Presiden Jokowi Minta Pemuda Muhammadiyah yang Terdepan Menjaga Nilai Keindonesiaan
Presiden Jokowi membuka Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah yang berlangsung secara daring dan luring, Jumat (2/4/2021). Presiden meminta Pemuda Muhammadiyah terus menjaga persatuan dalam keberagaman dan ideologi Pancasila.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta Pemuda Muhammadiyah terus menjadi yang terdepan dalam menjaga nilai-nilai toleransi, persatuan dalam keberagaman, dan ideologi Pancasila. Semua nilai keindonesiaan ini perlu menjadi landasan dalam setiap gerakan sosial, ekonomi, politik, termasuk kepemudaan.
Presiden Jokowi menyampaikan pesan ini saat membuka Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah yang dilangsungkan secara daring dan luring, Jumat (2/4/2021). Presiden dalam sambutannya yang disiarkan secara daring dari Istana Kepresidenan Bogor mengingatkan bahwa solidaritas dan semangat kolaborasi perlu terus dibangun dan dikembangkan untuk memperkuat kohesivitas bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, semua gerakan, termasuk gerakan perekonomian, semestinya berlandaskan pada nilai-nilai toleransi, persatuan dalam keberagaman, dan ideologi Pancasila. Presiden juga mengapresiasi Pemuda Muhammadiyah yang sudah memelopori inkubasi bisnis.
Indonesia sangat memerlukan wirausaha-wirausaha muda. Sebab, puncak bonus demografi pada 2030 perlu diantisipasi. Saat ini saja, setiap tahun terdapat sekitar 2,9 juta penduduk usia kerja yang memasuki pasar kerja. Kebutuhan lapangan kerja baru terus muncul. Lapangan kerja ini bisa dilahirkan oleh para wirausaha muda.
Untuk mendukung kemunculan wirausaha-wirausaha muda, Presiden Jokowi mengatakan, pemerintah mereformasi ekosistem usaha secara besar-besaran. Salah satunya dengan memangkas regulasi yang dinilai menghambat pengembangan UMKM. Selain itu, akses permodalan untuk perusahaan rintisan (start up) juga diperluas.
”Pendidikan dan pelatihan vokasional juga kita tata agar lebih adaptif dengan kebutuhan dunia industri. Redistribusi aset dan reforma agraria juga terus kita lakukan untuk mewujudkan pemerataan dan keadilan ekonomi,” tutur Presiden.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi mengharapkan Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah terus mendorong budaya entrepreneurship dan kolaborasi di kalangan generasi muda. Islam wasatiyah semestinya menjadi dasar dari semua gerakan ini.
Kebiasaan saling membantu di semua lini kehidupan kebangsaan perlu terus dikembangkan. Nilai-nilai toleransi, nilai persatuan dalam keberagaman, dan ideologi Pancasila juga terus dijaga.
Dalam sambutannya, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto juga mengingatkan bahwa Islam yang dibawa Muhammadiyah adalah Islam yang berkemajuan. ”Dakwah yang dikembangkan Muhammadiyah sifatnya lintas agama, lintas bangsa, lintas suku, lintas budaya karena dalam rangka menciptakan kemaslahatan umat di dunia dan di akhirat,” ujarnya.
Untuk itu, seluruh masyarakat berhak mendapatkan keadilan, dalam artian memiliki hak dan kewenangan yang sama. Setiap orang berhak untuk maju berkembang, mendapatkan pengetahuan, mendapatkan kekayaan, dan mendapatkan keadilan di mata hukum.
Semua gerakan dalam organisasi Muhammadiyah untuk memperjuangkan keadilan yang sama untuk semua anak bangsa. Karena itu, Muhammadiyah harus lapang dada dan luas pandangan serta siap bekerja sama dengan semua golongan masyarakat guna mencapai tujuan kebaikan untuk seluruh bangsa Indonesia, bukan hanya untuk umat Islam.
Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah secara luring diselenggarakan di Grand Kawanua Convention Centre Manado, Sulawesi Utara, dan dihadiri perwakilan pimpinan wilayah Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia. Selain itu, hadir pula Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Wakil Gubernur Steven Kandouw, serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Sulawesi Utara.
Dengan tema ”Dakwah Kolaboratif Memajukan Bangsa”, Tanwir 1 berlangsung dari Jumat sampai Minggu (4/4/2021). Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto dalam pidatonya juga menegaskan gerakan Pemuda Muhammadiyah perlu selalu memberi manfaat. Karena itu, setiap gerakan tidak boleh memandang ras, warna kulit, atau agama.
”Setiap gerakan Pemuda Muhammadiyah jangan pandang ras, warna kulit, agama. Kalau perlu, bantulah. Sebab, itu fungsi Pemuda Muhammadiyah,” katanya.
Selain itu, Pemuda Muhammadiyah akan bersinergi dengan semua pihak, baik pemerintah, pengusaha, maupun TNI-Polri, untuk melakukan gerakan-gerakan kebangsaan. Kader Muhammadiyah, lanjut Sunanto, harus terjun ke lapangan, menghadapi persoalan secara nyata, bukan hanya berada di forum diskusi. Dengan praktik itu, manfaat akan muncul.