Brigjen I Gusti Putu Danny Karya, Juru Damai di Poso, Gugur di Papua
Prajurit tak hanya bertempur, tetapi juga bisa menghadirkan perdamaian. Itulah bukti pengabdian Brigjen I Gusti Putu Danny Karya Nugraha yang gugur di Beoga, pedalaman Papua, Minggu (25/4/2021).
Oleh
Iwan Santosa
·5 menit baca
Seorang prajurit tidak hanya mampu bertempur, dia juga mampu menghadirkan perdamaian di daerah yang dikoyak konflik. Itulah bukti pengabdian Brigadir Jenderal I Gusti Putu Danny Karya Nugraha yang gugur di Beoga, pedalaman Papua, Minggu (25/4/2021), dalam kontak tembak dengan kelompok separatis.
Sejak berinteraksi lebih dari 10 tahun silam, Putu Danny yang lebih akrab dipanggil ”bos” atau ”chief” daripada disapa ”komandan” oleh anak buah di berbagai penugasan di Poso, Sulawesi Tengah, dan Papua menghabiskan penugasan di daerah operasi. Pada awal 2000-an, Putu Danny mendapat tugas berat di Poso yang masih bergejolak.
Dengan segala keterbatasan, dia berusaha menggerakkan ekonomi setempat dengan mendorong bisnis biji cokelat berkembang kembali sehingga petani dan pekebun di Poso mendapat penghasilan. Selanjutnya, Putu Danny merangkul para kombatan di Poso dari berbagai kelompok.
Dia membuka berbagai peluang bagi para mantan kombatan Poso. Salah satunya, sebuah stasiun radio yang menjadi radio komunitas warga hingga kini.
Dengan sarana stasiun radio dan hubungan sosial yang baik dengan warga Poso dari berbagai kelompok, Putu Danny berulang kali berhasil meredam potensi konflik karena seringnya beredar hoaks di Poso yang masih rentan terpicu kekerasan komunal. Perlahan, kehidupan dan kegiatan ibadah di masjid, gereja, dan pura pun kembali bisa berjalan di Kabupaten Poso.
Selain pendekatan yang akrab dengan masyarakat, Putu Danny juga aktif melakukan terobosan dalam penugasan di lapangan. Ketika memburu Barok alias Rangga, juru penggal teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso, Putu Danny menggunakan drone, aplikasi telepon genggam untuk thermal scanner di hutan, forensik digital untuk memetakan pola pergerakan teroris MIT dari data ponsel yang disita aparat, serta tentu saja memadukannya dengan keterangan masyarakat yang akhirnya kembali percaya kepada aparat TNI di Poso.
Sebelumnya, upaya perburuan dilakukan selama enam bulan tanpa membuahkan hasil. Para prajurit dikerahkan naik turun gunung di Pegunungan Biru, pedalaman Poso.
Dengan mengombinasikan peralatan teknologi canggih dan forensik digital, serta dipadukan dengan keterangan masyarakat, Putu Danny yang memimpin satgas intel TNI di Poso semasa kepemimpinan Komandan Korem Kolonel (Inf) Saleh Mustofa berhasil mendapatkan Barok alias Rangga dan Askar, teroris MIT. Mereka terpaksa ditembak mati karena tidak mengindahkan perintah menyerah saat disergap di Simpang Angin, Mei 2017.
Di sela-sela kesibukan penugasan, Putu Danny, jika pulang ke rumah di Jakarta, selalu menyempatkan mengawasi kebersihan Sungai Ciliwung di sekitar kompleks Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur. Petugas pasukan oranye yang membersihkan Ciliwung adalah bagian dari lingkaran sosialnya.
Mereka diberi bimbingan teknis oleh Putu Danny untuk mendapat penghasilan tambahan dari memilah sampah yang hanyut di Sungai Ciliwung. Kalau permukaan air Ciliwung tinggi, Putu Danny pun berseliweran ke kompleks Kopassus lewat Sungai Ciliwung dengan perahu karet yang dibekali motor tempel.
Selebihnya, dia menerima teman-temannya di dermaga tepi Sungai Ciliwung yang dibangun menyatu dengan alam. Suguhan kopi, singkong, dan sambal roa jadi hidangan menghabiskan waktu bersantai di suasana Jakarta yang asri karena bantaran sungai dijaga bersama oleh warga dan para prajurit yang peduli, seperti Putu Danny dan kawan-kawan.
Meski serius dan tegas, Putu Danny juga bisa usil dan jenaka. Suatu kali, ketika sama-sama pulang dari Poso dan bermaksud bertemu seorang ibu asuh Kopassus di bilangan Jakarta Pusat, penulis sedang menggunakan tongkat karena cedera pinggang kambuh. Melihat tongkat tersebut, ide jahil Putu Danny pun timbul. ”Mas, aku yang pakai tongkat, sampean yang tuntun aku. Biar nanti Emak (maksudnya ibu asuh) kaget,” kata Putu Danny kepada penulis.
Betul saja, ketika kami berdua masuk ke rumah dengan Putu Danny memegang tongkat dan dituntun penulis, ibu asuh langsung berteriak, ”Aduh, kamu kenapa.” Sejurus kemudian, tawa lepas berderai setelah tahu Putu Danny melakukan prank terhadap ibu asuh dan para tamu di rumahnya.
Waktu berlalu, tak terasa setahun lebih, Putu Danny bertugas di Papua. Di sela-sela kesibukannya, kami bertukar pesan Whatsapp dan sesekali bertelepon. Seperti pendekatannya di Poso, Putu Danny kerap menanyakan relasi sosial dan pendekatan yang baik untuk menyelasaikan persoalan di Papua.
Menjabat sebagai Kepala BIN Daerah (Kabinda) Papua, Putu Danny yang menyandang pangkat brigadir jenderal dengan tekun memilah persoalan dan melakukan pendekatan kemanusiaan. Sejumlah tokoh didatangi oleh lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1993 itu.
Tahun silam, beberapa kali Putu Danny mengundang penulis, ”Kapan nyusul kemari?” Terakhir, tiga pekan lalu, Putu Danny sempat berkirim WA membahas kondisi elite lokal di Papua dan upaya membangun perdamaian di tanah Papua. Tak dinyana, itu komunikasi terakhir. Minggu siang, seorang rekan mengirim pesan WA soal Kabinda Papua menjadi korban ketika masuk ke daerah yang baru saja dirusak separatis dengan membakar sekolah dan meneror warga.
Semalam, ketika mengunjungi rumah duka di Cijantung, terlihat Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal Mohammad Hasan dan mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Wisnu Bawatenaya serta teman-teman seangkatan Putu Danny dan umat Pura Cijantung hadir berkumpul. Barulah terasa, Putu Danny sudah pergi....
Brigjen I Gusti Putu Danny Karya Nugraha diusulkan mendapat kenaikan pangkat anumerta sebagai mayor jenderal dan akan dimakamkan di TMP Kalibata setelah disemayamkan di Balai Komando Markas Komando Kopassus TNI AD di Cijantung, Senin (26/4/2021) sore. Terkenang caranya berjabat tangan, yakni memberikan fistbump atau saling beradu kepalan tangan. Selamat jalan pahlawan, penjaga perdamaian dan juga terdepan dalam pertempuran....