Datang sebagai pembeli, Presiden Joko Widodo memeriksa ketersediaan obat di apotek di kawasan Bogor, Jawa Barat. Presiden menemukan beberapa jenis obat kosong beberapa waktu belakangan dan mengonfirmasinya ke Menkes.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·4 menit baca
Presiden Joko Widodo kembali melakukan blusukan. Kali ini, Jumat (23/7/2021), Presiden mendatangi Apotek Villa Duta di Bogor, Jawa Barat, untuk mengecek ketersediaan beberapa jenis obat dan suplemen. Aktivitas blusukan ke apotek ini pun diunggah di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Jumat malam.
Tampak Presiden dengan tampilan khasnya, baju putih lengan panjang yang digulung, mendatangi apotek tersebut dengan menggenggam secarik kertas. Begitu mengucap salam, para pegawai di apotek pun menyambut dan mempersilakan Presiden.
”Sudah di sini saja. Belinya dari mana? Oh, dari sini?” tanya Presiden sambil menengok dan kemudian bergeser ke depan etalase dengan lapisan transparan yang memisahkan pegawai di dalam dengan pembeli di sisi luar. Ada tempelan kertas bertuliskan ”Anda memasuki kawasan wajib masker” di lapisan transparan tersebut.
Sejenak pegawai apotek tersebut terlihat terkejut ketika melihat Presiden ternyata mau membeli sesuatu di apotek. Presiden pun membaca secarik kertas di tangannya sambil menyebutkan kalau hendak mencari obat antivirus Oseltamivir.
Namun, ternyata obat dimaksud sudah kosong. ”Enggak ada? Terus saya cari (obatnya) ke mana kalau mau cari?” tanya Presiden di depan pembatas transparan, yang juga ditempel selembar kertas bertuliskan ”Demi kenyamanan bersama kami harapkan untuk menjaga jarak minimal 1 meter” tersebut.
”Nah, itu, kami juga sudah tidak dapat barang,” jawab pegawai apotek. Pertanyaan berikut dari Presiden adalah sudah berapa hari Oseltamivir tadi tidak ada. ”Oseltamivir itu, kalau yang generik, sudah lama, Pak. Kemarin itu masih ada merek Fluvir. Itu patennya. Tapi, sekarang juga sudah kosong,” jawabnya.
Enggak ada? Terus saya cari (obatnya) ke mana kalau mau cari? (Presiden Jokowi)
Presiden kemudian menyebutkan obat Favipiravir. Namun, kembali Presiden mendapatkan jawaban bahwa apotek tersebut juga tidak mempunyainya. ”Ada patennya waktu itu,” jawab pegawai apotek.
Ketersediaan vitamin D3 lalu ditanyakan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. ”Vitamin D3 yang 1.000 ada. (Kalau) yang 5.000-nya juga sudah tidak ada, Pak. Kami sudah pesan barang, barangnya sudah tidak dapat lagi, Pak,” kata sang pegawai.
Presiden pun menanyakan multivitamin yang mengandung zink. Sejurus kemudian, diperoleh jawaban bahwa multivitamin mengandung zink yang sekarang ada di apotek tersebut adalah Megavite. Ketika menanyakan ketersediaan suplemen multivitamin Becom-Zet, Presiden mendapat jawaban bahwa suplemen tersebut juga sudah lama kosong.
Video yang diunggah kemudian menampilkan saat pegawai apotek menyerahkan uang kembalian kepada Presiden. Sembari berterima kasih, Presiden juga berpamitan kepada para pegawai yang berada di sebalik pembatas transparan apotek tersebut.
Tampilan video kemudian memperlihatkan Presiden Jokowi yang duduk di dalam mobil berposisi berhenti, dengan pintu terbuka, sedang menelepon Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. ”Halo, Pak Menteri. Ini saya cek ke apotek di Bogor. Saya cari obat antivirus Oseltamivir enggak ada. Cari lagi, obat antivirus yang Favipiravir juga enggak ada. Kosong. Saya cari obat yang antibiotik Azithromycin juga enggak ada,” kata Presiden.
Terdengar suara Menkes yang mengatakan akan mengeceknya. ”Stok enggak ada, sudah seminggu lebih. Terus vitamin D3 yang 5.000 (IU), juga enggak ada. Ini saya yang dapat hanya multivitamin yang mengandung zink, hanya itu. Suplemen juga, suplemen ini ada yang D3-nya, tetapi hanya yang 1.000 (UI). Hanya dapat ini saja, vitamin D3 yang 1.000. Kemudian suplemen yang kombinasi, multivitamin, ada. Jadi, yang lain-lain, obat antivirus, antibiotik, enggak ada semuanya,” kata Presiden.
Menkes Budi Gunadi memastikan lagi lokasi apotek tersebut di Bogor. Presiden pun menyebutkan nama apotek tersebut, yakni Apotek Villa Duta.
”Oke, Villa Duta, karena saya ada catatan, Pak Presiden. Kita, kan, sudah ada yang online. Saya barusan cek, ya Pak, ya. Misalnya, untuk Favipiravir di apotek Kimia Farma Tajur Baru ada 4.900. Apotek Kimia Farma Juanda 30 ada 4.300. Kimia Farma di Semplak Bogor, (ada) 4.200. Jadi, nanti saya double check ya, nanti ini saya kirim ke ajudan Bapak. Itu ada data online yang ada di rumah sakit. Nah, itu bisa dilihat by kota segala macam, untuk apoteknya; Kimia Farma, Century, Guardian, K24,” kata Budi Gunadi.
Presiden pun menyela, ”Di situ ada semuanya?” Menkes menjawab, ”Ada, online. Bisa dibaca oleh semua rakyat, Pak,” kata Budi Gunadi. ”Oke, saya ke sana saja. Saya beli itu, coba ada ndak,” kata Presiden. Menkes Budi pun mempersilakan. ”Oke Pak Menkes. Terima kasih,” kata Presiden.
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, telah meluncurkan situs https://farmaplus.kemkes.go.id/ untuk memudahkan masyarakat mengecek ketersediaan obat dan vitamin, terutama bagi pasien Covid-19.
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, telah meluncurkan situs https://farmaplus.kemkes.go.id/ untuk memudahkan masyarakat mengecek ketersediaan obat dan vitamin, terutama bagi pasien Covid-19. Situs tersebut mencakup 2.100 lebih apotek di semua provinsi di Indonesia.
Demikian sekelumit kisah blusukan yang kali ini temanya adalah mengecek ketersediaan obat, termasuk antibiotik–-yang penggunaannya harus berdasarkan resep dokter—di akhir pekan ini.