Milad MUI Momentum Satukan Energi Umat Islam Hadapi Pandemi
Presiden Joko Widodo menekankan, upaya pemerintah saja tidak cukup. Dukungan, kesadaran, dan partisipasi seluruh elemen masyarakat berperan penting untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Majelis Ulama Indonesia atau MUI memperingati hari jadi ke-46. Presiden Joko Widodo berharap milad MUI tahun ini bisa menjadi momentum untuk menghimpun dan menyatukan seluruh energi umat Islam. Energi tersebut dibutuhkan demi membangun kekuatan kolektif, saling membantu, dan saling mendukung, terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19.
”Berjuang bersama, berikhtiar bersama, untuk mewujudkan kemenangan menghadapi pandemi ini,” ujar Presiden Jokowi dalam pidato secara virtual di acara perayaan milad ke-46 MUI yang digelar luring dan daring pada Senin (26/7/2021). Milad MUI ini dihadiri para menteri Kabinet Indonesia Maju, duta besar negara sahabat, dan segenap jajaran pengurus MUI seluruh Indonesia.
Dalam menghadapi pandemi Covid-19, Presiden Jokowi menyebut pemerintah telah bekerja keras dengan mengerahkan seluruh sumber daya. ”Namun, upaya pemerintah saja tidak cukup, bahkan jauh dari cukup. Dukungan, kesadaran, dan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat berperan penting untuk mengatasi pandemi,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya atas upaya MUI menyumbangkan berbagai masukan konstruktif untuk kemajuan bangsa. MUI telah memberikan panduan moral dalam kehidupan keagamaan dan kebangsaan untuk menampilkan wajah moderasi beragama dan istiqomah berdakwah menyemai nilai-nilai persaudaraan serta toleransi.
Pemerintah juga mengapresiasi tausiyah MUI yang mengimbau agar umat Islam menjadi pelopor dalam mengatasi pandemi Covid-19. Hal ini mencerminkan komitmen luhur MUI untuk menjaga keselamatan jiwa dan kemaslahatan bersama.
”Pandemi sampai saat ini belum juga berakhir. Bahkan, beberapa hari lalu, WHO menyampaikan diperkirakan akan muncul lagi varian-varian baru dan hal itu bisa menyebabkan pandemi menjadi lebih panjang dari yang kita perkirakan,” ujar Presiden Jokowi.
Namun, Presiden Jokowi meyakini bahwa dengan doa ulama dan ikhtiar yang sungguh-sungguh, bangsa Indonesia akan mampu melewati ujian yang sedang dihadapi. Kunci lepas dari pandemi terletak pada dua hal. Pertama adalah kepatuhan dan disiplin protokol kesehatan. Kedua adalah percepatan vaksinasi untuk terwujudnya kekebalan komunal.
”Saya berharap dukungan MUI dari pusat hingga daerah untuk mengajak umat mematuhi protokol kesehatan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Memberikan pemahaman yang benar tentang vaksin, bahwa vaksin yang digunakan halal dan aman,” ucapnya menambahkan.
Pemerintah menyadari berbagai pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat di masa pandemi pasti menimbulkan banyak kesulitan. Karena itu, pemerintah bergerak dengan mempercepat penyaluran bantuan sosial dan perlindungan sosial untuk mengurangi beban ekonomi masyarakat.
Perbaikan umat
Menurut Wakil Presiden Ma’ruf Amin, MUI sebagai wadah para ulama, zu’ama, dan para cendekiawan Muslim sudah seharusnya menerapkan Khittah Nabawiyah dalam rangka fokus terhadap perbaikan umat. ”Khittah Nabawiyah yang mestinya menjadi khitahnya para ulama adalah Islahul ummah, melakukan perbaikan ummah. Bukan kita mencari kekuasaan, kemuliaan, bahkan juga bukan mencari kemenangan,” tuturnya.
Wapres menyebut, khitah harus betul-betul dilakukan sesempurna mungkin. Hal ini sangat relevan dengan apa yang disampaikan Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib bahwa sesuatu yang benar tanpa terorganisir dengan baik, tanpa terkelola dengan baik, bisa dikalahkan oleh yang batil. Hal inilah yang tampak dalam perkembangan dunia informasi.
Karena saat ini banyak sekali banjir informasi tidak hanya yang benar, tetapi juga yang bohong atau hoaks. Akibatnya, antara yang benar dan kebohongan menjadi tidak jelas atau disebut dengan era post-truth, yaitu zaman ketika kebenaran dan kebohongan itu tersamarkan.
”Itulah sebabnya kita harus melakukan penataan yang baik di dalam rangka melaksanakan Khittah Nabawiyah yang menjadi beban kita. Al khattwah wal harakah dan yang seperti kita juga sudah gariskan bahwa khitah, khattwah kita harus terorganisasi, terkoordinasi dengan benar,” ujarnya.
Sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Wapres Amin mengajak semua anggota MUI merenungkan dan mengevaluasi kembali hal-hal apa saja yang selama ini telah dilakukan. ”Saya ingin mengajak kita semua untuk kembali berusaha meluruskan berbagai hal. Yang harus kita luruskan adalah khitah, meluruskan arah perkhidmatan, serta meluruskan langkah dan gerakannya,” kata Wapres Amin.
Ketua Umum MUI Miftahul Achyar mengatakan, hingga kini MUI bisa menjalankan perannya dengan baik sebagai mitra pemerintah ataupun sebagai pelayan dan penyambung aspirasi umat meski terdapat kendala berupa pandemi Covid-19.
”Saat ini sampai seterusnya MUI tetap tegar. Walaupun pada periode saya ini ada penyusutan-penyusutan anggaran yang cukup signifikan, dengan ketegaran nawa itu yang kuat kita memang dibentuk memberikan manfaat dan maslahat untuk umat. Dengan demikian, lahirlah pikiran-pikiran cerdas, pikiran-pikiran tangkas tentang bagaimana MUI bisa tetap menjalankan tugas walaupun dengan anggaran yang sangat minim dan limit itu,” paparnya.
Menurut Miftahul, setiap periode kepengurusan pasti mempunyai tantangan yang berbeda. Untuk periode ini, tantangan utama yang harus dihadapi adalah terjadinya pandemi Covid-19 dan ekses-eksesnya. ”Bahkan, virus-virus pembawa fitnah yang merusak otak, akal, dan kebenaran di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.
Sejak masa awal kepengurusan, MUI telah memberikan porsi lebih banyak terkait penanggulangan pandemi. Berbagai kebijakan yang ditetapkan antara lain adalah memberikan panduan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah dan aktivitas keagamaan. MUI juga melakukan kemitraan dengan pemerintah dalam sosialisasi, edukasi, dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19. MUI pun aktif terlibat dalam program penanggulangan dampak pandemi yang bersifat ekonomi.