Pelaku Perjalanan dari Sumatera Wajib Tes Covid-19
Kasus Covid-19 di enam provinsi di Pulau Sumatera mulai mengalami peningkatan, pekan ini. Karena itu pemerintah memberlakukan kewajiban tes Covid-19 bagi para pelaku perjalanan dari Sumatera ke pulau lainnya.
Oleh
NINA SUSILO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 kembali mengalami peningkatan di 15 provinsi, termasuk sejumlah wilayah di Pulau Sumatera. Untuk mencegah penularan, para pemudik yang kembali dari Sumatera diwajibkan melakukan tes Covid-19 di Pelabuhan Bakauheni, Lampung, atau dari lokasi keberangkatan.
Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto, Senin (17/5/2021), seusai mengikuti rapat terbatas penanganan Covid-19 yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, menyebutkan, kendati perkembangan kasus aktif nasional relatif terkendali, kenaikan kasus Covid-19 sudah mulai terjadi di 15 provinsi. Kenaikan kasus di antaranya terjadi di enam provinsi di Pulau Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Bangka Belitung. Sembilan provinsi lainnya tersebar di berbagai pulau, yakni DKI Jakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan.
Dibandingkan dengan minggu pertama April, kasus di Sumatera cenderung meningkat. Sementara sekitar 440.000 dari 1,5 juta warga yang keluar Jakarta sepanjang masa libur Idul Fitri merupakan pemudik dengan tujuan Sumatera. Sekitar 1,023 juta sisanya mudik ke sejumlah daerah di Jawa.
Mobilitas warga terpantau meningkat di masa libur Idul Fitri, terutama di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Selain itu, mobilitas tinggi juga terpantau di Maluku Utara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Gorontalo.
Lokasi-lokasi wisata juga masih banyak yang dibuka. Karena itu, pemerintah meminta lokasi wisata di zona oranye dan merah untuk tetap tutup.
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 setelah libur Lebaran, pemerintah melakukan tes acak untuk para pemudik yang kembali ke Jakarta dari beberapa provinsi di Jawa. Namun, khusus untuk pemudik yang akan kembali dari Sumatera pemerintah mewajibkan tes Covid-19.
”Khusus untuk yang dari Sumatera diberlakukan mandatory check baik di Pelabuhan Bakauheni maupun di tempat berangkat. Tentu kita berharap yang masuk ke Jawa sudah aman dari Covid-19,” tutur Airlangga dalam keterangan pers yang disampaikan secara virtual.
Pelaku perjalanan dari Sumatera menuju Jawa harus melengkapi diri dengan dokumen hasil tes cepat PCR atau antigen. Bila belum memiliki dokumen, akan dilakukan tes usap antigen di Pelabuhan Bakauheni. Kementerian Kesehatan akan menyiapkan perangkat tes.
Potensi lonjakan
Kepala BNPB Doni Monardo yang juga hadir dalam ratas menambahkan, potensi lonjakan kasus Covid-19 sangat tinggi. Sebab, berdasarkan pengalaman setahun terakhir, setiap libur panjang menyisakan lonjakan kasus 78 sampai 119 persen.
Untuk mengantisipasi lonjakan serupa setelah libur Idul Fitri , Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro di lokasi awal ataupun lokasi tujuan di Jakarta harus diperkuat. Semua masyarakat juga diminta untuk saling mengingatkan warga yang baru kembali dari zona merah dan zona oranye untuk melakukan karantina mandiri. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di tingkat kelurahan hingga rukun tetangga diminta mengawasi warga agar patuh melakukan karantina mandiri sepulang mudik.
”Ini semua dilakukan supaya penularan virus bisa dikendalikan lebih baik lagi dibandingkan tahun lalu,” tambah Doni.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, potensi lonjakan kasus Covid-19 pasca-Lebaran tetap diantisipasi. Rumah-rumah sakit, tempat tidur isolasi, tempat tidur ICU, ataupun tenaga kesehatan dan obat-obatan sudah disiapkan.
Secara nasional, saat ini tersedia 70.000 tempat tidur isolasi dan baru terisi 20.000. Adapun tempat tidur ICU disiapkan sebanyak 7.500 secara nasional. Saat ini baru 2.500 unit yang digunakan.
Stok obat di rumah sakit juga diklaim sudah diisi. Demikian pula tenaga kesehatan sudah dipersiapkan untuk mengantisipasi lonjakan kasus. Kendati sudah menyiapkan antisipasi ini, pemerintah berharap lonjakan kasus tidak terjadi.
Karena itu, kata Budi, warga diharapkan tetap menjalankan protokol kesehatan, terutama memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Para kepala daerah, panglima kodam, kepala polda, dan jajaran di daerah juga diminta terus meningkatkan pengetesan dan pelacakan.
WHO sudah menerbitkan panduan agar setiap seribu warga dites satu orang dalam sepekan. Untuk Indonesia dengan jumlah penduduk 270 juta orang, setidaknya diperlukan 40.000 tes per hari supaya per minggu terdapat 280.000 orang yang dites.
Sejauh ini, catatan Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan laju penambahan kasus Covid-19 di sepekan libur Idul Fitri melambat. Namun, apabila dicermati, pemeriksaan yang dilakukan juga menurun jumlahnya.
Pada 10 Mei, tercatat penambahan 4.891 kasus baru. Saat itu, spesimen yang diperiksa 49.483, sedangkan jumlah orang yang diperiksa per hari 31.963 orang. Pada 11 Mei, terdapat 5.021 kasus baru, sedangkan pemeriksaan spesimen 75.415 dan 45.090 orang yang diperiksa.
Jumlah kasus baru pada 12 Mei sebanyak 4.608. Spesimen yang diperiksa 63.258 dan 38.640 orang yang diperiksa. Pada 13 Mei, jumlah kasus baru 3.448, tetapi spesimen yang diperiksa 31.550 dan 21.713 orang yang diperiksa.
Jumlah kasus baru di 14 Mei juga lebih sedikit, 2.633 orang. Namun, hanya 18.540 spesimen yang diperiksa dan 15.945 orang yang diperiksa. Pada 15 Mei, terdapat 2.385 kasus baru, sedangkan spesimen yang diperiksa 29.587 dan 22.519 orang yang diperiksa. Pada 16 Mei, penambahan kasus baru 3.080, sedangkan spesimen yang dites 37.473 dan 27.640 orang yang diperiksa.
Mutasi virus
Menkes Budi Gunadi menambahkan, setiap minggu termonitor adanya mutasi baru virus yang ada di Indonesia. Pekan lalu, ditemukan lagi dua virus SARS-CoV-2 mutasi baru dari pekerja migran Indonesia di Jawa Timur. Keduanya baru pulang dari Malaysia.
”Mereka membawa, yang satu mutasi Afrika Selatan (B.1.351), dan satunya mutasi London (B.1.1.7),” kata Budi.
Virus hasil mutasi London ini dinilai lebih cepat menular. Laporan Konsorsium Covid-19 Genomics Inggris menyebutkan varian B.1.1.7 ini lebih menular 70 persen ketimbang versi awal SARS-CoV-2 yang ditemukan di Wuhan, China. Varian Afrika Selatan B.1.351 juga menyebar sangat cepat.
Karena laju penularan virus varian baru ini lebih tinggi, Budi mengingatkan masyarakat agar memastikan protokol kesehatan dijalankan dengan ketat.
Pemerintah pun perlu menggencarkan pemeriksaan dan pelacakan kontak erat pasien. Warga yang harus diperiksa adalah orang yang berstatus kontak erat dengan pasien Covid-19 atau diduga terpapar Covid-19 dalam 72 jam. ”Tidak usah takut kalau kelihatan banyak. Itu pesan kami sebab suka atau tidak suka, mutasi virus baru sudah masuk Indonesia,” kata Budi.
Vaksinasi digenjot
Program vaksinasi juga akan digenjot kembali. Sebab, kata Budi, jumlah vaksin yang masuk pada Mei dan Juni ini cukup banyak. Karena itu, setelah pengurangan laju vaksinasi akibat pasokan yang agak berkurang ataupun masa Ramadhan pada bulan sebelumnya, kini program vaksinasi harus bergerak lebih cepat.
Warga berusia lanjut tetap menjadi prioritas dalam program vaksinasi. Sebab, warga yang terpapar virus SARS-CoV-2 yang berisiko harus dirawat di rumah sakit dan mengalami kematian kebanyakan warga lansia. Vaksinasi diharapkan bisa mengurangi tingkat fatalitas tersebut. (INA)