Kasus Covid-19 Diperkirakan Naik hingga Awal Juli
Seperti diperkirakan sebelumnya, pascalibur Lebaran, kasus Covid-19 kembali melonjak. Namun, pemerintah memastikan kenaikan kasus di sejumlah daerah masih bisa dikendalikan.
JAKARTA, KOMPAS — Tren kenaikan kasus Covid-19 setelah Idul Fitri diperkirakan masih akan terjadi hingga awal Juli mendatang. Meski begitu, pemerintah memastikan penambahan kasus harian dan kasus aktif Covid-19 masih terkendali.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers seusai rapat terbatas membahas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (7/6/2021), mengungkapkan, peningkatan kasus setelah Idul Fitri sudah diprediksi. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, puncak kenaikan kasus Covid-19 terjadi 5-7 pekan sesudah masa libur.
”Jadi, perkiraan kami, kenaikan kasus masih bisa dilihat sampai akhir bulan ini (Juni) atau awal bulan depan,” kata Budi Gunadi yang menyampaikan keterangan pers bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Ganip Warsito.
Pemerintah, lanjut Budi Gunadi, sudah bersiap menghadapi kondisi terburuk. Salah satunya, dengan mempersiapkan 72.000 tempat tidur untuk isolasi. Sampai saat ini, sudah 31.000 tempat tidur isolasi yang terisi.
Meski kasus Covid-19 menunjukkan tren peningkatan, pemerintah memastikan masih bisa dikendalikan. Airlangga yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional mengungkapkan, hingga Minggu (6/6/2021), kasus aktif sebanyak 5,3 persen, jauh di bawah rata-rata kasus aktif dunia yang mencapai 7,5 persen. Begitu pula angka kesembuhan, lebih baik dari rata-rata global, yakni 91,9 persen dari 90,3 persen. Hanya angka kematian yang masih relatif tinggi, yakni 2,8 persen, lebih tinggi dari angka global yang mencapai 2,1 persen.
Provinsi penyumbang kasus aktif terbanyak atau sekitar 65 persen adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Papua, dan Riau. Sementara provinsi dengan tingkat keterisian rumah sakit atau BOR di atas 50 persen adalah Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Jambi, dan Riau.
Dibandingkan dengan negara lain, jumlah kasus mingguan per 1 juta penduduk di Indonesia juga relatif lebih baik. Jumlah kasus mingguan di Indonesia 147 orang per 1 juta penduduk, sedangkan Malaysia 1.607 per 1 juta penduduk, India pada angka 662 per 1 juta penduduk, dan Perancis 731 per 1 juta penduduk.
Bantuan Kudus dan Bangkalan
Sementara itu, sejumlah daerah yang mengalami lonjakan kasus Covid-19 menjadi perhatian pemerintah pusat, antara lain Kudus (Jawa Tengah) dan Bangkalan (Jawa Timur). Menkes memaparkan, keterisian rumah sakit di Kudus yang awalnya hanya sekitar 40 pasien melonjak menjadi 350-an pasien dalam satu setengah pekan terakhir.
Baca juga : Ada Kekeliruan Prosedur di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus
Dalam kurun waktu yang sama, di Bangkalan, jumlah pasien juga naik dari sekitar 10 orang menjadi 70 hingga 80-an pasien. Tingginya peningkatan kasus Covid-19 di Kudus terutama karena wilayah tersebut merupakan daerah tujuan ziarah atau wisata religi, sedangkan Bangkalan menjadi destinasi kepulangan pekerja migran dari negara tetangga.
Kementerian Kesehatan telah turun tangan memberikan bantuan untuk mengurangi tekanan beban rumah sakit di Kudus dan Bangkalan. Pasien dengan gejala berat dan sedang dirujuk ke rumah sakit terdekat yang memiliki kapasitas memadai. Pasien dari Kudus dirujuk ke Semarang, sedangkan pasien dari Bangkalan dirujuk ke Surabaya.
Pemerintah pusat juga telah mengirimkan dokter dan perawat karena banyaknya tenaga kesehatan yang juga terpapar Covid-19. Budi Gunadi menyebutkan, sedikitnya 300 tenaga kesehatan di Kudus terpapar penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu. Namun, kondisi para tenaga kesehatan itu cenderung baik karena mereka telah divaksin. Salah satu petugas medis yang berusia 70 tahun yang sudah divaksin dan terpapar Covid-19 juga dilaporkan dalam kondisi baik.
Selain penerapan protokol kesehatan yang ketat, pengujian dan pelacakan juga harus dilakukan dengan disiplin dan dilaporkan secara lengkap sebagai langkah antisipasi. ”Penyakit ini 80 persen sembuh sendiri, tapi butuh tempat isolasi karena musuhnya adalah penularan,” ujar Budi Gunadi yang telah mendistribusikan 50.000 vaksin untuk Kudus dan menyusul 50.000 vaksin lainnya untuk Bangkalan.
Ekstra hati-hati
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan komitmen jajaran TNI untuk turut menekan kasus Covid-19. Bersama Polri dan BNPB, TNI juga telah mendampingi kepala dinas kesehatan di kabupaten untuk menggerakkan motor pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro yang ada di masyarakat.
PPKM dinilai sebagai salah satu kunci untuk menekan angka kasus positif. Panglima TNI juga mengapresiasi kebersamaan masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan lewat program seperti jogo tonggo. ”Hulu harus ditekan. Karena di PPKM, kita bisa melaksananakan tracing terhadap kontak erat. Setelah itu bisa mengetahui apakah positif atau tidak. Termasuk di PPKM kita bisa meningkatkan angka kesembuhan masyarakat dan menekan angka kematian,” ujarnya.
Menurut Kapolri, peningkatan kasus Covid-19 setelah Lebaran terjadi terutama karena adanya kluster kerumunan ketika silaturahmi Lebaran, kunjungan wisata, hingga kunjungan ke sanak saudara. ”Dari situ kita melihat peningkatan. Ada kecenderungan masyarakat berkurang kedisiplinannya terutama dalam menggunakan masker,” lanjutnya.
Demi mengendalikan laju pertumbuhan angka Covid-19 di Kudus, TNI dan Polri telah menurunkan kompi gabungan. Penambahan personel dilakukan terutama untuk membatasi ruang gerak di 60 desa yang masuk zona merah. Polri juga membantu pemindahan 1.200 pasien dari isolasi mandiri di rumah-rumah.
Proses serupa diterapkan di Bangkalan. ”Akan kita samakan di setiap wilayah yang dalam satu minggu ada kenaikan lebih dari 500 akan diberlakukan manajemen kontingensi terkait penanganan kasus sehingga laju bisa dikendalikan di semua wilayah,” ucap Kapolri.
Seiring dengan adanya kenaikan kasus Covid-19, Presiden Jokowi meminta agar pendidikan tatap muka yang akan segera dimulai harus dijalankan dengan ekstra hati-hati. Pendidikan tatap muka dilakukan terbatas, hanya boleh maksimal 25 persen dari jumlah murid. ”Tidak boleh lebih dua hari seminggu. Setiap hari maksimal hanya dua jam,” ucap Budi Gunadi.
Pilihan untuk menghadirkan anak-anak ke sekolah juga harus ditentukan oleh orangtua. ”Tugas kami, semua guru harus selesai divaksinasi sebelum tatap muka terbatas dimulai,” lanjutnya.
Ekonomi tumbuh positif
Meskipun terjadi kenaikan kasus, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini tetap mampu meraih target pada kisaran 7-8 persen. Airlangga mengatakan, proyeksi pertumbuhan diperkirakan 6,7-7,5 persen. Proyeksi tersebut mengacu pada data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mencapai angka tertinggi 55,3.
Baca juga : Tahun 2021 Jadi Awal Akselerasi Pemulihan Ekonomi
Selain itu, penjualan kendaraan bermotor juga naik, yaitu 228 persen untuk penjualan mobil dan 227 persen untuk motor secara tahun ke tahun (year on year/yoy). Penjualan di sektor ritel juga naik di 9,8 persen yoy. Indeks keyakinan konsumen sudah berada di atas 100 persen dan pertumbuhan belanja nasional per akhir April meningkat 60,43 persen.
Pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional juga telah mencapai 29,9 persen dari pagu atau naik Rp 86,7 triliun dari kuartal pertama yang sebesar Rp 123,26 triliun. ”Demikian pula dengan kegiatan lima sektor, sektor kesehatan sudah mencapai 18,8 persen realisasi, perlindungan sosial 39,2 persen, kemudian program prioritas 28 persen, dukungan korporasi 21 persen, dan insentif untuk usaha 79,9 persen,” papar Airlangga.