Pasukan Elite Bakamla: Cepat, Presisi, dan Harus Siap Setiap Saat
Pasukan elite Badan Keamanan Laut RI terus memantapkan kemampuan mereka menjaga perairan Indonesia. Mereka berlatih, salah satunya dengan menggunakan senjata terbaru dari Korea Selatan, Jumat (19/3/2021).
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
Pasukan elite Badan Keamanan Laut RI atau Special Response Team (SRT) melaksanakan latihan taktis menembak dengan senjata laras panjang dan pendek pada Jumat (19/3/2021). SRT Bakamla juga melatih penggunaan senjata jarak jauh terbarunya, yaitu DSSR762.
DSSR762 adalah produk pabrik Korea Selatan, Dassan Machinaries. Senjata dengan berat 4,3 kilogram ini panjangnya mencapai 1.100 milimeter dengan jarak tembak efektif 600 meter. Dengan kaliber 7,62 mm x 51 mm, senjata ini memiliki mode menembak semi-otomatis dengan kapasitas magasin 20 peluru.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Bakamla RI Kolonel Wisnu Pramandita mengatakan, latihan dilaksanakan secara bertahap dari jarak 100-800 meter.
Menembak dengan senjata jarak jauh tidak seperti menembak senjata laras panjang lainnya. Senjata jarak jauh dilengkapi dengan teleskop yang digunakan untuk melihat sasaran dari jarak jauh. Dalam praktik penggunaannya, teleskop juga berfungsi sebagai alat bantu penembak dalam menentukan bagaimana cara menembak sasaran dengan tepat dari jarak tertentu.
Latihan menembak taktis laras panjang dan laras pendek, manuver taktis, dan menembak jitu pasukan SRT tersebut digelar di lapangan tembak Satuan Latihan Brimob Cikeas, Jawa Barat, Jumat.
Latihan juga menggunakan senjata serbu DSAR15 dan senjata laras pendek Canik TP9. DSAR15 adalah senjata dengan kaliber 5,56 mm x 54 mm NATO. Senjata ini digunakan oleh Komando Peperangan Khusus Angkatan Darat Korea.
Menurut Kapten Bagus, yang memberikan materi didampingi beberapa instruktur dari Brimob, kegiatan ini merupakan latihan intensif untuk tetap dalam kondisi prima dalam bertugas, baik saat siang hari maupun malam hari. Dimulai dengan latihan menembak taktis reaksi dan presisi, yang mengedepankan ketepatan dan kecepatan dalam menembak sasaran.
Sebelum latihan dimulai, proses zeroing dilakukan terlebih dahulu. Ini merupakan proses untuk menyelaraskan antara bidikan penembak dan senjata. Tujuannya agar penembak memahami bidikannya saat menggunakan senjata tersebut.
Tahap selanjutnya, dilakukan latihan menembak presisi. SRT melatih ketepatan menembak sasaran dengan lima dasar marksmanship atau penembak jitu, yaitu stance (sikap), grip (teknik memegang senjata), breathing (pernapasan), aiming (bidikan), dan trigger control (mengendalikan pelatuk). Hal ini juga berlaku saat menembak dengan senjata jarak jauh.
Dilanjutkan dengan latihan menembak reaksi, latihan ini mengajarkan tidak hanya diperlukan ketepatan, tetapi kecepatan menuntaskan ancaman juga sangat diperlukan. Teknik pertama adalah mengisi ulang peluru dengan cepat (fast reload) dan pergantian laras panjang ke laras pendek (transition) dalam waktu singkat.
Guna memperdalam latihan, teknik pelatihan dituangkan ke dalam sebuah skenario. Beberapa halang rintang dipasang dan penembak harus melaluinya untuk menuntaskan ancaman dengan cepat.
Tidak hanya di saat matahari terbit, SRT juga mengasah kemampuan menembak presisi menggunakan senjata jarak jauh dan jarak dekat di malam hari. Mengingat operasi keamanan dan keselamatan laut juga sering dilakukan saat malam hari, SRT turut menggunakan optik khusus untuk menunjang visual di malam hari (night vision goggle/NVG).
Direktur Latihan Bakamla RI Laksma Sandy M Latief turut mengawasi jalannya kegiatan latihan. Ia didampingi oleh Kassubdit Latihan Bakamla Kolonel Julisa Kusumawardana, SIK, selaku pengawas kegiatan latihan.