Pancasila dan Sepeda Kuning Bambang Soesatyo
Ketua MPR Bambang Soesatyo punya cara berbeda untuk menyosialisasikan program empat pilar MPR. Dengan rutin bagi-bagi hadiah, seperti sepeda berwarna kuning, dan melibatkan artis-artis terkemuka. Apakah efektif?
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo punya cara berbeda untuk menyosialisasikan Empat Pilar MPR. Konsep kebangsaan yang sarat dengan nilai-nilai filosofis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti Pancasila dan konstitusi, dibawakan dengan iringan lagu dan menghadirkan artis-artis terkemuka. Selain itu, ia bagi-bagi sepeda. Bagaimana bisa?
Aktivitas itu dilakoni mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tersebut melalui kanal Bamsoet Channel di Youtube. Sejak diaktifkan enam bulan lalu, kanal media sosial itu telah diikuti oleh 76.000 akun.
Pembuatan akun medsos itu pun dijadikan bagian dari upaya Bambang yang akrab dipanggil Bamsoet untuk mendekatkan nilai-nilai dalam empat pilar, yakni Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, dengan generasi muda.
Hampir setiap minggu, Bamsoet menggelar give away atau memberikan berbagai barang secara gratis kepada pengikut akunnya, baik di Bamsoet Channel maupun @bambang.soesatyo di Instagram. Hadiahnya macam-macam, seperti dua sepeda kuning Bamsoet, dua telepon pintar, dan dua jaket hoodie dengan tulisan ”Ngompol” atau ngomong politik, hingga mobil kuning.
Baca juga: ”Tancap Gas” Empat Pilar Kebangsaan
Hingga Minggu (28/2/2021), politisi Partai Golkar itu telah mengadakan 20 putaran pengundian give away. Dalam acara pada hari Minggu itu, ia didampingi komedian Kiki Saputri.
Sepekan sebelumnya, Bamsoet nyanyi bareng dengan Krisdayanti dalam kegiatan yang sama. Setiap minggu, tamu yang hadir memang berbeda-beda, tetapi umumnya mereka adalah para pesohor.
Para follower akun medsos yang mendapatkan undian hadiah dari Bamsoet harus memenuhi syarat tertentu, yaitu hafal Pancasila. Kalau mereka tidak hafal Pancasila, praktis hadiah undian akan dibatalkan.
”Masih terbuka kesempatan luas bagi siapa saja untuk mendapatkan give away. Semua mempunyai kesempatan yang sama. Terpenting, siapa yang terpilih mendapatkan give away harus hafal Pancasila. Jika tidak, hadiah yang diperoleh dibatalkan,” ucapnya.
Dalam setiap kegiatannya, follower yang mendapatkan undian give away akan diumumkan di sela-sela acara. Rata-rata, setiap pekan ada enam sampai delapan follower beruntung.
Ia mengakui, kegiatan semacam ini, terutama yang dilakukan melalui medsos, adalah jalan agar sosialisasi empat pilar mudah disosialisasikan kepada generasi muda. Bamsoet pun beberapa kali membuat konten medsos bersama para pesohor dan Youtuber, seperti Atta Halilintar, Raffi Ahmad, Baim Wong, Jessica Iskandar, dan Irfan Hakim.
”Cukup dengan video 5-10 menit, empat pilar MPR RI yang dikemas kekinian bisa menjangkau jutaan orang. Tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun dari anggaran negara. Yang diperlukan hanyalah kolaborasi dengan para Youtuber,” ucapnya.
Dalam salah satu episodenya di Bamsoet Channel, misalnya, Bamsoet ngobrol dengan Irfan Hakim dan bertanya soal peran MPR apa saja. Irfan yang sempat kesulitan menjawab lalu meminta bantuan rekan-rekannya. Karena kesulitan, Bamsoet kemudian giliran menjelaskan. Pola tanya jawab seperti itu juga dilakukan saat Bamsoet mengundang pedangdut Ayu Tingting ke kantornya di Senayan. Pertanyaan-pertanyaan terkait peran MPR dan empat pilar ditujukan kepada Ayu.
Secara tidak langsung, pesan tentang apa itu Pancasila, empat pilar, dan peran-peran MPR dapat ditangkap oleh publik melalui tayangan-tayangan itu. Namun, apakah nilai-nilai itu mengendap di batin generasi muda dan menjadi panduan langkah mereka dalam hidup berbangsa dan bernegara?
Pengajar Komunikasi Politik di Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, yang dilakukan oleh Bamsoet dalam tingkat tertentu dapat dimengerti tujuannya, yakni untuk membangun awareness atau kesadaran follower di medsos yang umumnya kalangan muda tentang empat pilar. Namun, untuk sampai pada tahapan mendalam, seperti memahami dan menghayati empat pilar itu, itu saja tidak cukup.
Dari hasil disertasinya, menurut Hendri, medsos hanya efektif sebatas promosi, temasuk dalam hal penyebarluasan informasi dan konten-konten politik. Kalau mau hasilnya lebih efektif lagi, garapan dalam medsos itu harus lebih mendalam (in-depth) dan intens.
”Bahkan, untuk hal-hal yang lebih serius, tidak bisa pakai medsos. Medsos hanya efektif untuk promosi dan membangun awareness. Tetapi, untuk sampai pada tahap pemahaman yang mendalam, apalagi membawa mereka pada aksi yang mencerminkan nilai-nilai empat pilar, itu sulit dipenuhi,” katanya.
Bukan berarti medsos tidak ada gunanya dalam sosialisasi empat pilar. Jika ingin membangun pemahaman yang lebih komprehensif, Bamsoet dapat saja membuat diskusi intensif mengenai empat pilar dengan topik-topik yang beragam. Misalnya, Bamsoet dapat membuat siaran langsung (live) Instagram selama 30 menit untuk tanya jawab dengan follower soal topik tertentu yang terkait dengan empat pilar. Syaratnya, hal itu harus dilakukan dengan sangat intens dan target audiens yang jelas.
”Upaya menjangkau audiens anak muda dalam sosialisasi nilai-nilai kebangsaan yang berat melalui medsos memang baik. Tetapi, agar lebih optimal, itu harus ditingkatkan lagi intensitasnya serta kualitasnya. Metode diskusi secara langsung (live) dan tanya jawab langsung dengan follower secara intens akan lebih membangun pemahaman mereka tentang empat pilar itu. Tetapi, kalau isi kontennya sebatas bersenang-senang, ya, itu tidak cukup membangun pemahaman,” ucapnya.
Kembangkan kolaborasi
Dari kaca mata lain, Direktur Indonesian Parlimentary Center (IPC) Ahmad Hanafi melihat MPR seharusnya lebih dapat mengembangkan kolaborasi dengan DPR dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam sosialisasi empat pilar.
Itu karena setiap anggota parlemen memiliki anggaran sosialisasi empat pilar. Daripada membuat konten medsos yang terkesan artifisial atau di permukaan saja, kegiatan sosialisasi yang menggandeng para anggota DPR dan DPD dinilainya akan lebih efektif.
”MPR bisa saja bekerja sama dengan anggota DPR dan DPD, misalnya untuk sosialisasi UU tertentu. Nah, dalam sosialisasi itu dijelaskan pula kandungan UU tersebut adalah implementasi dari pasal konstitusi yang mana, atau sila Pancasila yang mana. Dengan demikian, publik akan tahu implementasi dari nilai-nilai abstrak itu dalam norma regulasi yang dapat dicerna lebih mudah,” katanya.
Sebaliknya, jika penanaman nilai-nilai itu hanya di permukaan saja tanpa disertai contoh konkret dari nilai-nilai empat pilar, seperti dengan tanya jawab di medsos yang serba terbatas, generasi muda tidak akan paham.
Nilai-nilai filosofis di dalam empat pilar itu harus diturunkan dalam norma yang mudah dipahami. Misalnya, UU Cipta Kerja yang dibentuk dengan metode omnibus law, itu mencerminkan sila berapa, dan substansi mana saja yang mewakili nilai-nilai Pancasila dan konstitusi.
Jika itu dapat diterapkan secara kolaboratif antara MPR dan DPR serta DPD, anggaran sosialisasi empat pilar di parlemen akan lebih efektif dan optimal dimanfaatkan. ”Kalau sosialisasinya hanya hapalan Pancasila, itu kan seperti anak SD. Terlalu konvensional,” katanya.
Cara lainnya, menurut Hanafi, MPR dapat mendorong dilanjutkannya rencana pembuatan museum parlemen, sebagaimana diusulkan di DPR periode sebelumnya. Pembangunan museum itu dapat membantu publik dan generasi muda memahami empat pilar melalui rekonstruksi sejarah.
Generasi muda bahkan mungkin akan lebih tertarik datang berkunjung ke museum parlemen, di mana mereka bisa menikmati sajian film dan infografis serta media virtual lainnya tentang sejarah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
”Saat ini, publik muda kalau mau mengakses risalah rapat BPUKI atau PPKI, kan, sulit. Kalau, misalnya, ini diupayakan, tentu akan lebih konkret dan mudah bagi generasi muda memahami nilai-nilai dasar bangsanya melalui rekonstruksi sejarah. Artinya, ada konteks yang diberikan kepada mereka, kenapa kita memilih sistem pemerintahan saat ini, dan apa nilai-nilai yang mendasari,” ucap Hanafi.
Usulan kolaborasi dengan DPR dan DPD dalam sosialisasi empat pilar ditanggapi positif oleh Bamsoet. Menurut dia, hal itu saran yang bagus. ”Bagus sekali itu. Saya sangat setuju. Saya akan segera komunikasikan dengan pimpinan DPR dan DPD,” ucapnya.
Baca juga: Tafsir Segar Pancasila untuk Generasi Milenial
Selain semangat bagi-bagi sepeda kuningnya, sosialisasi empat pilar yang lebih kolaboratif dan substantif jangan lupa juga direalisasikan, ya, Pak!