Perayaan Tahun Baru Imlek perlu disertai penguatan kebersamaan, kekompakan, dan kepedulian sosial. Persaudaraan yang kuat akan membawa Indonesia mengatasi pandemi Covid-19 dan memulihkan ekonomi nasional.
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perayaan Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili perlu disertai penguatan kebersamaan, kekompakan, dan kepedulian sosial. Persaudaraan yang kuat akan membawa Indonesia mengatasi pandemi Covid-19 dan memulihkan ekonomi nasional.
Seruan untuk terus kuat bergandengan tangan disampaikan dalam Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional yang diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) secara virtual, Minggu (14/2/2021). Hadir dalam acara ini Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Wapres Amin dalam sambutannya menyampaikan penghargaan atas perayaan yang dilakukan melalui sembahyang besar dan doa untuk Indonesia. Kontribusi masyarakat Khonghucu dalam membantu masyarakat mengatasi Covid-19 serta dampak sosial ekonominya pun diapresiasi.
”Saya harap semua ormas, terutama yang berbasis agama, untuk terus berperan, berkontribusi menjaga kerukunan umat beragama, membangun persatuan dan keutuhan nasional sebab ini adalah modal utama kita. Selamat Tahun Baru Imlek 2572 Kongzili,” tutur Wapres Amin dari kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro, Jakarta.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyebut perayaan Tahun Baru Imlek secara nasional yang tahun ini memasuki tahun ke-22 sebagai bentuk kepedulian pemerintah dan hubungan harmonis antarsesama warga bangsa. Karena itu, kebersamaan sebagai bangsa majemuk dan persaudaraan yang sudah ada tidak boleh terganggu hanya karena perbedaan etnis dan agama yang diyakini.
”Penguatan identitas keagamaan dan penguatan identitas kebangsaan di sisi lain tidak boleh dipisahkan, apalagi dipertentangkan. Konsep itu harus diletakkan dalam satu kotak untuk melahirkan moderasi dalam beragama. Kesalehan beragama dan loyalitas bernegara harus saling mendukung satu sama lain,” tuturnya.
Karena itu, perayaan Imlek 2572 Kongzili ini bisa menjadi momentum tepat untuk refleksi menuju pribadi unggul berkualitas, baik dari sisi kesalehan personal maupun kesalehan sosial. Hal ini bisa dilakukan dengan menumbuhkan semangat membangun kebersamaan, semangat persatuan kesatuan, serta semangat menjalin kesetiakawanan dan menumbuhkan kepedulian di antara sesama warga bangsa.
Yaqut juga mengutip sabda Nabi Khonghucu yang menyebutkan di empat penjuru lautan kita bersaudara. Pesan tersebut dinilai sangat tepat untuk memahami pentingnya mengutamakan kebersamaan, persatuan, dan persaudaraan. Bangsa Indonesia yang beragam, kaya akan keragaman etnis budaya dan agama, memerlukan ikatan persatuan yang kokoh. Sebab, menciptakan Indonesia maju tidak bisa hanya dari satu elemen bangsa, tetapi memerlukan peran semua umat beragama, semua suku, semua manusia di Tanah Air.
”Antara pemerintah dan rakyat harus memberikan kontribusi sesuai porsi masing-masing, sesuai tugas dan kewajibannya. Apabila bisa melakukannya secara konsisten, niscaya kita akan bisa mengatasi tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar,” tambah Yaqut.
Dalam tema perayaan Imlek Nasional 2572 Kongzili ini, Ketua Umum Dewan Rohaniwan Pengurus Pusat Matakin Budi Santoso Tanuwibowo menyebutkan, tema perayaan ”Bahaya yang datang oleh ujian Thian Tuhan YME niscaya bisa diatasi, tetapi bahaya oleh kecerobohan dan kebodohan kita sendiri akan sulit kita atasi”. Tema ini mengingatkan, apa pun bencana yang dihadapi, termasuk pandemi Covid-19, akan bisa diatasi apabila semua unsur bangsa kompak dan bergotong royong. Segala sesuatu yang terasa berat akan bisa diatasi.
”Namun, apabila kita alpa, sibuk bertengkar satu sama lain, bencana yang lebih besar akan datang. Mudah-mudahan tema yang diangkat dari salah satu kitab Khonghucu ini bisa membuat kita semua fokus menangani segala persoalan yang kita hadapi, sebagai saudara menjaga keharmonisan,” tuturnya.
Tak hanya itu, Budi menegaskan, Matakin telah berpesan supaya kegiatan Imlek lebih banyak ditujukan pada kepedulian sosial. Sebab, hakikat Imlek bukan pesta pora. Namun, lima hal yang harus ada di Tahun Baru Imlek antara lain berdoa, memberi hormat kepada para leluhur, terutama orang tua dan para bijak, menyantuni saudara, serta bersilaturahmi.
Menyantuni saudara bisa dimaknai memberikan bantuan kepada sanak keluarga maupun masyarakat secara umum. Hal ini menjadi relevan dengan kondisi pandemi ketika banyak saudara memerlukan uluran tangan.
Adapun silaturahmi saat ini dilakukan memanfaatkan teknologi. Silaturahmi dinilai tetap penting kendati tidak dilakukan melalui pertemuan langsung, apalagi sampai menimbulkan kerumunan. Meski dilakukan secara virtual, lanjutnya, makna Imlek tetap tersampaikan dengan baik.
Budi juga mengajak semua teguh menjaga keharmonisan di Indonesia. Dengan kekompakan, segala masalah yang dihadapi di Indonesia akan bisa diatasi. ”Dalam ajaran Khonghucu ditekankan, seorang beriman berbudi luhur niscaya bisa bersatu meski berbeda-beda. Namun, apabila menyimpang dari kebenaran, meski lahir dari rahim yang sama, kita tidak pernah rukun dan damai,” ujarnya.
Gubernur DKI Anies Baswedan menambahkan, kegotongroyongan menjadi modal dasar untuk mengatasi berbagai masalah. Salah satunya upaya masyarakat desa dalam mengusir raksasa yang mengganggu seperti ada dalam kisah klasik di Tiongkok.
Selain gotong royong dan persatuan itu, optimisme perlu terus dipupuk untuk melihat kesempatan dalam kesulitan yang dihadapi. Optimisme ini diperlukan untuk bangkit dari pandemi dan saling mendukung sesama warga bangsa.