Dunia tengah menghadapi dua kutub ekstrem pemikiran, yaitu konservatisme dan sekularisme dalam memahami ajaran agama. Moderasi beragama perlu terus dikembangkan untuk mencegah perpecahan akibat pemikiran ekstrem itu.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dewasa ini keberagaman beragama di Indonesia dihadapkan pemikiran-pemikiran ekstrem yang jika dibiarkan berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mencegah perpecahan, moderasi beragama sebagai jalan tengah perlu terus dikawal.
Wakil Presiden Ma\'ruf Amin, saat menyampaikan orasi ilmiah dalam perayaan Dies Natalis ke-64 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (20/5/2021), memaparkan, saat ini, dunia tengah menghadapi dua kutub ekstrem pemikiran, yaitu konservatisme dan sekularisme dalam memahami ajaran agama. ”Oleh karena itu, upaya mengawal moderasi beragama menjadi semakin penting untuk terus dimajukan, dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan umat serta bangsa,” ujar Wapres saat menyampaikan orasi secara daring di Sidang Senat Terbuka UIN Jakarta.
Wapres menyebut bahwa UIN Jakarta memiliki modal besar sehingga mampu berkontribusi besar dalam mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis. Modal tersebut berupa sejarah, pengalaman, SDM yang kompeten mengenai Islam, tradisi keilmuan yang mengakar pada tradisi keilmuan klasik yang terjaga, serta senantiasa memadukan keislaman dan keindonesiaan.
UIN Jakarta juga diharapkan mampu menjadi garda terdepan, menjadi obor menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Selain itu UIN Jakarta juga bisa berpartisipasi mengangkat harkat dan martabat bangsa dan tanah air di kancah dunia.
Selama ini, UIN Jakarta dinilai telah berperan besar dalam bidang pemikiran Islam di Indonesia. Banyak tokoh besar yang lahir dari UIN Jakarta, seperti Harun Nasution, Nurcholish Madjid, dan Quraish Syihab. Tokoh-tokoh ini terus memperkenalkan, menggelorakan, dan merawat tradisi serta mengembangkan keilmuan dan pemikiran Islam yang rahmatan lil‘alamin, tidak saja di Tanah Air, tetapi juga di berbagai negara. Karena itu, UIN Jakarta tercatat sebagai salah satu kiblat pengembangan pemikiran keislaman.
Sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang saat ini sedang mengalami disrupsi akibat pandemi Covid-19, Wapres Ma\'aruf meminta sivitas akademika UIN Jakarta untuk sekaligus berperan aktif bersama pemerintah dalam mempercepat pemulihan perekonomian nasional. Hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan riset dan kampanye penerapan protokol kesehatan di lingkungan kampus.
UIN Jakarta dan kampus-kampus lain di Indonesia juga bisa turut berperan aktif dalam membina usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan mayoritas pelaku usaha di Tanah Air. Saat ini, para pelaku UMKM ini memerlukan bantuan agar dapat bertahan dan bangkit kembali setelah terpuruk di masa pandemi Covid-19.
”Secara khusus, apresiasi juga saya sampaikan atas peran UIN Jakarta dalam membumikan kajian-kajian teori dan praktik ekonomi Islam yang berlandaskan nilai-nilai ketuhanan dan keadilan melalui kehadiran fakultas-fakultas yang concern dalam penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam keuangan Syariah sehingga mampu memperkuat kelembagaan pengembangan ekonomi Islam di masa depan,” ujar Wapres Ma\'aruf.
Selain mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui riset, UIN Jakarta diminta untuk meningkatkan intensitas sekaligus kualitas keterlibatan kampus dalam pengabdian sosial sehingga mampu merespons langsung permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat.
Sebagaimana perguruan tinggi negeri lainnya, menurut Rektor UIN Jakarta Amany Lubis, UIN Jakarta juga sudah mulai bertransformasi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) yang memiliki status otonomi yang lebih luas. Transformasi ini diharapkan bisa mempercepat pengembangan dalam penyiapan generasi bangsa yang unggul, termasuk untuk pengembangan keilmuan dan diskursus keislaman, serta dalam pengembangan fungsi pengabdian sosial.
Kampus Hijau
Sesuai dengan tema Dies Natalis UIN Jakarta ke-64, yaitu ”Kampus Hijau”, Wapres Ma\'aruf juga mendukung peran UIN Jakarta dalam menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Apalagi, Indonesia telah menyepakati Paris Agreement mengenai perubahan iklim yang intinya adalah mengurangi emisi gas karbon dalam upaya membatasi kenaikan suhu global yang saat ini telah mencapai 2 derajat celsius.
Indonesia telah berkomitmen menurunkan tingkat emisi karbon sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional sampai dengan tahun 2030. ”UIN Jakarta dan dunia pendidikan tinggi pada umumnya harus berkomitmen dan turut berkontribusi dalam upaya mencapai target nasional tersebut,” kata Wapres Ma\'aruf.
Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, Amany menambahkan, perlu untuk bersama-sama bangkit menjadi bangsa yang tangguh. ”Di hari kebangkitan nasional, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tetap berkomitmen menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia dan memajukan pendidikan Islam,” ujar Amany.
Dengan reputasi dan pengakuan dunia internasional, UIN Jakarta juga terus mengembangkan internasionalisasi kampus. Animo mahasiswa asing, misalnya, disebut sangat menggembirakan dengan kehadiran 225 mahasiswa asing. Amany menambahkan, ada sekitar 40 negara yang telah menitipkan mahasiswanya untuk berkuliah di UIN Jakarta.
Selain fungsi pendidikan, UIN Jakarta juga memberikan pelayanan di bidang lain seperti kesehatan. Saat ini UIN Jakarta memiliki dua rumah sakit dan beberapa klinik kesehatan yang melayani masyarakat umum. (WKM)