Setelah survei mengenai pandangan publik atas kinerja pemerintah dirilis, hasil survei Litbang ”Kompas” soal tokoh yang dinilai publik paling layak menjadi presiden akan dirilis di harian ”Kompas” dan Kompas.id besok.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
Setelah merilis hasil survei mengenai pandangan publik atas kinerja pemerintah, hasil survei Litbang Kompas soal tokoh yang dinilai publik paling layak menjadi presiden akan dirilis di harian Kompas dan Kompas.id, besok (4/5/2021). Ada 11 figur yang diutarakan responden saat ditanyakan tokoh yang paling layak menjadi presiden jika pemilu presiden dilakukan saat ini.
Ke-11 figur tersebut bukanlah wajah baru di mata publik. Mayoritas masih menjabat di pemerintahan saat ini. Di antaranya ada yang berlatar belakang menteri dan ada pula kepala daerah. Sebagian dari menteri dan kepala daerah tersebut merupakan kader partai politik (parpol). Kemudian di luar figur-figur tersebut, ada pula figur ketua umum parpol, mantan kepala daerah, dan mantan pimpinan tertinggi di TNI.
Figur peraih pilihan tertinggi dan memenuhi syarat konstitusi untuk maju di pemilu presiden berlatar belakang sebagai menteri merangkap ketua umum parpol. Elektabilitasnya terpaut sekitar 6 persen dari figur pilihan kedua tertinggi yang saat ini masih menjabat kepala daerah. Adapun mayoritas figur lain suaranya masih di bawah 10 persen.
Namun, di luar itu, masih cukup tinggi responden yang menjawab tidak tahu atau belum ada pilihan untuk pemilu presiden (pilpres). Maka, sisa waktu tiga tahun hingga Pilpres 2024 masih dapat mengubah konstelasi pilihan publik yang terlihat di survei kali ini.
Selain itu, masih tingginya jawaban responden tersebut dapat pula diartikan bahwa sebagian publik menganggap pikiran soal pilpres saat ini terlalu dini. Masih banyak problem bangsa yang dihadapi, terutama pandemi Covid-19 dan dampak-dampak yang ditimbulkannya, sehingga fokus pikiran, energi, dan segala sumber daya bangsa hendaknya tak teralihkan.
”Memang masyarakat belum fokus pada agenda politik sehingga belum ada nama-nama yang mengerucut sebagai alternatif pilihan baru. Buktinya, dari nama-nama yang muncul di survei juga masih itu-itu saja,” ujar pengajar Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Mada Sukmajati, saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (2/5/2021), untuk menanggapi hasil survei Litbang Kompas tersebut.
Ia menyoroti pula wajah-wajah lama di bursa pencapresan. Menurut dia, peran parpol belum optimal untuk menghadirkan calon-calon pemimpin di 2024. Hal ini karena baru figur dari tiga parpol yang diutarakan dan dipilih responden. Padahal, ada enam parpol lain yang lolos ambang batas parlemen pada Pemilu 2019 dan dengan raihan suara/kursi di parlemen memiliki hak mengajukan calon presiden/wakil presiden.
Sejumlah parpol pun merespons hasil survei terbaru Litbang Kompas tersebut. Ada yang merespons baik karena kader mereka dipilih publik sehingga menunjukkan kaderisasi di parpol telah berjalan. Namun, ada pula parpol yang menampik anggapan gagal menjalankan kaderisasi. Di luar itu, ada juga parpol yang berencana menghadirkan alternatif capres untuk 2024. Caranya melalui mekanisme konvensi.
Siapa saja ke-11 figur yang dipilih publik tersebut? Bagaimana analisis lebih lengkap dari Mada dan pengamat lainnya? Bagaimana pula respons lengkap dari parpol? Semuanya bisa dibaca lengkap di harian Kompas dan Kompas.id yang tayang besok (4/5/2021).