Pesan dari Monumen Bung Karno Setinggi Empat Meter di Lemhannas
Peringatan HUT Ke-56 Lemhannas ditandai dengan peresmian Monumen Bung Karno setinggi empat meter. Ada pesan mendalam di balik simbol patung yang memvisualisasikan Bung Karno yang sedang membaca buku itu.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhannas RI memperingati hari ulang tahun ke-56 secara luring dan daring, Kamis (20/5/2021). Dalam perayaan di tengah pandemi Covid-19 yang belum terkendali itu, Lemhannas terus berkomitmen untuk menjadi lembaga yang menjaga dan menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu dibutuhkan agar bangsa ini segera bangkit dari krisis.
Peringatan HUT ke-56 Lemhannas itu juga ditandai dengan peresmian Monumen Bung Karno di halaman Gedung Trigatra Lemhannas RI. Patung Bung Karno divisualisasikan dalam posisi sedang membaca buku. Tinggi patung itu mencapai 4 meter. Ada pesan yang tersirat dari patung tersebut.
Gubernur Lemhannas Letnan Jenderal (Purn) Agus Widjojo dalam sambutannya mengatakan, karena situasi masih pandemi Covid-19, perayaan HUT ke-56 Lemhannas dilakukan secara luring dan daring. Di kantor Lemhannas, perayaan luring digelar dengan protokol kesehatan yang ketat.
Agus juga menyampaikan keprihatinan terkait kondisi Indonesia yang masih berjuang melawan pandemi Covid-19. Selain pandemi Covid-19, Indonesia juga menghadapi cobaan lain, seperti bencana alam siklon tropis Seroja di Provinsi Nusa Tenggara Timur serta gangguan keamanan seperti serangan teroris di beberapa tempat. Berbagai tantangan itu seharusnya dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
”Sampai saat ini, krisis di Indonesia belum usai, baik dari segi kesehatan terutama karena ada pandemi Covid-19 yang berdampak pada ekonomi dan sosial, bencana alam, maupun serangan teroris. Lemhannas melalui peran dan fungsinya ingin menumbuhkan kembali semangat persatuan dan kesatuan dalam melawan virus Covid-19,” kata Agus.
Agus mengklaim, di tengah situasi bangsa yang tidak mudah ini, sebenarnya ada semangat dan keinginan kuat dari masyarakat untuk menciptakan kehidupan nasional yang aman dan sejahtera berdasarkan empat konsensus dasar bangsa. Kepercayaan dari masyarakat itu juga akan menjadi modal semangat dan kekuatan bagi bangsa.
Lemhannas berharap segala upaya yang dilakukan pemerintah untuk bangkit dari pandemi dapat didukung oleh segenap komponen bangsa. Dengan dukungan masyarakat itu, diharapkan apa yang dilakukan pemerintah dapat segera membuahkan hasil.
Dengan begitu, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat berjalan kembali secara normal. Bangsa Indonesia bisa fokus untuk melanjutkan pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan nasional.
”Dengan berlandaskan semangat Kebangkitan Nasional, Lemhannas ingin menumbuhkan kembali semangat persatuan dan kesatuan dalam melawan virus Covid-19,” kata Agus.
Dalam sejarahnya, keberadaan Lemhannas tidak dapat dilepaskan dari dinamika geopolitik juga kehidupan berbangsa dan bernegara. Lemhannas didirikan secara resmi pada 20 Mei 1965, pada saat Indonesia baru 20 tahun merdeka. Saat itu, Indonesia dihadapkan pada polarisasi dunia, pertarungan politik, dan kepentingan dalam negeri yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Dengan berbagai pertimbangan dan pemikiran strategis terutama untuk menjamin keutuhan dan tegaknya NKRI, Presiden Pertama RI Soekarno memandang perlu sebuah lembaga yang berfungsi sebagai kawah candradimuka kader-kader pimpinan tingkat nasional yang berasal dari berbagai komponen bangsa.
”Para kader tersebut ditempa menjadi calon pemimpin nasional yang paham mengenai kebangsaan Indonesia dan kondisi lingkungan strategis yang memengaruhinya,” kata Agus.
Pesan dari Monumen Bung Karno
Dalam acara HUT Lemhannas, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri juga meresmikan Monumen Bung Karno di halaman Gedung Trigatra Lemhannas RI. Patung Bung Karno divisualisasikan dalam posisi sedang membaca buku. Tinggi patung itu 4 meter, berbahan campuran logam, yaitu tembaga, kuningan, timah, dan seng sari. Patung berwarna perunggu bakar dan memiliki berat sekitar 2 ton.
Menurut Megawati, patung itu memiliki nilai filosofi mendalam. Pertama, dudukan berbentuk segi empat dan segi lima bermakna tahun kemerdekaan. Segi delapan bermakna bulan kemerdekaan dan segi dudukan patung berjumlah tujuh belas yang bermakna tanggal kemerdekaan.
Patung yang diresmikan di Lemhannas itu mengacu pada patung Bung Karno di Museum Blitar. Namun, kali ini dibuat lebih besar dengan teknik karakter monumental oleh seniman dari Yogyakarta bernama Dunadi.
”Bung Karno adalah seseorang yang senang membaca buku. Beliau terinspirasi dan tergerak melahirkan gagasan dan kebijakan revolusioner, bukan hanya bagi kemajuan bangsa Indonesia, melainkan bagi terwujudnya gerak kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika hingga perdamaian dunia,” kata Megawati, dalam sambutannya.
Bagi Megawati, Lemhannas bukanlah lembaga yang asing. Lemhannas adalah lembaga yang dibentuk dari gagasan Bung Karno yang ingin mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mampu meletakkan dasar-dasar pertahanan, dan keamanan sesuai geopolitik dan budaya Indonesia. Lemhannas diharapkan menjadi kawah candradimuka calon pemimpin dan sebagai think tank para pemikir pejuang.
Melalui Lemhannas, Bung Karno ingin membentuk 100 persen patriot bangsa, nasionalis sejati, dan unggul dalam pemahaman geopolitik untuk kedaulatan bangsa. Lemhanas pun menjadi fondasi institusional untuk percepatan mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Menurut Megawati, konsepsi Bung Karno itu menjadi salah satu motivasi bagi dirinya untuk meresmikan patungnya bertepatan dengan peringatan 56 tahun Lemhannas.
”Saya berharap peresmian patung Bung Karno ini dapat menjabarkan konsepsi Trisakti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,” kata Megawati.
Agus Widjojo menambahkan, monumen Bung Karno yang sedang membaca buku melambangkan kegemaran Bung Karno membaca buku. Monumen itu menjadi representasi nilai semangat dan jiwa perjuangan bangsa Indonesia.
Monumen itu adalah simbol bagi bangsa Indonesia agar senantiasa menjaga kedaulatan, persatuan, kesatuan, dan keutuhan wilayah NKRI. Monumen juga untuk menghormati Bung Karno sebagai perintis dan pendiri Lemhannas yang diresmikan pada 20 Mei 1965.
”Bagi Bung Karno, berdirinya Lemhannas RI merupakan wujud dari konsepsinya untuk mencapai Indonesia yang sepenuhnya berdaulat dan mampu meletakkan dasar-dasar pertahanan dan keamanan yang sesuai dengan geopolitik dan budaya bangsa Indonesia. Semoga masyarakat dapat meneladani semangat dan perjuangan Soekarno,” kata Agus Widjojo.