TNI Jaga Kondisi Psikologis Keluarga 53 Awak KRI Nanggala-402
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menegaskan TNI terus berupaya keras menemukan kapal selam KRI Nanggala-402 dengan berbagai cara. TNI juga menjaga harapan keluarga awak kapal agar tetap optimistis, dan sabar.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Di tengah proses pencarian kapal selam KRI Nanggala-402, TNI juga menjaga kondisi psikologis keluarga dari 53 awak kapal selam agar di satu sisi tetap memiliki harapan, tetapi di sisi lain juga tabah menghadapi risiko yang tengah dihadapi para patriot penjaga kedaulatan negara itu. Pencarian terus diintensifkan, terlebih mulai berdatangannya kapal bantuan dari negara sahabat.
Pada Jumat (23/4/2021), sebanyak 21 KRI, 4 kapal Polri, dan 4 kapal Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan menyisir sembilan lokasi di area seluas 18,5 kilometer persegi, sekitar 40 kilometer utara Pelabuhan Celukan Bawang, Bali.
Titik itu diduga jadi lokasi KRI Nanggala-402, berdasarkan temuan-temuan berupa tumpahan minyak dan daya magnet yang kuat. Namun, hingga Jumat petang, keberadaan KRI Nanggala yang menghilang pada Rabu (21/4) itu belum ditemukan.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dihubungi pada Jumat petang, menyatakan, bantuan kapal dari beberapa negara, seperti Australia dan Singapura, sudah datang. ”Semoga bantuan mereka makin mempercepat pencarian titik kapal dan mengevakuasi kapal dan seluruh awaknya. Sebab, waktu kita berkejaran dengan batas oksigen di kapal,” ujar Hadi.
Sebelumnya, TNI AL mengungkapkan, dalam kondisi blackout, persediaan oksigen di kapal selam yang hilang pada Rabu pagi di perairan utara Bali itu cukup untuk kebutuhan kru selama 76 jam atau hingga hari Sabtu ini.
Hadi juga menegaskan, TNI bertanggung jawab penuh atas keluarga 53 awak KRI Nanggala. TNI AL akan melakukan pendampingan untuk mereka. Selain terus berupaya keras mencari dan menemukan kapal selam itu dengan berbagai cara, TNI juga menjaga harapan keluarga awak kapal agar tetap optimistis, percaya, dan sabar menanti seraya berdoa.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengungkapkan, prajurit TNI menyadari tantangan dan bahaya yang dihadapi setiap hari sebagai risiko pekerjaan dalam menjaga kedaulatan negara. ”Kami mohon semua masyarakat, mari berdoa agar anak-anak kita (awak KRI Nanggala) dapat ditemukan dalam waktu cepat,” katanya.
Andalkan sonar
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Achmad Riad, di Badung, Bali, mengatakan, kapal selam yang hilang kontak diperkirakan dalam keadaan tidak bergerak dan tidak mengeluarkan suara. Pencarian akhirnya hanya bisa mengandalkan peralatan yang memiliki kemampuan sonar yang bisa menangkap lokasi kapal buatan Jerman tahun 1979 tersebut.
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies, Khairul Fahmi, menuturkan, pencarian menggunakan sonar di sembilan titik lokasi perlu dilakukan bersamaan. Itu bisa dilakukan karena perangkat sonar yang tersedia tak hanya berada di satu kapal.
Pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie menambahkan, kedalaman lokasi kapal akan menentukan keberhasilan evakuasi awak kapal. Untuk evakuasi, kapal bantuan harus turun dan menempel di badan kapal selam. Awak kapal selam satu per satu masuk ke kapal itu dan dievakuasi ke permukaan. ”Makin dalam lokasinya, risikonya semakin besar,” kata Connie.
Di Surabaya, mantan Kepala Kamar Mesin KRI Nanggara Laksamana Muda (Purn) Frans Wuwung menuturkan, jika bahan bakar yang ditemukan tim pencarian benar berasal dari Nanggala, ada kemungkinan kapal itu mengalami gangguan, kemudian terus menyelam.
Menurut dia, usia operasional alutsista tidak dapat dikaitkan begitu saja sebagai penyebab insiden. Kapal selam, terutama Nanggala, sebelum operasional, menjalani pemeriksaan dan pemeliharaan menyeluruh dan harus mencapai situasi sempurna.
”Ada sistem pemeliharaan terpadu sesuai technical handbook yang wajib, sekali lagi, wajib dilaksanakan. Jika ada kekurangan sedikit saja tidak bisa ditoleransi,” katanya.
Di Banyuwangi, Koordinator Pos SAR Banyuwangi Wahyu Setia Budi mengatakan, remotely operated vehicle atau robot pencari akan dikirim dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma ke Bandara Banyuwangi menggunakan pesawat Hercules milik TNI. Diharapkan penggunaan alat itu bisa memberikan membantu pencarian KRI Nanggala. (HAR/SYA/GER/COK/BRO)