Pandemi Covid-19 sejak Februari 2020 membuat Presiden Jokowi mengurangi kebiasaannya blusukan temui rakyat. Namun, usai vaksinasi nasional dimulai 13 Januari 2021, tak lagi ada yang bisa halangi kunjungan kerjanya.
Oleh
Nina Susilo dan Anita Yossihara
·6 menit baca
Intensitas kunjungan kerja dan ”blusukan” Presiden Joko Widodo ke beberapa daerah menemui warga seraya meninjau program vaksinasi selama satu bulan terakhir ini diharapkan dapat memastikan distribusi dan percepatan pelaksanaan vaksinasi terhadap 181,5 juta penduduk Indonesia untuk mencapai kekebalan kelompok.
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Februari 2020 di Indonesia membuat Presiden Joko Widodo mengurangi kebiasaannya untuk blusukan menemui rakyat. Namun, setelah vaksinasi nasional dimulai pada 13 Januari 2021, tak lagi ada yang bisa menghalangi Presiden melepas kerinduan untuk bertemu dan mendengarkan langsung suara rakyat dalam kunjungan kerjanya. Kunjungan kerja Presiden sebetulnya sudah dimulai sebelum dilakukan program vaksinasi pemerintah sejak Oktober 2020, saat vaksin tengah diburu pemerintah. Adapun Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga mulai melakukan kunjungan kerja seraya meninjau pelaksanaan vaksinasi pada pertengahan Maret lalu.
Aktivitas itu, kini, bahkan semakin intens setidaknya sejak sebulan terakhir saat vaksinasi mulai dilakukan di daerah. Agenda utama Presiden Jokowi berkeliling daerah adalah memantau langsung pelaksanaan program vaksinasi nasional yang sudah memasuki tahap kedua setelah tahap pertama untuk tenaga kesehatan rampung pada Januari dan awal Februari lalu.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), misalnya, menjadi lokasi pertama dan blusukan Presiden pada bulan Maret. Selain meresmikan pengoperasian kereta listrik lintas Yogyakarta-Solo, dalam kunjungan kerja pada 1 Maret itu Presiden juga meninjau vaksinasi massal untuk para pedagang, pelaku usaha, penjaga toko, kusir andong, dan pengayuh becak di sepanjang Jalan Malioboro.
Baru sembilan hari berselang, Presiden kembali terbang ke Yogyakarta. Kali ini Presiden datang hanya untuk meninjau vaksinasi bagi para pekerja seni dan budayawan di Padepokan Seni Bagong Kussudiarja di Kecamatan Tamantirto, Kabupaten Bantul.
Dari Yogyakarta, Presiden terbang ke Semarang, Jawa Tengah. Lagi-lagi, Presiden datang untuk memantau jalannya vaksinasi massal. Dari pemberian vaksin untuk ulama, santri, dan tokoh lintas agama di Masjid Agung Jateng, Presiden Jokowi kemudian melanjutkan perjalanan ke Gedung Gradhika Bhakti Praja untuk melihat langsung vaksinasi bagi pelayan dan pekerja publik lainnya.
Enam hari kemudian, Presiden kembali blusukan. Provinsi Bali menjadi tujuan lawatan pada 16 Maret dengan agenda utama meninjau vaksinasi massal yang diikuti para pelaku industri wisata, pemuka agama, dan budayawan di Puri Saren Agung, Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar.
"Lagi-lagi, Presiden datang untuk memantau jalannya vaksinasi massal. Dari pemberian vaksin untuk ulama, santri, dan tokoh lintas agama di Masjid Agung Jateng, Presiden Jokowi kemudian melanjutkan perjalanan ke Gedung Gradhika Bhakti Praja untuk melihat langsung vaksinasi bagi pelayan dan pekerja publik lainnya"
Enam hari kemudian, Presiden kembali blusukan. Provinsi Bali menjadi tujuan lawatan pada 16 Maret dengan agenda utama meninjau vaksinasi massal yang diikuti para pelaku industri wisata, pemuka agama, dan budayawan di Puri Saren Agung, Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar.
Blusukan pun dilanjutkan pada 18 Maret dengan tujuan Provinsi Sulawesi Selatan. Selain meresmikan proyek infrastruktur, dalam kunjungan kerja itu pun, Presiden menyempatkan diri memantau jalannya vaksinasi massal di Puskesmas Ge’tengan, Kabupaten Tana Toraja, dan Hotel Dalton, Kota Makassar. Keesokan harinya, mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo, Jawa Tengah, dua kali berturut-turut itu pun kembali meninjau vaksinasi massal di dua lokasi di Bogor, Jawa Barat.
Presiden mengawali pekan keempat Maret dengan blusukan ke Jawa Timur. Dari tiga agenda yang dilakukan selama sehari di Jatim, dua di antaranya meninjau pelaksanaan vaksinasi massal di Sidoarjo dan Jombang. Bisa dibilang kunjungan ke Jatim merupakan kunjungan bersejarah karena untuk pertama kalinya pemerintah menggunakan vaksin AstraZeneca. Vaksin yang beberapa hari sebelumnya disebut haram, tetapi boleh dipergunakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat itu justru diterima para tokoh agama dan santri di Jatim. Bahkan, MUI Jatim sampai menetapkan vaksin AstraZeneca halal.
Baru dua hari beraktivitas di ibu kota negara, pada 23 Maret, Presiden kembali terbang ke Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Selain meresmikan terminal Bandara Kuabang, Presiden pun datang untuk melihat langsung vaksinasi massal di Kecamatan Kao. Tidak seperti sebelumnya, kali itu Presiden meninjau vaksinasi massal di tingkat kecamatan yang hanya diikuti 100 penduduk.
Presiden kemudian melanjutkan perjalanan ke Ambon, Provinsi Maluku. Sepanjang hari Kamis (24/3/2021), Presiden meninjau vaksinasi massal di tiga tempat sekaligus, selain meresmikan RSUP dr J Leimena.
Wapres Amin tercatat baru sekali melakukan kunjungan sekalian meninjau vaksin di Lampung dan Selasa (30/3/2021) akan ke Kalimantan Tengah.
Setidaknya, Presiden Jokowi sudah meninjau 16 lokasi vaksinasi massal sepanjang Maret. Presiden menegaskan, dirinya melakukan peninjauan untuk memastikan distribusi vaksin Covid-19 benar-benar merata hingga ke pelosok daerah. ”Kenapa saya datang ke Kecamatan Kao? Saya ingin memastikan distribusi vaksin merata sampai ke pelosok, sampai ke daerah yang sulit jangkauannya,” kata Presiden di Kecamatan Kao.
Dalam setiap kunjungannya, Presiden juga menyempatkan berbincang dengan masyarakat di lokasi yang tak jauh dari tempat vaksin. Tak lupa, Presiden pun menyampaikan terima kasih kepada masyarakat yang sudah mau divaksin.
Negara hadir
Pengajar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio melihat, Presiden mulai intens blusukan untuk memantau pelaksanaan vaksinasi di sejumlah daerah karena ingin menunjukkan bahwa negara hadir dalam pengendalian Covid-19. Dengan turun langsung ke lokasi vaksinasi, Presiden juga ingin menyampaikan pesan bahwa penanggulangan Covid-19 melalui vaksinasi nasional merupakan hal yang utama dan penting bagi negara.
Guru Besar Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Djohermansyah Djohan mengapresiasi komunikasi yang disimbolkan Presiden melalui peninjauan-peninjauan vaksinasi massal saat kunjungan kerjanya. Selain itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun dinilai berani tampil dan menyampaikan informasi kepada publik
Namun, gencarnya komunikasi melalui kampanye vaksinasi massal dinilai belum berbanding lurus dengan kinerja program vaksinasi Covid-19.
Data dari Satgas Penanganan Covid-19, sepanjang Februari 2021, rata-rata penambahan vaksinasi pertama hanya 45.400 per hari. Memasuki bulan Maret, kecepatan vaksinasi mulai meningkat, tetapi rata-rata masih 175.675 orang per hari. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono, Kamis (25/3), menyebut, sudah 6 juta penduduk yang mendapatkan vaksin Covid-19. Sebanyak 3 juta di antaranya sudah mendapatkan dua dosis vaksin, sedangkan 3 juta lainnya baru mendapatkan satu dosis vaksin. Namun, pemerintah optimistis vaksinasi yang dijalankan pemerintah segera mencapai 10 juta orang dalam waktu dekat.
"Gencarnya komunikasi melalui kampanye vaksinasi massal dinilai belum berbanding lurus dengan kinerja program vaksinasi Covid-19.Data dari Satgas Penanganan Covid-19, sepanjang Februari 2021, rata-rata penambahan vaksinasi pertama hanya 45.400 per hari. Memasuki bulan Maret, kecepatan vaksinasi mulai meningkat, tetapi rata-rata masih 175.675 orang per hari. Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono, Kamis (25/3), menyebut, sudah 6 juta penduduk yang mendapatkan vaksin Covid-19. Sebanyak 3 juta di antaranya sudah mendapatkan dua dosis vaksin, sedangkan 3 juta lainnya baru mendapatkan satu dosis vaksin. Namun, pemerintah optimistis vaksinasi yang dijalankan pemerintah segera mencapai 10 juta orang dalam waktu dekat"
Jumlah tersebut masih jauh dari target vaksinasi 181,5 juta penduduk. Rata-rata penambahan vaksinasi harian juga masih jauh di bawah target yang ditetapkan Presiden, yakni satu juta orang per hari.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi tak menampik jika saat ini vaksin masih sangat terbatas. ”Sekarang kita terus meningkatkan kapasitas. Sekitar bulan Juli, stok vaksin sudah lebih banyak,” tuturnya.
Jumlah vaksinator pun akan ditambah demi mempercepat vaksinasi massal. Masih rendahnya capaian vaksinasi, kata Djohermansyah, menunjukkan perlunya pembenahan. Presiden perlu mengecek produksi vaksin oleh PT Bio Farma, selain meninjau vaksinasi massal.
Deputi Protokol, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden Bey T Macmuddin menyatakan, kehadiran Presiden justru penting dan utama agar distribusi dan pelaksanaan vaksinasi mulai dari provinsi ke tingkat kabupaten atau kota berjalan dengan baik.
”Dengan kehadiran Presiden, distribusi dan pelaksanaan vaksin diharapkan memang bisa berjalan cepat. Hal ini didapatkan oleh Presiden dengan menemui petugas dan sejumlah warga di lokasi yang tak jauh dari tempat vaksin. Saat Menkes menyebut 15 bulan vaksin selesai, Presiden justru minta 12 bulan selesai,” ujarnya.