TNI Percepat Tangani Kesehatan di Mamuju

Gempa bumi di Sulawesi Barat memunculkan solidaritas berbagai komponen. Satuan Tugas Tim Aju Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia berupaya langsung ke rumah-rumah warga untuk mempercepat pertolongan kepada korban.

KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Anak-anak pengungsi korban gempa Sulbar bermain di posko pengungsian di Dinas Sosial Sulawesi Selatan, Makassar, Selasa (19/1/2021). Sebanyak 72 pengungsi ditempatkan di sejumlah titik yang disiapkan Pemerintah Provinsi Sulsel, sebagian besar memilih ke keluarga masing-masing. Ratusan orang mengungsi ke Sulsel setelah gempa melanda Mamuju dan Majene.

JAKARTA, KOMPAS — Satuan Tugas Tim Aju Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia melaksanakan upaya langsung ke rumah-rumah masyarakat untuk mempercepat pertolongan terhadap korban gempa Mamuju, Sulawesi Barat.

Kepala Bidang Penerangan Umum Puspen TNI Kolonel Laut (KH) Edys Riyanto, Rabu (20/1/2021), mengatakan, satgas kesehatan berupaya melakukan terobosan tersebut. ”Hal ini dilakukan karena masih banyak warga yang enggan berobat ke posko kesehatan karena masih trauma,” kata Edys.

Satgas Kesehatan TNI adalah gabungan dari Batalyon Kesehatan (Yonkes) 1 Kostrad, Yonkes 1 Marinir, dan Yonkes TNI AU. Satgas ini dipimpin Letda Laut (K) dr Andre Prasetyo Mahesya. Andre mengatakan, dengan cara door to door ini pertolongan kepada masyarakat menjadi lebih cepat.

Baca juga: Rupa-rupa Solidaritas Penyintas Gempa Sulawesi Barat

Andre mengatakan, masyarakat antusias menerima kedatangan satgas kesehatan. ”Sebagian besar masyarakat yang diobati mengalami beberapa keluhan penyakit, seperti pusing, batuk pilek, dan beberapa luka ringan. Sedangkan untuk korban yang mengalami luka berat dirujuk ke posko kesehatan yang telah disiapkan,” ujarnya.

Hal ini dilakukan karena masih banyak warga yang enggan berobat ke posko kesehatan karena masih trauma.

Dari Jakarta, berbagai bantuan dikirimkan lewat laut. TNI Angkatan Laut kembali mengirim kapal perangnya, kali ini KRI Teluk Cirebon (TCN)-543 jajaran Satuan Kapal Amfibi (Satfib) Komando Armada I (Koarmada I), membawa bahan bantuan untuk korban bencana gempa Mamuju, Sulawesi Barat.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Sadrin, anak korban gempa bumi yang kejatuhan bangunan rumahnya, dirawat di RSUD Provinsi Sulawesi Barat di Mamuju, Minggu (17/1/2021). Sebanyak 112 korban gempa bumi berkekuatan M 6,2 dirawat di rumah sakit tersebut. Status darurat bencana gempa bumi telah ditetapkan Pemprov Sulawesi Barat selama dua minggu. Regu pencarian dan penyelamatan di Sulawesi Barat masih terus bekerja menyisir puing-puing bangunan untuk menemukan korban yang mungkin masih tertimbun dan belum dilaporkan.

Instruksi KSAL

Pemberangkatan KRI TCN-543 pada pagi ini dilepas Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksda Irvansyah, di Markas Komando Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (20/1/2021).

Sesuai instruksi Kepala Staf TNI Angkatan Laut, unsur-unsur KRI TNI AL akan terus melaksanakan dukungan operasi kemanusiaan untuk membantu korban bencana alam.

”Sesuai instruksi Kepala Staf TNI Angkatan Laut, unsur-unsur KRI TNI AL akan terus melaksanakan dukungan operasi kemanusiaan untuk membantu korban bencana alam,” kata Irvansyah.

Baca juga: Logistik Bencana Disalurkan ke Sulbar lewat Jalur Udara dan Laut

Penyaluran bantuan kemanusiaan di bawah koordinasi Kolinlamil tersebut telah terhimpun melalui Posko TNI AL Peduli Mamuju yang terdiri dari paket bahan makanan pokok, air mineral, obat-obatan, susu, makanan bayi, perlengkapan bayi (diaper), tenda darurat, perlengkapan wanita (pembalut dan jilbab), perlengkapan kasur dan bantal guling, kain sarung, serta masker.

Kompas/Bahana Patria Gupta

Anggota TNI AL menurunkan bantuan dari sejumlah instansi dan masyarakat di Posko Kemanusiaan Lantamal V Untuk Bantuan Korban Bencana Alam di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (19/1/2021). Bantuan yang juga berasal dari masyarakat umum tersebut kemudian diangkut dengan KRI yang akan ditugaskan ke lokasi bencana. Kepedulian dari masyarakat umum diperlukan untuk mengurangi beban penderitaan para korban.