Presiden: NU Memperkuat Persaudaraan dan Kebangsaan
Presiden Jokowi mengingatkan, ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah watoniyah merupakan modal ketangguhan bangsa. Puncak Harlah NU diyakini akan menguatkan tali persaudaraan sesama umat dan sebagai sesama saudara sebangsa.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo berharap, Nahdlatul Ulama yang akan berusia satu abad dalam dua tahun mendatang akan terus menjadi penguat tali persaudaraan di Indonesia. Di sisi lain, NU juga menegaskan akan terus menjaga kedamaian dan persatuan di Indonesia.
Puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-98 Hijriah NU dirayakan dengan Tahlil Muassis, Doa untuk Keselamatan Bangsa, dan Peluncuran TVNU, Sabtu (27/2/2021) malam. Harlah ke-98 itu diperingati pada 16 Rajab 1442 Hijriah atau bertepatan dengan 27 Februari 2021.
Acara yang digelar secara luring dari Masjid Istiqlal dan juga secara daring ini dihadiri Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Muhaimin Iskandar.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengingatkan ukhuwahIslamiyah dan ukhuwah watoniyah merupakan modal ketangguhan bangsa Indonesia. Puncak hari lahir NU pun diyakini akan menjadi penguat tali persaudaraan sesama umat dan sebagai sesama saudara sebangsa.
”NU telah tumbuh kokoh, menjadi benteng terdepan membela Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, selalu konsisten menebar toleransi, kesejukan, dan keharmonisan di kehidupan masyarakat Indonesia dan dunia yang semakin majemuk,” ujar Presiden.
Ketua Lembaga Dakwah NU KH Agus Salim menegaskan, sikap NU tak pernah berubah. NU tidak akan pernah diam menghadapi segala ancaman yang mengganggu perdamaian dan persatuan Indonesia.
Untuk itu, dia mengimbau warga NU untuk terus semangat bahu-membahu menolong saudara-saudara sebangsa yang terkena musibah banjir, tanah longsor, dan lainnya. Dia juga mengimbau warga NU untuk mau secara simpatik menyapa saudara-saudara yang pernah tersesat di jalan radikal dan ekstrem.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menambahkan, semua yang berorganisasi dan bernegara harus memiliki tiga agenda. Pertama, memobilisasi sedekah. Kedua, membangun Indonesia berwibawa melalui dua agenda prioritas: pendidikan dan kesehatan. Ketiga, membangun akhlak.
Mobilisasi sedekah ini dinilai sangat penting untuk mengatasi kesulitan masyarakat akibat pandemi Covid-19. ”Percuma kita mengaku mayoritas beragama Islam kalau kemiskinan masih tinggi. Tidak boleh kita kenyang sendirian dan membiarkan yang lain kelaparan,” kata Said.
Dalam agenda kedua, pendidikan menentukan masa depan bangsa, sedangkan kesehatan menjadi modal untuk segalanya. Karena itu, kualitas pendidikan tak boleh merosot dan harus terus diperkuat. Demikian pula negara wajib memelihara kesehatan rakyatnya. Sebab, kesehatan adalah syarat untuk segalanya baik belajar, bekerja, dan beribadah.
”Walau di sana-sini masih banyak kekurangan, tumpang tindih, kurang terkoordinasi, tetapi ada niat sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mengatasi wabah,” ucap Said.
Adapun agenda ketiga, yakni membangun akhlak, menurut Said, sangat penting. Sebab, sebuah negara dihargai martabatnya karena akhlaknya, bukan karena agamanya. Karena itu, negara-negara Skandinavia adil, makmur, dan tertib, masyarakatnya sadar hukum, serta tingkat korupsinya rendah meskipun bukan negara Muslim.
”Mari NU lebih berperan membangun bangsa, dimulai dengan prinsip spiritual dari diri kita sendiri,” lanjut Said.
Pemberdayaan
Wakil Presiden Ma’ruf Amin lebih menyoroti peran NU di bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang perlu terus diperkuat di usia ke-98. ”Gerakan NU di bidang keagamaan sudah dirasakan seluruh komponen bangsa, khususnya kebangsaan, dan ini menjadi arus utama Islam Indonesia. Dalam bidang kemasyarakatan, NU harus berupaya lebih maksimal,” tuturnya dari kediaman resmi Wapres, Jakarta.
Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi untuk pelaku usaha mikro perlu didorong terus. Sebab, diyakini dari 99 persen pelaku usaha mikro kecil banyak warga NU. Harapannya, pemberdayaan akan membuat mereka bisa ”naik kelas”.
Tak hanya itu, melahirkan pengusaha-pengusaha baru melalui inkubasi di kalangan nahdliyin juga perlu dilakukan. NU juga diharapkan berperan aktif dalam ekonomi dan keuangan syariah yang dikembangkan di Indonesia.