Kapolri: Sudah Bukan Zamannya Budaya Sowan ke Pimpinan
Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dalam wawancara khusus dengan ”Kompas” menekankan sudah ada sistem pengawasan untuk mengukur kinerja anggota Polri. Maka, tak perlu lagi budaya sowan ke pimpinan.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU/RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
Sejak dilantik pada Januari lalu, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo berkomitmen untuk melakukan transformasi pada ranah organisasi, operasional, pelayanan publik, dan pengawasan di tubuh Polri. Transformasi itu dilakukan guna mewujudkan konsep Polri Presisi, yaitu prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan.
Banyak pihak menilai konsep tersebut merupakan jawaban yang dibutuhkan untuk mencapai profesionalitas Polri sesuai amanat reformasi. Akan tetapi, implementasinya menghadapi tantangan berat di tengah pandemi Covid-19.
Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dalam wawancara khusus secara daring dengan Kompas, Rabu (30/6/2021), mengungkapkan siasatnya untuk mewujudkan Polri Presisi di tengah berbagai kesulitan yang muncul selama pandemi.
Bagaimana mewujudkan Polri Presisi di tengah pandemi Covid-19?
Ini situasi yang sulit, tetapi kami menanamkan semangat kepada anggota di lapangan bahwa tugas yang kita lalui ini tugas yang mulia. Kalau bisa dilaksanakan dengan baik, akan membawa dampak positif bagi organisasi, tetapi secara personal juga menjadi ladang amal dan ibadah anggota kami. Hal itu selalu kami tanamkan.
Apakah ada alat ukur untuk menilai kinerja setiap anggota Polri?
Kami mengukur kinerja anggota yang ada di lapangan, karena kami juga memiliki sistem kontrol dengan memanfaatkan aplikasi. Di situ ada apresiasi dari masyarakat. Ada juga kritik dari masyarakat itu menjadi bagian yang kami gunakan untuk melihat kinerja anggota. Tentunya yang baik kita berikan reward dan yang kurang baik kita berikan punishment.
Yang jelas di situasi yang sulit ini, kami mencoba untuk bisa terus menjaga semangat anggota kami di lapangan, di tempat-tempat terjauh yang mungkin mereka tidak melihat kami (pimpinan), tetapi kami mencoba untuk menjangkau mereka. Dengan demikian, kita pun bisa memberikan semangat, reward kepada anggota kita yang ada di tempat jauh seperti di Papua, juga Bhabinkamtibmas (petugas Polri di tingkat desa) yang mereka tidak pernah terpikir bahwa kita-kita yang ada di Mabes ini melihat mereka.
Hal-hal tersebut akan memberikan semangat bagi anggota kami untuk menjaga apa yang menjadi konsep kita, yaitu transformasi menuju Polri yang Presisi dengan lautan transformasi di bidang operasional, organisasi.
Di satu sisi kami juga memberikan peningkatan pelayanan publik yang memudahkan masyarakat dengan aplikasi online.
Contohnya ujian SIM secara online, yang semula masyarakat kesulitan, sekarang bisa dilakukan secara online. Ke depan kami mencoba agar masyarakat tidak perlu datang ke kantor polisi, kami siapkan simulasi di gerai-gerai mudah dijangkau masyarakat. Ketika ikut ujian, lolos, bisa mendapatkan SIM yang langsung bisa dicetak atau ditukar di gerai.
Di sisi lain, menanamkan kepada anggota bahwa dengan melakukan hal yang baik saja, tidak usah berpikir bahwa kalian harus bertemu dengan pimpinan. Kalau kalian baik, kita-kita (pimpinan) pasti akan melihat dan kita akan berikan apresiasi.
Hal-hal tersebut juga untuk memutus atau menghilangkan budaya-budaya yang harus sowan dan sebagainya. Itu saya pikir sudah bukan zamannya lagi, tetapi bagaimana mereka bekerja yang baik. Kami memiliki sistem pengawasan, baik secara internal maupun eksternal. Itu menjadi poin-poin bagi anggota manakala pada saatnya mereka harus sekolah, kenaikan jabatan, itu menjadi salah satu poin.
Itu yang kami tanamkan kepada anggota sehingga ke depan ada semangat untuk memberikan pelayanan yang baik, pelayanan menggunakan teknologi.
Lantas sejauh mana pengaduan dari publik akan diproses atau akan jadi acuan untuk penilaian anggota Polri?
Kami siap untuk menerima koreksi dengan membuka ruang pengaduan yang kami sambungkan dengan pengawas eksternal ataupun masyarakat bisa langsung melapor. Itu pasti akan diproses.
Itu juga kami gunakan untuk mengukur bagaimana respons terhadap pengaduan masyarakat. Apakah responsnya cepat, akan dijadikan evaluasi.
Kami mendirikan posko Presisi, di situ semua terpantau sehingga kami bisa mengukur. Harapannya, ini akan bisa memperbaiki apa yang kami harapkan dan yang diharapkan masyarakat terkait pelayanan kepolisian.
Kami akan mengukur secara periodik, baik dengan memanfaatkan momen saat bertemu masyarakat untuk menanyakan langsung maupun menggunakan lembaga survei yang kredibel, yang betul-betul bisa memberikan nilai terhadap program-program kami, apakah sudah tepat sasaran atau ada kekurangan sehingga bisa diperbaiki.
Tulisan petikan wawancara khusus ini bagian dari empat tulisan yang menyajikan wawancara Kompas dengan Kapolri. Salah satunya sudah terbit di harian Kompas dan Kompas.id. Adapun tiga lainnya tayang di Kompas.id.