Musibah seperti tenggelamnya KRI Nanggala-402 jadi momentum untuk melakukan audit menyeluruh terhadap alat utama sistem persenjataan TNI. Anggaran yang memadai dibutuhkan untuk peremajaan dan perawatan persenjataan itu.
Oleh
ANITA YOSSIHARA/IQBAL BASYARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari musibah tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402. Peremajaan alat utama sistem persenjataan atau alutsista untuk menggantikan yang tua dinilai mendesak. Kebutuhan untuk perawatan alutsista juga tak boleh ditawar. Sangat penting pula dilakukan audit alutsista secara menyeluruh untuk memastikan keselamatan prajurit TNI dan agar alutsista itu berfungsi optimal.
Setelah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan KRI Nanggala-402 tenggelam dan 53 awak kapal selam itu gugur, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pemerintah akan memberi penghargaan atas dedikasi serta pengabdian semua awak kapal selam itu. Pemerintah juga menjamin pendidikan putra-putri para awak kapal.
”Negara akan memberikan penghargaan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi serta bintang jasa Jasalena atas dedikasi, pengabdian, serta pengorbanan prajurit-prajurit terbaik,” kata Presiden di Jakarta, Senin (26/4/2021).
Tenggelamnya KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali menambah panjang daftar kecelakaan alutsista milik TNI. Berdasarkan catatan Laboratorium Indonesia 2045, misalnya, setidaknya telah terjadi 13 kecelakaan kapal perang TNI AL dalam kurun waktu 2004-2021. Beberapa di antaranya berusia tua, seperti KRI Nanggala yang dibuat di Jerman tahun 1977.
Berdasarkan catatan Kompas, alutsista matra TNI lainnya juga beberapa kali mengalami kecelakaan. Akhir Juni 2015, pesawat Hercules C-130 buatan 1961 milik TNI AU jatuh di Medan, Sumatera Utara. Semua kru dan penumpang yang berjumlah 113 orang tewas. Awal Juni 2020, helikopter MI-17 milik TNI AD jatuh di Kendal, Jawa Tengah. Empat penerbang menjadi korban.
Anggaran pertahanan
Berkaca pada peristiwa-peristiwa itu, pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie meminta pemerintah bersama DPR berpihak pada sektor pertahanan. Hal ini dilakukan dengan mengalokasikan anggaran pertahanan yang memadai, di antaranya untuk peremajaan alutsista, terutama yang tua.
Selain itu, mesti tersedia anggaran yang cukup guna perawatan. Disiplin dalam merawat alutsista juga penting guna menjaga kelaikan alutsista.
Menurut pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies, Khairul Fahmi, secara keseluruhan, alutsista Indonesia terbilang lengkap. Namun, sebagian berusia tua karena dibeli pada 1970-an hingga 1990-an. Beberapa di antaranya bahkan alutsista bekas.
Menurut dia, pengadaan alutsista pada masa mendatang perlu mempertimbangkan skala prioritas. Pelaksanaannya dilakukan secara disiplin berbasis manajemen data yang baik sehingga pengawasan terhadap kondisi alutsista berikut perawatannya berlangsung baik.
”Perawatan alutsista harus diperhatikan dengan baik karena mampu memperpanjang usia penggunaan dan menghindari kefatalan,” katanya.
Dalam kasus tenggelamnya KRI Nanggala-402, ia mendorong agar investigasi dilakukan dari audit perawatan.
Perawatan KRI Nanggala
Kepala Departemen Humas PT PAL Indonesia Utario Esna Putra mengatakan, KRI Nanggala-402 terakhir kali menjalani perawatan di PAL pada 1995. Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono mengatakan, KRI Nanggala-402 terakhir kali menjalani docking di PAL pada Januari 2020. Sebelum itu, KRI menjalani overhaul di Korea Selatan pada 2012. KRI Nanggala dipastikannya laik beroperasi sebelum dinyatakan hilang pada Rabu (21/4/2021).
Mantan Kepala Kamar Mesin KRI Nanggala-402 Laksamana Muda (Purn) Frans Wuwung mengatakan, idealnya kapal selam menjalani overhaul setiap lima tahun. Namun, jadwal ini kerap kali tak bisa dipenuhi karena kapal selam harus menjalankan misi.
Ketua MPR Bambang Soesatyo menekankan, penghargaan saja tak cukup untuk membalas pengabdian para awak kapal selam yang gugur. Pemerintah harus melakukan audit menyeluruh terhadap alutsista.
”Audit terhadap sistem perawatan, perbaikan, dan pemeriksaan agar tak ada lagi prajurit yang gugur dalam latihan,” katanya.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Kamis (22/4/2021), mengatakan, pengadaan alutsista baru sangat mahal. Karena itu, pemerintah kerap kali dihadapkan pada dilema untuk mengutamakan pembangunan kesejahteraan atau pertahanan. Namun, ia berjanji modernisasi alutsista akan tetap dilakukan pemerintah. Alutsista yang ada tetap dirawat agar optimal menjalankan fungsi pertahanan.
Mengenai KRI Nanggala, Laksamana Yudo Margono berjanji akan melakukan investigasi menyeluruh.