Veri Junaidi, Aktivis Demokrasi, Pegiat Sosial, dan Advokat Itu Berpulang
Para kolega mengenang Veri Junaidi sebagai sosok muda yang konsisten menyuarakan demokrasi, pemilu bersih, dan konstitusi. Ketua Konstitusi dan Demokrasi Inisiatif itu kini telah berpulang.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO/DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
Ketua Konstitusi dan Demokrasi (KoDe) Inisiatif Veri Junaidi (36) meninggal dunia, Sabtu (3/7/2021) siang. Semasa hidup, Veri tak pernah berhenti mengkritisi isu demokrasi, pemilu, dan konstitusi. Lebih dari itu, ia dikenal sebagai sosok yang berjiwa sosial tinggi.
Peneliti KoDe Inisiatif, Ihsan Maulana, saat dihubungi di Jakarta, mengatakan, Veri terpapar virus Covid-19 selama hampir dua minggu terakhir. Ia sempat menjalani isolasi mandiri di rumah selama 3-4 hari dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Pelni, Jakarta, untuk mendapatkan perawatan intensif.
Veri terpapar virus Covid-19 selama hampir dua minggu terakhir. (Ihsan Maulana)
”Kemarin (Jumat), keadaan (Veri) sempat membaik, tetapi tadi pagi drop lagi. Saya mendapat informasi, (virus) Covid-19 sudah menjalar ke mana-mana dan dia, kan, juga ada (memiliki riwayat penyakit) liver dan ginjal. Mungkin itu yang bikin kondisi makin parah,” ujar Ihsan.
Veri mengembuskan napas terakhir di RS Pelni pada pukul 14.10. Ia meninggalkan tiga anak. Untuk informasi sementara, Veri akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rorotan, Jakarta Utara, dengan protokol kesehatan.
Semasa hidup, Veri pernah menjadi peneliti di Konsorsium Reformasi Hukum Nasional pada 2008-2011. Kemudian ia menjadi deputi direktur di Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) pada 2011-2015. Selanjutnya, sejak awal 2015, ia mendirikan lembaga penelitian KoDe Inisiatif.
Sebagai pegiat demokrasi dan pemilu, Veri telah menuangkan gagasannya ke dalam beberapa buku, di antaranya Mahkamah Konstitusi Bukan Mahkamah Kalkulator (2013), Anomali Keuangan Partai Politik (2011), serta Pelibatan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pemilu (2013).
Dengan sederet karya itu, menurut Direktur Eksekutif Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit) Ferry Kurnia Rizkiyansyah, kiprah Veri dalam mengawal demokrasi dan pemilu berkualitas tidak diragukan lagi. ”Kontribusi pemikiran, gagasan, dan ide-idenya selalu bernas,” ucapnya.
Sebagai pegiat demokrasi dan pemilu, Veri telah menuangkan gagasannya ke dalam beberapa buku, di antaranya Mahkamah Konstitusi Bukan Mahkamah Kalkulator (2013), Anomali Keuangan Partai Politik (2011), serta Pelibatan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pemilu (2013).
Mendukung anak muda
Ihsan Maulana menceritakan pengalamannya di KoDe Inisiatif. Di dalam organisasi, Veri tidak bertingkah laku seperti atasan, tetapi seorang kakak, senior, juga guru. Anak-anak muda di KoDe Inisiatif selalu disemangati agar terus berkarya dan memublikasikan karya tersebut.
”Itu yang bikin kami di KoDe (Inisiatif), anak-anak mudanya merasa semangat untuk terus berkarya. Kalau kami sedikit saja, belum ada kegiatan, belum ada riset, pasti Mas Veri langsung bertanya, langsung mendukung, dan memberi ide agar teman-teman semakin berkembang,” kenang Ihsan.
Koordinator Bidang Konstitusi dan Ketatanegaraan KoDe Inisiatif Violla Reininda juga mengamini hal tersebut. Sebagai ketua KoDe Inisiatif, Veri mampu menjadi pemimpin yang memberikan kesempatan luas bagi koleganya untuk belajar dan berkontribusi pada pengembangan bidang konstitusi dan ketatanegaraan.
”Mas Veri selalu memercayai kemampuan dan potensi koleganya untuk terus berkembang,” kata Violla, yang menyebut kepergian Veri berarti kehilangan sosok pejuang hukum dan demokrasi.
Membela kebenaran
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto mengenang Veri sebagai pengacara muda yang berintegritas dan pembela kebenaran. Veri, menurut dia, tidak membela kliennya semata demi uang, tetapi berdasarkan fakta hukum. Untuk diketahui, selain sebagai peneliti, Veri juga bertindak sebagai pengacara untuk isu konstitusi, pemilu, dan hukum administrasi negara.
”Makanya, saya sering bilang, dia itu pengacara syariah. Walau dia pengacara, roh demokrasinya tidak hilang,” ujar Sunanto.
Direktur Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Feri Amsari memiliki cerita lain tentang sosok Veri, yang juga sesama alumnus Universitas Andalas. Belakangan, ia intens memberikan beasiswa bagi mahasiswa dan mahasiswi yang tidak mampu.
”Dia selalu cari anak-anak yang dia kenal tidak mampu, dia akan bantu. Mungkin karena faktor dia juga (pernah mengalami) kesulitan sekolah dulu, ya, sekolah jauh sekali di Padang, karena dia, kan, orang Malang. Itu yang mungkin kemudian dia bergerak di aktivitas sosial,” kata Feri.