Evakuasi KRI Nanggala: Mengenal Kapal Riset China Tansuo-2 dan Kapal Selam Laut Dalam
Indonesia juga bekerja sama dengan China dalam upaya evakuasi KRI Nanggala-402. China mengerahkan kapal riset dan wahana selam terbaru milik mereka, yakni kapal riset Tansuo-2 dan kapal selam laut dalam Fendouzhe.
Oleh
Iwan Santosa
·3 menit baca
Selain bantuan dan kerja sama dari negara ASEAN, Amerika Serikat, dan Australia dalam misi SAR KRI Nanggala-402, Indonesia juga bekerja sama dengan China dalam upaya evakuasi. Pihak China mengerahkan beberapa kapal dan wahana selam terbaru milik mereka, antara lain, kapal riset Tansuo-2 yang bisa menjadi induk kapal selam laut dalam Fendouzhe (Pejuang Gigih) dan Shenhai Yongshi (Satria Laut Dalam).
Kehadiran kapal riset China di perairan Indonesia adalah penanda hubungan dekat Asia. Pada abad ke-6 hingga ke-16 Masehi, kapal-kapal China, Arab, dan India biasa berhubungan dengan para pelaut Nusantara dan pelaut Jawa dalam perdagangan dan hubungan antar-Asia.
Itu dibuktikan dengan keberadaan bangkai kapal pelaut Arab dan China dari zaman Dinasti Yuan, Dinasti Ming, Khalifah Fatimiyah, dan Abbasiyah yang ditemukan di dasar laut, dari Cirebon hingga Teluk Jakarta (rangkaian laporan Kompas, April-Mei 2010 tentang lelang Rp 720 miliar temuan muatan kapal tenggelam).
Chinadaily.com.cn tanggal 2 Mei 2021 merilis, kapal riset Tansuo-2, pada akhir tahun 2020, baru saja menyelesaikan ekspedisi ilmiah di Samudra Pasifik dengan membawa kapal selam riset Shenhai Yongshi (shenhai berarti laut dalam dan yongshi berarti satria) yang mampu menyelam membawa manusia hingga kedalaman 4.500 meter.
Tansuo-2 adalah kapal induk riset kedua yang juga bersama kapal riset lainnya yang juga bisa menjadi kapal induk untuk Fendouzhe, Tansuo-1, mengadakan riset bersama menjelajahi palung terdalam di dunia, yaitu Palung Mariana di Pasifik Barat.
Fendouzhe yang juga berawak membukukan rekor di China dengan menyelam di kedalaman 10.909 meter di Palung Mariana pada 10 November 2020. Kamera dalam laut wahana selam ini merekam pertama kali di dunia penyelaman melampaui kedalaman 10.000 meter secara real time.
Tansuo-2 melanjutkan misi di Pasifik, dan kapal selam Shenhai Yongshi melakukan 32 kali penyelaman laut dalam selama 57 hari ekspedisi. Kapal selam tersebut membukukan rekor dunia dengan 12 kali penyelaman laut dalam berturut-turut dalam delapan hari dengan waktu penyelaman rata-rata 8 jam 27 menit.
Kapal selam Shenhai Yongshi membuat rekaman video situasi di Palung Mariana, serta mengambil spesimen mikro organisme, sedimen di dasar palung laut, contoh batuan, dan berbagai data untuk mempelajari struktur geologi dasar laut Samudra Pasifik.
Kemandirian riset China tersebut, antara lain, dipicu tekanan dan tindakan negara maju terhadap China dan negera berkembang. Sebagai contoh, sistem navigasi satelit mandiri China, BeiDou, yang berkembang secara mandiri setelah kapal-kapal dagang China mengalami blackout sistem navigasinya saat menggunakan teknologi Barat (GPS). Setelah itu, salah satu kapal niaga China didatangi dan diperiksa paksa oleh militer negara Barat di Samudra Hindia dengan berbagai dalih.
Peluru kendali buatan China yang menggunakan sistem navigasi Barat juga pernah mengalami kejadian serupa. Sistem navigasi mengalami blackout karena menggunakan sistem yang dibuat negara Barat. Berbagai pengalaman tersebut membuat China ”terpaksa” mandiri mengembangkan teknologinya. Salah satunya adalah kapal riset Tansuo-1 dan Tansuo-2 serta wahana selam laut dalam.
Profesor Kishore Mahbubani dari Singapura, mantan Direktur Lee Kwan Yew School of Public Policy dan mantan Dubes Singapura untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengingatkan pentingnya melihat perkembangan China, India, dan dunia Islam dari kacamata Asia dan ASEAN. Berbagai informasi terutama tentang China dan dunia Islam sebagian besar disampaikan dari kacamata dunia Barat yang masih mempertahankan mental supremasi dan mentalitas Perang Dingin berbagai pandangan sinis dan negatif terhadap kemajuan masyarakat nondunia Barat.
Kehadiran kapal riset Tansuo-2 dan upaya kerja sama antar-Asia adalah upaya kemanusiaan dan menguatkan hubungan tradisional ribuan tahun sesama bangsa Asia. Semoga kapal selam KRI Nanggala-402 dan awaknya bisa segera dievakuasi. Demikian juga kerja sama Indonesia-China ini kian memperkuat hubungan sosial, budaya, dan ekonomi Asia Tenggara serta Asia Timur.