Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengingatkan keberagaman harus kita rawat. Keberagaman dapat dijadikan kekuatan agar bangsa Indonesia dapat tetap utuh serta mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia merupakan bangsa besar yang terdiri dari beragam suku, agama, bahasa, dan adat istiadat. Terkait hal itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan bahwa keberagaman tersebut harus kita rawat. Keberagaman mesti dijadikan sebagai potensi kekuatan agar bangsa Indonesia dapat tetap utuh serta mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain, utamanya dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang.
Menurut data sensus Badan Pusat Statistik tahun 2010 jumlah suku di Indonesia mencapai 1.340 suku. ”Dan, suku Batak merupakan salah satu suku dengan jumlah yang cukup besar,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan pada perayaan Hari Ulang Tahun Ke-14 Punguan Simbolon dohot Boruna Indonesia (PSBI) melalui konferensi video di kediaman resmi Wapres RI, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Rabu (7/7/2021).
Pada kesempatan tersebut, Wapres Amin menuturkan pihaknya tak henti-hentinya mengajak semua elemen bangsa, termasuk masyarakat Batak yang tergabung dalam PSBI, untuk turut merawat dan terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagai modal sosial yang sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional.
”Pada kesempatan yang baik ini, saya sampaikan apresiasi kepada PSBI yang sejak tahun 2007 telah berupaya menjaga, memelihara, dan mengembangkan nilai-nilai luhur adat Batak yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Batak, khususnya marga Simbolon, sebagai dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Wapres Amin.
Menurut Wapres, sebaran anggota PSBI sebanyak lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia merupakan potensi yang harus terus diberdayakan guna pelestarian nilai-nilai adat sekaligus upaya penanaman rasa cinta Tanah Air. Pemberdayaan adat dan lembaga adat bertujuan agar adat istiadat dan lembaga adat lestari, kukuh, dan dapat berperan aktif dalam pembangunan.
Upaya tersebut sekaligus mendukung terwujudnya pelestarian budaya, baik dalam upaya memperkaya budaya daerah maupun dalam rangka memperkaya khazanah kebudayaan nasional. ”Pelestarian adat ini juga harus menjadi bagian upaya kita merawat demokrasi dan memupuk nasionalisme pada tingkat akar rumput guna mewujudkan integritas nasional yang makin kokoh dalam bingkai kebhinekaan bangsa. Hal ini sangat penting untuk terus kita wariskan khususnya bagi generasi muda,” kata Wapres Amin.
Pelestarian adat harus menjadi bagian upaya merawat demokrasi dan memupuk nasionalisme pada tingkat akar rumput guna mewujudkan integritas nasional yang makin kokoh dalam bingkai kebinekaan bangsa.
Selama ini pemerintah telah memberikan perhatian dan mendukung upaya-upaya pemberdayaan, pelestarian, dan pengembangan nilai-nilai adat istiadat. Hal itu, di antaranya, melalui fasilitasi peningkatan keterampilan masyarakat, pengembangan kepemimpinan, pelaksanaan pergelaran seni budaya, dan pembakuan nilai-nilai adat. Selain itu, juga peningkatan pengetahuan seni, sosialisasi, dan fasilitasi pelaksanaan nilai-nilai adat kepada generasi muda.
Bingkai kerukunan
Wapres menuturkan kita berkewajiban menjaga kesepakatan nasional yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa sebagai dasar kebangsaan dan kenegaraan Indonesia melalui empat bingkai kerukunan nasional. Pertama, bingkai politis, yaitu komitmen seluruh bangsa Indonesia dalam implementasi kehidupan masyarakat terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kedua, bingkai yuridis, yaitu kepatuhan terhadap aturan yang ada dengan cara menghormati hukum karena setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum. Ketiga, bingkai teologis, yakni pemahaman dan pengajaran keagamaan atau keyakinan yang moderat. ”Santun, sejuk, dan merangkul. Bukan ajaran yang saling curiga dan mengarah pada konflik atau bahkan pada penggunaan kekerasan,” kata Wapres.
Keempat, bingkai sosiologis, yaitu kearifan, nilai-nilai budaya lokal di berbagai daerah yang telah turun temurun menjadi perekat kebersamaan kita. Hal ini seperti dalihan na tolu pada masyarakat Batak, tepo seliro dan gotong royong pada masyarakat Jawa, pela gandong pada masyarakat Ambon, rumah betang pada masyarakat Dayak, dan kearifan serupa dari berbagai daerah lainnya.
Santun, sejuk, dan merangkul. Bukan ajaran yang saling curiga dan mengarah pada konflik atau bahkan pada penggunaan kekerasan.
Wapres Amin menuturkan dalihan na tolu atau tungku yang berkaki tiga adalah filosofi atau wawasan sosiokultural dalam masyarakat dan budaya Batak. Dalihan na tolu menjadi kerangka yang mendasari hubungan-hubungan kekerabatan berdasarkan ikatan darah, ikatan perkawinan, dan ikatan kesukuan.
Sebagai contoh adalah somba marhulahula, hormat kepada keluarga pihak istri. Elek marboru, sikap mengayomi kepada wanita. Dan, manat mardongan tubu, bersikap hati-hati atau saling menghargai kepada teman semarga. Lebih jauh lagi di Tapanuli telah diterbitkan Perda Nomor 10 Tahun 1990 tentang Lembaga Adat Dalihan Na Tolu, yakni sebagai lembaga musyawarah yang mengikutsertakan para tetua adat yang benar-benar memahami, menguasai, dan menghayati adat istiadat di lingkungannya.
”Nilai-nilai positif dari berbagai kearifan lokal Nusantara seperti yang terkandung dalam dalihan na tolu ini dan juga pada adat istiadat lainnya, seperti saya sebutkan di atas, merupakan fondasi serta perekat kerukunan dan persatuan khas bangsa Indonesia yang perlu terus kita sosialisasikan, lestarikan, kembangkan, dan berdayakan,” kata Wapres Amin.
Wapres Amin menuturkan, 14 tahun bukanlah waktu yang singkat. PSBI, dengan 150 cabang di seluruh Indonesia, diharapkan dapat terus menggalakkan upaya membangun bingkai kerukunan nasionaI. ”Generasi muda, khususnya dari keluarga besar Simbolon, agar menjadi teladan dan pelopor loyalitas dan nasionalisme untuk Indonesia, bukan hanya untuk kelompok atau golongan tertentu,” ujarnya.
Orientasi inklusif
Wapres Amin juga berharap PSBI dan semua organisasi kemasyarakatan yang berbasis kekerabatan atau kesukuan agar tidak berorientasi kepada kegiatan yang bersifat eksklusif, melainkan lebih berorientasi inklusif. ”Demikian juga sebagai organisasi kemasyarakatan yang berbasis kekerabatan, marga, yang berasaskan Pancasila, PSBI diharapkan dapat terus meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di mana pun mereka berada,” katanya.
Saat menutup sambutan, Wapres Amin pun mengucapkan selamat ulang tahun ke-14 dan berharap semoga PSBI mampu memberikan kesejahteraan bagi anggotanya maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. PSBI juga diharapkan mampu melestarikan warisan nilai-nilai masyarakat adat dalam rangka menjaga persatuan nasional.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum PSBI Effendi Muara Sakti Simbolon menuturkan PSBI berharap pemerintah tetap kuat dan senantiasa mampu menangani masalah pandemi Covid-19. ”Kami percaya, Bapak Wakil Presiden bersama Bapak Presiden Joko Widodo akan bisa mengatasinya, bersama komponen masyarakat lainnya, untuk kita bisa keluar dari masa yang sangat sulit ini,” kata Effendi.