Serigala Langit dan Keseruan Kisah Pilot Tempur TNI AU
Sepekan jelang HUT ke-76 RI, TNI Angkatan Udara meluncurkan film ”Serigala Langit” hasil kolaborasi dengan E-motion. Film ini menyampaikan nilai perjuangan dan pantang menyerah sekaligus soal kedirgantaraan.
Oleh
Edna C Pattisina
·4 menit baca
Gading Baskara, pemuda yang baru lulus Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara bisa jadi memang jagoan. Ia lulusan terbaik sekolah itu. Komandan Skuadron 10 yang kebetulan kakak asuhnya merekomendasikannya untuk masuk ke skuadron elite Serigala Langit.
Kakak asuh adalah senior di akademi angkatan udara yang bertugas untuk membimbing siswa. Hubungannya dekat dan ketika sudah menjadi perwira mereka saling membantu.
”Serigala jadi ikon dari lanud ini. Cerdas dan punya sense of brotherhood. No one left behind. Loyal dan setia,” kata Komandan Lanud kepada Gading.
Gading berbunga-bunga, ia mulai berhasil menembus impiannya. Realitasnya, masuk ke skuadron tempur TNI AU memang sulit. Biasanya hanya lulusan-lulusan terbaik Sekolah Penerbang (Sekbang) yang masuk skuadron tempur.
Selain cerdas, ada karakter-karakter tertentu yang secara psikologis cocok untuk profesi pilot pesawat tempur yang cenderung bekerja dalam tim kecil dan harus bisa mengambil keputusan dalam hitungan sepersekian detik sementara tubuhnya ditekan oleh G-force. Tidak heran, menjadi pilot pesawat tempur jadi kebanggaan. Makanya, pilot pesawat tempur sering terlihat terlalu percaya diri.
”Namanya juga anak baru. Berasa di atas langit. Mau lulusan terbaik Sekbang juga kalau udah masuk kandang serigala …..,” kata seorang pilot senior. Gading langsung dikerjain senior-seniornya di hari pertama.
Penyebabnya, begitu masuk hanggar, ia langsung berkomentar bahwa hanggarnya kotor. Oleh para senior ia dikunci di gudang dengan dibekali satu peniti. Padahal, sebagai siswa transisi dari Sekbang ke skuadron di minggu pertama, Gading tidak boleh terlambat. ”Katanya lulusan terbaik? Masak keluar dari pintu ini aja gak bisa?” kata senior sambil tertawa-tawa.
Masa transisi Gading berlangsung mulus. Demikian sekelumit kisah film Serigala Langit yang merupakan kolaborasi TNI AU dan E-motion. Para penonton film berdurasi 1 jam 40 menit itu ditunjukkan berbagai pemandangan menarik, tidak saja scene di kelas ketika Gading diajar instruktur, tetapi juga di dalam kokpit pesawat tempur F16.
Ia dilantik sebagai anggota skuadron dengan tradisi. Komandan Lanud memecahkan telur di kepalanya, dilanjutkan mandi air kembang. Sempat teman-temannya menggodanya. Seusai resmi jadi anggota Serigala Langit, Gading semakin meningkat kesombongannya. Di dalam hati, ia rupanya ingin menjadi yang terbaik di skuadron. Suatu saat ketika senior-seniornya sedang menganggumi manuver senior mereka di era tahun 1980-an.
”Emangnya di Skuadron 10 enggak ada yang bisa manuver seperti itu ?” katanya sengak.
Kebanggaan Gading hancur satu demi satu. Keangkuhannya membahayakan teman satu skuadron. Hubungan dengan pacarnya bermasalah, sementara gadis incarannya ternyata dekat dengan komandan skuadron yang juga kakak asuhnya. Gading pun diperiksa psikolog dan hasilnya ia tidak boleh terbang lagi. Ia dikeluarkan dari skuadron. Pada saat yang sama, ayah yang selama ini dibencinya meninggal. Runtuhlah kehidupan Gading. Ia berusaha merangkak naik kembali.
Cerita tentang Gading paralel dengan misi yang saat itu sedang diemban Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur. Ceritanya, Helen Kowaski adalah seorang peninjau dari lembaga kemanusiaan internasional. Ia dikawal TNI AU untuk menyelidiki kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Republik Kabubet, yang berbatasan dengan Indonesia. Penguasa di Republik Kabubet membayar kelompok penjahat internasional yang bersembunyi di pulau terluar Indonesia untuk menghabisi Helen dan kelompoknya.
Kehidupan pilot tempur TNI AU
Film Serigala Langit ini memotret tidak saja secara fisik kehidupan seorang pilot tempur TNI AU, tetapi juga lengkap dengan masalah-masalah yang harus mereka hadapi. Mulai dari penyesuaian diri di skuadron sampai ke masalah keluarga seperti pacar dan orangtua. Film ini mulai tayang 10 Agustus 2021, di Maxstream Telkomsel. Film dapat disaksikan melalui tautan ini Maxstream.tv.
Dalam film tersebut, seorang pilot juga digambarkan harus berani, percaya diri, tapi tidak boleh sok-sokan atau arogan. Tidak saja hal ini bisa membuat si pilot digebukin satu skuadron, tetapi juga bisa mencelakakan teman sendiri. Jangan lupa, seorang pilot ”harganya” lebih mahal dari pesawat tempur. Siapa yang bisa membeli daya juang dan rela berkorban?
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Indan Gilang Buldansyah mengatakan, kehadiran Serigala Langit di bulan Agustus memang menjadi kado ulang tahun ke-76 Kemerdekaan RI. Ada nilai-nilai yang ingin disampaikan soal perjuangan dan pantang menyerah sekaligus soal-soal dirgantara.
Selain cerita yang saling menjalin, penonton juga bisa menyaksikan situasi dalam kehidupan pilot tempur. Ada beberapa kameo pilot-pilot tempur TNI AU, mulai dari mantan Kepala Staf TNI AU Marsekal (Purn) Yuyu Sutisna dan beberapa komandan Skuadron F-16. Belum lagi penonton juga bisa melihat pemandangan di Lanud Iswahjudi yang biasanya sangat sulit dimasuki masyarakat umum. Sesekali, tampak pilot asli yang gantengnya juga asli bersliweran di latar belakang.