Letjen Rais Abin, Tokoh di Balik Layar Perdamaian Camp David
Sosok orang Indonesia di balik layar proses perdamaian Camp David, Letjen (Purn) Rais Abin, wafat dalam usia 95 tahun pada Kamis (25/3/2021) malam di Jakarta.
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
Salah satu titik sejarah perdamaian di Timur Tengah adalah perundingan damai Camp David antara Israel dan Mesir tanggal 17 September 1979 yang dibantu mediasi Amerika Serikat zaman Presiden Jimmy Carter. Ada sosok orang Indonesia di balik layar proses perdamaian tersebut, yakni Letjen (Purn) Rais Abin yang wafat dalam usia 95 tahun pada Kamis (25/3/2021) malam di Jakarta.
Sebelum proses perundingan Camp David, Rais Abin adalah Force Commander United Nations Emergency Forces (UNEF) II, Panglima Misi Perdamaian PBB di Semenanjung Sinai tahun 1976-1979, yang mengawasi gencatan senjata Israel- Mesir. Rais Abin memimpin UNEF II yang membawahi 4.000 prajurit PBB dari Australia, Austria, Kanada, Finlandia, Ghana, Indonesia, Irlandia, Nepal, Panama, Peru, Polandia, Senegal, dan Swedia.
Force Commander PBB adalah pejabat militer suatu negara yang memimpin misi perdamaian PBB mencakup operasi Pasukan Penjaga Perdamaian (UN Peace Keeper) dan pengamat militer (military observer) di satu lokasi konflik, dalam hal ini Semenanjung Sinai. Wilayah ini diduduki Israel pascakonflik Arab-Israel menyusul perang enam hari tahun 1967 dan masih dikuasai Israel hingga Perang Yom Kippur tahun 1973.
Penulis buku Catatan Rais Abin, Panglima Pasukan Perdamaian PBB di Timur Tengah 1976-1979 Mission Accomplished–Mengawal Keberhasilan Perjanjian Camp David, Dasman Djamaluddin, menerangkan, Rais Abin berani mengambil langkah tidak populer dengan menghubungi pihak Israel dalam kapasitasnya sebagai pejabat PBB.
Rais Abin akhirnya dipercaya mengatur kontak kedua pihak yang berseteru. Hal yang sulit dilakukan di tengah panasnya Perang Dingin antara NATO dan Pakta Warsawa yang saling berebut pengaruh dan tersisihnya bangsa Palestina.
Sesama pasukan PBB pun, dalam catatan Rais Abin, semisal rumah sakit yang dikelola pasukan PBB asal Polandia, tidak dimanfaatkan oleh pasukan PBB asal Kanada. Pasukan PBB asal Kanada memilih mengirim personel berobat ke Jerusalem untuk perawatan intensif. Dalam kondisi yang pelik itu, Rais Abin harus menjembatani para pihak yang berseteru.
”Saya waktu itu sebagai pejabat PBB merintis perundingan antara Mesir dan Israel. Dengan Mesir sebagai negara sahabat tentu hubungan kita sangat cair dan mudah berkomunikasi. Sebaliknya, dalam kapasitas sebagai pejabat PBB, saya bertemu parlemen Israel dan pejabat Israel. Jika ingin membangun perdamaian, tentu harus berkomunikasi dengan semua pihak yang bertikai,” kata Rais Abin saat ditemui seusai peluncuran buku biografinya di Museum Kebangkitan Nasional, Desember 2012.
Rais Abin mengaku dipercaya pihak Arab karena Indonesia adalah sekutu, anggota negara Nonblok dan mendukung kemerdekaan Palestina. Yang sulit adalah upaya mendapatkan kepercayaan Israel.
Semasa itu, Rais Abin selain bertemu Presiden Mesir Anwar Sadat, dia pun mengaku mengunjungi Knesset bertemu para politisi Israel dan juga PM Menachem Begin di Israel. Itu dilakukannya sebagai pejabat PBB demi mendorong proses perdamaian di Timur Tengah menyusul berbagai konflik yang berujung pada terpuruknya negara-negara Arab.
Presiden Mesir Anwar Sadaat dengan difasilitasi Panglima UNEF II Rais Abin bersedia datang ke Israel dan terlebih dahulu mengulurkan tangan saat bertemu dengan PM Israel Menachem Begin di bulan Oktober tahun 1977.
Perdamaian Mesir-Israel itu menghasilkan penarikan mundur tentara Israel dari Semenanjung Sinai yang diduduki Israel sejak tahun 1967. Selain itu, Israel juga menduduki Dataran Tinggi Golan wilayah Suriah yang direbut dalam konflik tahun 1967.
Posisi Rais Abin sebagai Force Commander adalah bukti kepercayaan dunia internasional terhadap seorang perwira TNI. Selang lebih dari 30 tahun, barulah di tahun 2013 seorang prajurit TNI, yaitu Mayjen Imam Edy Mulyono, kembali dipercaya PBB menjadi Force Commander di Sahara Barat, bekas jajahan Spanyol yang disengketakan antara Maroko dan Aljazair.
Mediasi Mesir-Israel itu berhasil dan nama Presiden Jimmy Carter, Presiden Anwar Sadat, dan PM Menachem Begin mendapat apresiasi dunia internasional. Meskipun, kritik mencuat karena Palestina tidak dilibatkan dalam keseluruhan proses perdamaian tersebut.
Pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal, Rais Abin meneruskan pengabdian sebagai Sekjen KTT Nonblok periode 1991-1992, Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia pada tahun 1982, dan Singapura, serta sebagai Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). Rais Abin dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana dan Bintang Mahaputra Utama dari Republik Indonesia.
Selamat jalan dan terima kasih atas pengabdian dan perjuangan demi perdamaian dunia yang diberikan Letjen (Purn) Rais Abin....