Wapres Amin: Al Quran Menjawab Persoalan Kontemporer
Wapres Amin mengingatkan umat Islam tentang kewajiban merujuk Al Quran menjadi pedoman hidup, inspirasi, rujukan, dan arah dalam merespons perubahan zaman. Al Quran juga menjadi tuntunan dalam melakukan inovasi.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di dunia yang semakin maju, persoalan kemanusiaan kontemporer, seperti pelanggaran hak asasi manusia, kemiskinan, kekerasan, wabah penyakit, konflik, serta bencana lingkungan, masih sering ditemukan. Untuk menghadapi permasalahan kontemporer tersebut, dibutuhkan kerja sama dan partisipasi aktif masyarakat.
Sebagian besar dari persoalan kemanusiaan kontemporer ini terkait dengan problem yang mengancam jiwa, harkat, dan martabat manusia. Di sisi lain, semua persoalan yang dihadapi juga telah memiliki pedoman dan solusinya di dalam Al Quran. Hal ini disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada seminar internasional tentang Al Quran dalam rangka milad ke-50 tahun Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, Selasa (1/6/2021).
”Kita semua harus bahu-membahu melakukan upaya-upaya untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut di atas. Wabil khusus bagi umat Islam Indonesia. Upaya-upaya ini diharapkan semakin kuat dengan adanya legitimasi dan spirit Al Quran, yang notabene dan semestinya menjadi pedoman hidup bagi mayoritas bangsa Indonesia,” kata Wapres Amin.
Dalam pidato di webinar bertajuk ”Al Quran dan Masalah-masalah Kemanusiaan Kontemporer” tersebut, Wapres Amin mengingatkan umat Islam tentang kewajiban merujuk Al Quran menjadi pedoman hidup, inspirasi, rujukan, dan arah dalam merespons perubahan zaman dan perkembangan masyarakat yang sangat dinamis. Al Quran juga menjadi tuntunan dalam melakukan inovasi-inovasi untuk menjawab persoalan kontemporer umat manusia.
Terkait pelanggaran HAM, Wapres Amin mengutip laporan organisasi Human Rights Watch pada 2020 yang menyebut bahwa pelanggaran HAM pada saat ini masih cukup banyak terjadi di dunia, baik di negara berkembang maupun negara maju. Di sisi lain, kata Wapres Amin, Al Quran juga telah memberikan pedoman untuk menghormati sesama manusia.
”Karena kurangnya penghormatan pihak tertentu terhadap nilai-nilai kemanusiaan, baik karena ketertinggalan kelompok masyarakat tertentu atau karena arogansi kelompok tertentu yang sudah kuat kepada yang lemah,” tambah Amin tentang akar masalah pelanggaran HAM.
Untuk masalah kemiskinan dan keterbelakangan, Wapres Amin menyebut bahwa di antara negara-negara yang masih menghadapi persoalan kemiskinan adalah negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Laporan Bank Dunia menyebutkan, jumlah orang miskin di dunia sebanyak 664 juta orang pada 2020 atau naik 119 juta-124 juta orang dari tahun 2019.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah berusaha mengatasi persoalan kemiskinan global dengan memasukkannya dalam urutan pertama Sustainable Development Goals (SDGs). Indonesia juga berusaha keras mengatasi kemiskinan melalui upaya peningkatan bantuan sosial, pendidikan, kesehatan, dan penciptaan lapangan kerja. Dalam konteks ini, Al Quran juga telah menunjukkan cara mengatasi kemiskinan secara perorangan ataupun berupa kedermawanan masyarakat.
Partisipasi masyarakat
Dalam menghadapi wabah penyakit, seperti pandemi Covid-19, Al Quran telah menginformasikan munculnya wabah penyakit yang menimpa kaum terdahulu. Wabah itu merupakan musibah atau ujian dari Allah untuk umat manusia. Penyakit juga diyakini akan dibarengi dengan ketersediaan obatnya.
Walaupun pada hakikatnya yang menyembuhkan penyakit itu Allah, manusia juga diharuskan untuk melakukan ikhtiar penyembuhan, baik melalui doa maupun pengobatan. Langkah pencegahan juga perlu dilakukan dalam bentuk pemberian vaksin.
”Tetapi, manusia juga harus berusaha untuk menghindarinya melalui pembatasan pergerakan manusia, seperti kebijakan lockdown, pembatasan sosial berskala besar, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, dan pengambilan jarak fisik,” tutur Wapres.
Pemerintah negara mana pun dinilai tidak akan mampu menyelesaikan berbagai persoalan kemanusiaan kontemporer yang dihadapi tanpa bekerja sama dengan masyarakat internasional serta hadirnya partisipasi masyarakat.
Wapres Amin berpesan agar semua elemen masyarakat dan lembaga terkait, termasuk lembaga pendidikan, dapat bekerja sama dan berpartisipasi aktif untuk menyelesaikan permasalahan kemanusiaan kontemporer ini.
”Segenap pejabat publik dan seluruh elemen masyarakat harus turut berkontribusi sesuai kapasitasnya, baik sebagai individu, komunitas, lembaga legislatif, yudikatif, penegak hukum, pelaku usaha, maupun kalangan akademisi dan pendidikan,” ujarnya.
Sebelumnya, ketua panitia seminar internasional yang juga merupakan Wakil Rektor III PTIQ, Ali Nurdin, berharap seminar selama dua hari ini dapat memunculkan pemikiran-pemikiran yang cerdas. ”Dan bermanfaat untuk pengembangan khususnya di kampus kami tercinta, yang insya Allah sesaat lagi akan bertransformasi, sebentar lagi akan menjadi universitas,” kata Ali.
Hadir dalam acara tersebut Rektor PTIQ Nasaruddin Umar serta beberapa narasumber, seperti M Quraish Shihab, Sahiron, dan Amany Lubis, serta para pengurus yayasan PTIQ. Sementara Wapres Amin didampingi Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar dan Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi.