Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dalam Sarasehan Nasional ”Anak Muda Membaca Bung Karno” mengatakan, anak muda perlu memiliki semangat berjuang. ”Tanpa fighting spirit, kita tak akan jadi bangsa besar,” katanya.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak muda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki semangat berjuang agar dapat membawa Indonesia menjadi negara yang besar. Semangat ini juga harus dimaknai dengan membantu sesama sebagai wujud dari gotong royong.
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dalam Sarasehan Nasional bertajuk ”Anak Muda Membaca Bung Karno”, Selasa (29/6/2021), mengatakan, anak muda perlu memiliki semangat berjuang (fighting spirit). Dengan semangat tersebut, Indonesia bisa menjadi bangsa maju seperti yang dicita-citakan Proklamator sekaligus Presiden Pertama RI Soekarno.
”Satu yang harus diingat oleh anak muda siapa pun dia, harus punya fighting spirit, tanpa fighting spirit maka kita tidak akan menjadi bangsa yang besar,” ujar Megawati.
Acara yang diinisiasi Megawati Institute ini dihadiri sejumlah anak muda sukses, seperti Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim; Staf Khusus Presiden, Putri Tanjung; Co-Founder Du Anyam, Hanna Keraf; Founder & CEO Tokopedia, William Tanuwijaya; dan Founder & CEO Kitabisa.com, M Alfatih Timur.
Dengan semangat juang, lanjut Megawati, anak muda yang telah meraih kesuksesan bisa membantu rakyat-rakyat kecil di pelosok daerah yang kurang mendapat akses ke pasar global. Dia pun mengajak mereka untuk menggandeng rakyat-rakyat kecil agar bisa bekerja mandiri.
”Kalian sendiri harusnya berpikir luas. Ikuti apa yang menjadi ajaran Bung Karno. Jangan hanya bagi diri sendiri, tetapi kembangkan. Please (tolong) lihat rakyatmu. Jika tidak ada rakyat, kita tidak akan bisa seperti ini. Itu mata rantai kehidupan sosial. Semua harus bergandengan tangan,” tutur Megawati.
Selain itu, Megawati juga mengajak anak muda yang bergerak di bidang teknologi dan pemasaran untuk melindungi serta memajukan produk karya rakyat kecil. Menurut dia, produk rakyat kecil sejauh ini tidak terlindungi dan malah dihargai dengan murah.
Ia sering melihat barang yang disuguhkan di aplikasi perdagangan elektronik didominasi produk dari luar negeri. Padahal, Presiden Joko Widodo sudah mendengungkan agar anak bangsa membantu produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Mereka (UMKM) itu sangat rapuh, karena apa? Mereka sangat tradisional, mereka sangat cinta pada budaya bangsa sehingga mereka menunjukkannya dari sisi seni, ada bikin keranjang, batik, kain, sangat rapuh. Karena mereka tidak tahu bagaimana cara berusaha. Itu makanya saya bilang rapuh mereka sangat mudah, maaf, untuk ditipu,” ucap Megawati.
Megawati lalu menceritakan produk daerah Endek Bali yang populer akhir-akhir ini. Produk kesenian kain itu mendapat kerja sama dengan merek internasional, Dior. Namun, ia menyayangkan, satu helai kain dihargai Rp 120.000-Rp 160.000.
Belajar dari hal tersebut, lanjut Megawati, setiap hasil seni Indonesia seharusnya dapat segera dipatenkan. ”Saya bukan orangnya antiasing, tetapi itu barang kita, barang milik rakyat kita yang harusnya dibantu bahwa mereka itu harus dituntun dari hulu sampai hilir,” katanya.
Pesan pendiri bangsa
Nadiem Makarim menceritakan pengalamannya saat ingin mulai membangun perusahaan rintisan Gojek. Saat itu, ia rutin berbincang-bincang dengan tukang ojek bahkan nongkrong di pangkalan ojek hampir setiap hari.
”Baru dengan diskusi itulah saya menemukan, dekat dengan rakyat baru kita menyadari potensi rakyat itu seperti apa,” tutur Nadiem.
Saat menjabat Mendikbud Ristek pun, Nadiem mulai menerapkan pesan Ki Hajar Dewantara dan Bung Karno, yakni ”merdeka belajar”. Hal itu, menurut dia, adalah filsafat para pendiri bangsa agar bangsa mampu merdeka dalam berpikir dan merdeka atas jajahan mental.
”Makanya, kita menyebut tujuan dari transformasi pendidikan kita adalah profil pelajar Pancasila,” kata Nadiem.
Hanna Keraf memiliki cerita lain saat dirinya mencoba keluar dari zona nyaman di Jakarta dan akhirnya pindah ke desa terpencil di Flores. Ia memilih Flores agar bisa mendampingi ibu-ibu di daerah itu membuat produk-produk kerajinan tangan dan memastikan ada akses pasar untuk produk-produk tersebut.
”Tentu ini bukan keputusan yang mudah memilih jalan yang berbeda,” ucap Hanna.
Putri Tanjung mengatakan, pada masa pandemi Covid-19, banyak anak muda telah menginspirasi sesama mereka untuk membantu UMKM sehingga bisa bertahan bahkan bangkit dari kesulitan. Ia menyebut, saat ini setidaknya 15.000 UMKM gulur tikar karena tidak terkoneksi dengan ekosistem digital.
”Anak muda harus membantu menjadi pahlawan digital dengan segala inovasinya,” tutur Putri.