ketua DPR Puan Maharani justru menurun. Pemasangan baliho perlu diikuti dengan hal-hal lain agar memunculkan sentimen positif dari publik.
Efek baliho politisi pada elektabilitas tersebut terlihat dari hasil survei oleh Indikator Politik Indonesia terhadap 1.220 responden dengan toleransi kesalahan 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan pada 30 Juli-4 Agustus 2021 atau dua bulan setelah sejumlah politisi masif memasang baliho dan billboard bergambar dirinya di ruas-ruas jalan utama di sejumlah kota.
Puan, misalnya, memasang banyak baliho yang di antaranya bertuliskan ”Kepak Sayap Kebhinnekaan”. Ada pula baliho Airlangga yang mengusung slogan ”Kerja untuk Indonesia-Airlangga Hartarto 2024” dan Muhaimin Iskandar dengan slogan ”Padamu Negeri Kami Berbakti”.
Elektabilitas Airlangga pada survei kali ini sebanyak 1,1 persen, meningkat dibandingkan survei yang dilakukan April lalu dengan elektabilitas hanya 0,2 persen. Adapun elektabilitas Puan Maharani 0,4 persen atau menurun dibandingkan survei tiga bulan lalu yang mendapatkan elektabilitas 1,1 persen.
”Tren elektabilitas Puan menurun, sedangkan Airlangga naik, padahal survei dilakukan setelah muncul banyak baliho. Ini menunjukkan efek spanduk tidak seragam,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat paparan temuan survei nasional ”Evaluasi Publik terhadap Kebijakan Penanganan Pandemi, Vaksinasi, dan Peta Elektoral Terkini”, Rabu (25/8/2021).
Adapun elektabilitas Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar cenderung stagnan, yakni 0,4 persen.
Sementara itu, di posisi tiga teratas elektabilitas, ada nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (26,2 persen), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (20,8 persen), dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (15,5 persen).
Popularitas meningkat
Meskipun efek baliho tak signifikan, tingkat popularitas Airlangga dan Puan setelah pemasangan baliho cenderung meningkat. Popularitas Puan meningkat dari 50 persen menjadi 60 persen, sedangkan Airlangga juga meningkat dari 25 persen menjadi 33 persen.
Menurut Burhanuddin, pesan yang disebarkan Puan di balihonya semestinya lebih baik karena putri Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri itu relatif sudah dikenal oleh masyarakat. Selain itu, politisi-politisi tersebut perlu melakukan tindakan-tindakan lain yang bisa meningkatkan sentimen positif publik, seperti turut menangani pandemi Covid-19.
”Bukan semata-mata memasang baliho, tetapi ada hal-hal lain yang mungkin bisa meningkatkan sentimen positif agar tingkat popularitasnya bersifat positif,” ujar Burhanuddin.
Hasil jajak pendapat Litbang Kompas pada 18-20 Agustus 2021 menunjukkan, 74,8 persen responden menilai langkah politisi memasang iklan politik saat pemerintah dan masyarakat fokus menangani Covid-19 tidak etis. Selain itu, 68,9 persen responden menyatakan baliho politisi parpol tidak memengaruhi pilihan pada pemilu mendatang.
Politisi PDI-P, Aria Bima, yang turut hadir saat pemaparan survei Indikator Politik Indonesia mengatakan, untuk saat ini ia tidak bisa memberikan komentar mengenai calon presiden-calon wakil presiden. Sebab, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri telah menginstruksikan agar kader tak berbicara tentang pencalonan presiden-wakil presiden untuk Pemilu 2024.
”Kami memang direm untuk tidak berkomentar dulu,” ujarnya.
Melalui surat yang ditandatangani 11 Agustus lalu, Megawati kembali menegaskan tugas dan hak prerogatif ketua umum untuk menetapkan calon presiden dan calon wakil presiden, sesuai dengan AD/ART PDI-P. Sanksi juga disiapkan bagi kader yang melanggar instruksi tersebut.
Dalam surat itu disebutkan pula bahwa skala prioritas partai saat ini adalah membantu rakyat dalam menangani seluruh dampak pandemi Covid-19. Dengan demikian, semua kader, tanpa kecuali, harus bahu-membahu dan bergotong royong membantu rakyat.
”Ketua umum memerintahkan seluruh jajaran kader untuk turun ke masyarakat, hadir sebagai solusi di tengah masa sulit. Saat ini, partai lebih banyak bicara mengatasi masalah pandemi,” ucap Aria.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung mengatakan, Partai Golkar memiliki agenda untuk memenangi seluruh pemilu pada 2024, mulai dari pemilu legislatif, pemilu presiden, hingga pemilihan kepala daerah yang semuanya diselenggarakan pada tahun yang sama.
Seluruh kader Partai Golkar bekerja keras menyukseskan agenda itu, salah satunya menyosialisasikan partai dan calon presiden yang telah ditetapkan, yakni Airlangga. Adapun sosialisasi dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui program-program nyata dari partai, media massa, media sosial, serta media luar ruang seperti billboard.
Kerja-kerja lain adalah membantu meringankan masyarakat terdampak pandemi Covid-19, seperti pembagian sembako, vaksinasi, dan Yellow Clinic yang akan didirikan hingga tingkat kabupaten/kota. Di sisi lain, Airlangga juga menjalankan tugasnya dengan sangat baik sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
”Kalaupun sekarang elektabilitasnya (Airlangga) meningkat, itu adalah akumulasi dari semua program yang dilakukan Partai Golkar. Kami belum bisa memastikan hanya dari satu program,” ujarnya.
Menurut Doli, Partai Golkar akan terus menyusun strategi untuk menyosialisasikan Airlangga dan Partai Golkar agar memenangi kontestasi Pemilu 2024. Setelah makin dikenal publik, Partai Golkar akan memperkenalkan Airlangga lebih dalam, seperti menunjukkan visi, misi, gagasan, dan capaiannya selama ini.