Siasat Para Politisi Serap Aspirasi Konstituen di Tengah Pembatasan
Pandemi Covid-19 tak menghalangi kerja-kerja politik anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Begitu pula saat reses, penyerapan aspirasi tetap dijalankan untuk tetap dekat dengan konstituen. Cara apa yang mereka tempuh?
Oleh
IQBAL BASYARI
·6 menit baca
Semenjak pandemi Covid-19 melanda negeri, kegiatan pengumpulan massa dibatasi. Tidak ada lagi pertemuan-pertemuan yang mengumpulkan ratusan warga dalam satu forum. Untuk tetap menjaga kedekatan dengan konstituen, terutama pada masa reses, politisi tetap menyapa konstituen di daerahnya masing-masing. Meskipun ada pembatasan-pembatasan, mereka berusaha melakukan kerja-kerja demi menyerap aspirasi.
Sebagian anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyiasati pembatasan dengan memanfaatkan teknologi. Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Putra Nababan, misalnya, memanfaatkan aplikasi Zoom Meeting untuk blusukan menyapa konstituennya di Daerah Pemilihan DKI Jakarta I yang mencakup kawasan Jakarta Timur.
Saat dihubungi dari Jakarta, pertengahan Agustus 2021, Putra menceritakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat masa reses di masa pandemi. Pada awal-awal pandemi, kegiatan turun ke dapil yang biasanya dilakukan dengan menemui warga diubah karena harus mematuhi aturan saat pandemi. Ia menyapa pemilih secara hybrid, yakni sebagian warga mengikuti pertemuan di rumah aspirasi dan sebagian lain bergabung secara virtual karena infrastruktur internet di daerahnya cukup memadai.
Namun, ketika DKI Jakarta mulai menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) awal Juli, kegiatan pertemuan secara tatap muka dihentikan. Semua aktivitas beralih secara daring untuk mencegah penularan Covid-19 yang tingkat penularannya saat itu sangat tinggi.
”Kalau di daerah dengan tingkat penularan rendah, mungkin saya masih bisa sedikit leluasa blusukan menyapa warga. Tetapi, di Jakarta dengan penularan tinggi dan pembatasan ketat, saya tetap harus bersiasat agar bisa tetap menyerap aspirasi konstituen," katanya.
Saya senang menggunakan Zoom karena saya dan masyarakat tidak perlu menggunakan masker sehingga semua bisa kelihatan wajahnya. Saya tahu ekspresinya senang atau sedih saat berinteraksi.
Dalam sehari, setidaknya ada enam hingga sepuluh kali pertemuan virtual dengan warga. Setiap pertemuan itu diikuti sekitar 50 warga selama 45 menit. Di forum itu, Putra melakukan tanya jawab dan menyerap aspirasi yang disampaikan langsung oleh warga.
”Saya senang menggunakan Zoom karena saya dan masyarakat tidak perlu menggunakan masker sehingga semua bisa kelihatan wajahnya. Saya tahu ekspresinya senang atau sedih saat berinteraksi,” ujarnya.
Melalui pertemuan itu, Putra sering kali membawa pesan kepada konstituen untuk menjadi agen pengendali Covid-19. Ia menekankan agar keluarga ikut berperan mencegah penularan agar pandemi segera berakhir sehingga anak-anak mereka bisa kembali mengikuti sekolah tatap muka. Hal ini menjadi motivasi yang kuat karena orangtua juga tak ingin anak-anaknya kehilangan pengalaman belajar secara langsung.
Di sisi lain, Putra juga meminta timnya untuk mendata warga yang melakukan isolasi mandiri. Ia kemudian membagikan kebutuhan pokok, vitamin, serta masker kepada masyarakat tersebut sebagai bentuk kontribusinya meringankan beban masyarakat terdampak Covid-19.
”Memang, pada masa pandemi ini justru kami dituntut lebih banyak memutar otak daripada fisik. Harus cerdas beradaptasi agar tetap bisa dekat dengan rakyat, tetapi kesehatan tetap terjaga,” ucap anggota Komisi X DPR itu.
Berbeda dengan di Jakarta, anggota DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Anas Thahir, masih bisa bertemu dengan konstituennya secara langsung yang berada di Daerah Pemilihan Jawa Timur III yang meliputi Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi. Namun, ia mengurangi jumlah peserta hanya 20 persen dari kapasitas maksimal gedung yang digunakan.
”Ada pembatasan jumlah peserta, ruangannya pun harus luas dan menggunakan tenda, serta melibatkan aparat desa dan kepolisian untuk memastikan kedisiplinan protokol kesehatan," katanya.
Pada masa pandemi seperti sekarang, Anas banyak menerima aspirasi, terutama terkait dengan dampak pandemi. Saat bertemu dengan tenaga kesehatan, aspirasi yang disampaikan, antara lain, tentang belum cairnya insentif untuk tenaga kesehatan serta keterbatasan obat-obatan dan alat pelindung diri.
Kemudian dari kalangan masyarakat umum, mereka biasanya mengeluhkan penurunan pendapatan akibat diberlakukannya kebijakan pembatasan. Ada pula yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan akses kesehatan hingga masalah pribadi, seperti ketiadaan jaminan kesehatan untuk keluarganya yang sakit. Aspirasi itu lalu disampaikannya kepada pemangku kebijakan terkait.
”Saya juga sering berdiskusi dengan masyarakat untuk memberi pemahaman tentang kesehatan dengan mengajak mitra kerja di DPR dari Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional untuk memberikan banyak perspektif kepada masyarakat,” ujar anggota Komisi IX DPR itu.
Seperti halnya anggota DPR lain, Anas juga ikut memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak. Sasaran yang dipilih, antara lain, adalah rumah sakit, masyarakat sekitar pondok pesantren dan mushala, serta tukang ojek.
”Saya punya rencana berpartisipasi melakukan percepatan program vaksinasi agar sasaran vaksinasi bisa lebih luas,” ujarnya.
Saya sengaja datang mengunjungi masyarakat meski harus berjarak. Saya ingin menunjukkan bahwa kami ada dan Anda tidak sendirian dalam menghadapi pandemi. Mari bergandengan tangan melewati pandemi ini.
Menurut anggota DPR dari Fraksi Partai Nasdem, Eva Yuliana, justru pada masa seperti ini kehadiran wakil rakyat sangat dinanti. Anggota DPR mesti mendengarkan aspirasi dan tidak kalah penting hadir membantu masyarakat melewati pandemi. Kehadiran di webinar sementara dikurangi karena ia ingin banyak hadir bertemu masyarakat.
”Saya sengaja datang mengunjungi masyarakat meski harus berjarak. Saya ingin menunjukkan bahwa kami ada dan Anda tidak sendirian dalam menghadapi pandemi. Mari bergandengan tangan melewati pandemi ini,” ujarnya.
Dalam resesnya di Dapil Jateng V yang meliputi Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Kota Surakarta, ia berkeliling ke desa-desa bersama lurah dan kepala polsek setempat. Mereka menemui warga untuk memberikan bantuan berupa kebutuhan pokok sekaligus mengedukasi tentang penyakit ini.
Sebab, belum semua warga paham mengenai Covid-19 yang berdampak pada psikologis warga yang terpapar karena bisa dijauhi warga lainnya. Ia juga mengajak masyarakat untuk ikut vaksinasi yang dilakukan kepolisian.
”Saya sengaja mengajak kepala desa agar bisa masuk ke lapisan masyarakat hingga tingkat terbawah sehingga silaturahmi tidak hanya dengan kelompok masyarakat di permukaan. Ini juga sekaligus membuat tenang kepala desa,” ujar anggota Komisi III DPR itu.
Sementara anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Guspardi Gaus, mengoptimalkan bantuan sosial untuk dibagikan kepada konstituennya yang berada di Dapil Sumatera Barat II yang meliputi Padang Pariaman, Agam, Lima Puluh Kota, Pasaman, Pasaman Barat, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan Kota Pariaman.
”Sejak PPKM darurat, komunikasi untuk menyerap aspirasi disampaikan melalui tim saya di setiap daerah melalui telepon saya langsung, serta kegiatan sosial yang saya hadiri sebagai bentuk ketaatan terhadap aturan,” katanya.
Menurut dia, masyarakat saat ini lebih membutuhkan bantuan karena terdampak pandemi. Bantuan itu menjadi simbol kehadirannya di tengah kesusahan masyarakat. Ia juga mengajak organisasi masyarakat untuk menyalurkan bantuan agar penerima manfaat bisa lebih luas.
Bersalaman dengan rakyat
Ketua Umum PDI-P sekaligus Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengingatkan kepada kadernya untuk terus turun ke lapangan melihat kondisi rakyat. Pesan ini disampaikan kepada kader, termasuk kepada anaknya, Puan Maharani, dan Presiden Joko Widodo. Ia terus mengingatkan agar kadernya mau blusukan dan bersalaman dengan rakyat.
”Makanya, saya bilang kepada Pak Jokowi, ayo blusukan, Pak. Saya dulu itu blusukan. Bukan menyombongkan diri, tidak. Itu sebuah pengalaman hidup. Bahwa luar biasa Indonesia ini," kata Megawati melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, menjadi pemimpin di negeri ini tidak bisa hanya bermodalkan teori. Pemimpin harus memahami situasi lapangan dan kondisi rakyatnya. Terlebih, Indonesia merupakan negara yang besar sehingga pemimpin dituntut mengetahui secara detail kondisi lapangan.
”Pemimpin itu harus pemimpin rakyat, artinya bertemu rakyat. Supaya rakyat itu tahu hidungmu itu, lho. Saya bilang dengan jari (kepada) anak-anak saya, kamu harus salaman. Ini tangan saya, mungkin pernah salaman sama orang lepra, mungkin sama orang gatelen, tetapi itulah tangan rakyat,” ujar Megawati.
Pandemi memang membatasi ruang gerak politisi. Namun, bukan berarti tugas menyerap aspirasi juga terhenti. Blusukan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Asal mau beradaptasi, kedekatan dengan konstituen bisa tetap terjaga.