Waspadai Euforia Jamaah Islamiyah atas Kemenangan Taliban
Euforia kemenangan Taliban akan berpengaruh pada peningkatan aktivitas Jamaah Islamiyah. Aktivitas yang dimaksud bisa dalam bentuk pemberangkatan anggota ke Afghanistan atau pembangunan serangan di Tanah Air.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berkuasanya kembali Taliban atas pemerintahan negara Afghanistan diprediksi akan berpengaruh pada perkembangan kelompok Jamaah Islamiyah dan memudarnya gerakan Jamaah Ansharut Daulah di Indonesia. Hal ini perlu diwaspadai karena berpotensi memperkuat kelompok teroris yang tengah meningkatkan kaderisasi dan konsolidasi internal selama beberapa tahun terakhir.
Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh, Aceh, Al Chaidar, mengungkapkan bahwa pengambilalihan pemerintahan negara Afghanistan oleh Taliban pada Minggu (15/8/2021) memunculkan euforia tersendiri bagi kelompok teror Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia. Sejak empat bulan lalu, diketahui mereka aktif memantau dan membicarakan perkembangan aksi Taliban melalui berbagai grup percakapan daring.
Sekalipun tampak seolah tertidur dalam beberapa tahun terakhir, kata Al Chaidar, sebenarnya JI tengah menggencarkan perekrutan dan konsolidasi internal.
Menurut dia, euforia kemenangan Taliban akan berpengaruh pada peningkatan aktivitas JI. Aktivitas yang dimaksud bisa dalam bentuk pemberangkatan anggota ke Afghanistan atau pembangunan serangan di Tanah Air. Keduanya diprediksi akan terjadi secara beriringan. ”Kemenangan Taliban di Afghanistan adalah faktor utama kebangkitan JI,” kata Al Chaidar saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (18/8/2021).
Sekalipun tampak seolah tertidur dalam beberapa tahun terakhir, kata Al Chaidar, sebenarnya JI tengah menggencarkan perekrutan dan konsolidasi internal. Hal itu dilakukan dengan membentuk berbagai lembaga informal dengan dana yang sebelumnya didapatkan dari jejaring Al Qaeda. Mereka juga merekrut banyak ahli yang berpendidikan tinggi untuk memperkuat organisasi.
Berbeda dengan proyeksi kebangkitan JI, Al Chaidar menilai aksi Taliban berpotensi memudarkan gerakan terorisme yang berafiliasi dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), salah satunya Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Pasalnya, selama ini NIIS ikut memerangi Taliban dan mengklaim akan lebih dulu merebut Afghanistan. Kenyataan bahwa kemenangan Taliban telah menegasikan klaim-klaim tersebut dapat berdampak pada dua hal.
”Pertama, anggota JAD yang mampu menyesuaikan diri untuk berpindah ideologi akan bergabung dengan JI. Sementara yang tidak bisa beradaptasi kemungkinan akan melakukan serangan perpisahan atau farewell attack, yakni aksi bom bunuh diri yang melibatkan dirinya dan seluruh anggota keluarganya,” kata Al Chaidar. Serangan perpisahan ini perlu diantisipasi karena ada kemungkinan dilakukan dalam waktu dekat.
Menunggu Taliban
Dihubungi terpisah, pakar terorisme sekaligus mantan pimpinan JI Nasir Abbas mengatakan, tidak bisa dimungkiri telah terjadi euforia atas kemenangan Taliban di Afghanistan dalam lingkup internal JI. Baik JI maupun Taliban memiliki kesamaan tujuan dan metode yang diterapkan untuk mendirikan sebuah negara. Namun, JI memiliki peluang yang lebih kecil dibandingkan dengan Taliban karena kapasitas negara dan aparat, serta stabilitas politik di Indonesia berbeda dari Afghanistan.
Menurut Nasir, euforia JI belum menunjukkan tanda-tanda pembangunan serangan di dalam negeri karena belum ada momentum yang bisa memicunya. Hingga saat ini, dunia masih menunggu sikap resmi Taliban terhadap gerakan terorisme asing. Sebab, sikap ini yang disinyalir akan berpengaruh terhadap aktivitas gerakan terorisme di Indonesia.
”Kita tentu berharap bahwa Taliban anak menolak teroris asing untuk berlatih di Afghanistan. Jika sudah ada pernyataan seperti itu, kita baru bisa akan tenang,” ujar Nasir.
Sekalipun demikian, Nasir mengakui bahwa JI terus memperkuat organisasi dalam beberapa waktu terakhir. Upaya penguatan organisasi itu terbongkar dari penangkapan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri sepekan lalu.
Sepanjang Kamis-Minggu (12-15/8/2021), Densus 88 telah menangkap 48 terduga teroris dari 11 provinsi. Sebanyak 45 orang di antaranya merupakan anggota kelompok JI.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Ahmad Ramadhan mengatakan, sepanjang Kamis-Minggu (12-15/8/2021), Densus 88 telah menangkap 48 terduga teroris dari 11 provinsi. Sebanyak 45 orang di antaranya merupakan anggota kelompok JI.
Selain menangkap para tersangka, polisi juga membongkar pendanaan JI yang dilakukan melalui Syam Organizer. Syam Organizer yang berkantor pusat di DI Yogyakarta menyamarkan penggalangan dana kepada masyarakat melalui kegiatan kemanusiaan dan penyelenggaraan acara keagamaan. Dalam kurun 2013-2017, dana yang berhasil dihimpun antara lain digunakan untuk membiayai pemberangkatan anggota JI ke Suriah.
”Apa yang dilakukan oleh Densus 88 patut diapresiasi karena mereka dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi, bahkan sebelum gerakan Taliban merebut Afghanistan,” kata Nasir.
Menurut Peneliti terorisme sekaligus Visiting Fellow S Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, Noor Huda Ismail, antisipasi perkembangan JI tidak cukup dengan menangkap orang-orang yang terlibat. Hal itu juga perlu diperkuat dengan pendekatan kultural di masyarakat.
Sebab, JI tidak hanya mengembangkan gerakan dengan cara kekerasan tetapi juga melalui gerakan budaya. Mereka gencar melakukan berbagai aktivitas di tengah masyarakat dengan cara-cara yang mudah diterima masyarakat sehingga tujuan utamanya kerap tersamarkan.